Gus Miftah Sebut Awal Radikalisme adalah Kebencian pada Pemimpin
Jumat, 24 Februari 2023 | 20:00 WIB

Gus Miftah saat memberikan ceramah dihadapan ratusan siswa-siswi Trenggalek, Kamis (23/02/2023). (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)
Madchan Jazuli
Kontributor
Trenggalek, NU Online Jatim
Radikalisme menjadi benang kusut yang tak habis-habis. KH Miftah Maulana Habiburrahman atau yang kerap dikenal Gus Miftah menjelaskan awal mula radikalisme berangkat dari kebencian terhadap pemimpin lewat pemahaman agama yang keliru.
"Saya mendapati anak-anak belajar agama, namun muncul kebencian kepada negara ini tinggi. Saya melihat kecenderungan itu sebab provokasi guru agama yang salah," beber Gus Miftah dalam Orasi Kebangsaan di Gor Gajah Putih Trenggalek, Kamis (23/02/2023).
Ia mencontohkan sewaktu Covid-19 berlangsung, tidak sedikit belajar agama melalui dalam jaringan (daring). Menyikapi isu pandemi dengan mengolok-olok pemerintah yang dianggap salah tidak bertanggung jawab. Pemerintah lantas mengusung bantuan langsung tunai (BLT), namun orang yang mengolok-olok juga ikut mengantri.
Kemudian pemerintah mengeluarkan vaksin yang berasal dari luar negeri sebagai langkah herd immunity. Begitu vaksin siap, Gus Miftah mengaku banyak yang mengkritik untuk sertifikasi halal. Halal tidak cukup, presiden harus pertama kali disuntik sekaligus live streaming.
"Setelah live streaming, katanya editan," bebernya.
Pendakwah kaum marjinal ini mengidentifikasi ada satu guru di Boyolali mengharamkan murid untuk hormat kepada merah putih. Sebab, hormat dianggap musyrik dengan merah putih di sembah. Tidak berhenti disitu, ada guru yang mengatakan Pancasila merupakan bid'ah dan mencintai negara adalah kafir.
"Tidak ada korelasinya antara hormat dengan menyembah," ujarnya.
Pendakwah nyentrik ini mengungkapkan alasan Rasulullah SAW mencintai tanah Arab. Tidak lain karena Nabi Muhammad lahir di Arab, besar di Arab, berjuang di Arab, hingga wafat dimakamkan di tanah Arab.
"Saya mencintai Indonesia, sebab saya lahir di Indonesia, besar di Indonesia, cari makan minum, berjuang di Indonesia. Dan saya besok mati dimakamkan di Indonesia, itulah alasan saya kenapa kita mencintai Indonesia, sesimpel itu," tegasnya.
Cara Mengkritik Pemerintah yang Benar
Gus Miftah tidak condong kepada plat merah, terbukti dirinya pernah mengkritik di Pemerintahan Joko Widodo yang saat itu mengeluarkan kebijakan Surat Keputusan Presiden tentang legalitas miras.
Mendapati peraturan tersebut, Gus Miftah tak tinggal diam. Ia mengumpulkan beberapa jurnalis untuk menggelar konferensi pers berkaitan penolakan tersebut. Alasan menolak karena dalam Al-Qur'an sudah jelas bahwa minuman keras mutlak haram untuk dikonsumsi maupun diperjualbelikan.
"Keharaman khamr dalam Al-Quran itu mutlak tidak bisa ditawar. Mohon izin minuman keras yang layak dikonsumsi hanya satu, es batu," ujarnya disambut riuh tawa hadirin.
Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta itu menggarisbawahi bahwa di Indonesia permasalahannya jika sudah benci kepada pemimpin, ketika memberikan kritik tidak sopan.Â
Pendakwah kelahiran Lampung ini mencontohkan isu penolakan kenaikan BBM di Gorontalo. Ada mahasiswa yang demo kemudian menghina pak Jokowi dengan menyebut Pak Jokowi alat kelamin. Hal itu menurut Gus Miftah yang ditonjolkan bukan kritikan, melainkan kebencian.
"Untuk memberikan kritik itu perlu ada perlu etika, sopan dan santun," tandasnya.
Terpopuler
1
4 Rekomendasi MUI Jatim soal Penggunaan Sound Horeg
2
Fatwa MUI Jatim: Sound Horeg Haram Jika Timbulkan Gangguan dan Kemaksiatan
3
Workshop Nawaning Nusantara Dorong Gerakan Pesantren Anti Kekerasan Seksual
4
Fatayat NU Jatim Gelar Sosialisasi Tanggap Bencana, Perkuat Peran Perempuan dalam Kesiapsiagaan
5
Melalui DTD Garfa, Fatayat NU Jatim Cetak Kader Tanggap Darurat
6
MDS Rijalul Ansor Jatim 2024-2028 Dikukuhkan dan Rakerwil di Lirboyo
Terkini
Lihat Semua