• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Matraman

Kiai Burhan Pacitan Tegaskan Pesantren Cetak Santri Terhormat dan Terpandang

Kiai Burhan Pacitan Tegaskan Pesantren Cetak Santri Terhormat dan Terpandang
KH Moch Burhanuddin HB, Pengasuh Pondok Pesantren Al Fattah Kikil, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan. (Foto: NOJ/Anwar Sanusi)
KH Moch Burhanuddin HB, Pengasuh Pondok Pesantren Al Fattah Kikil, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan. (Foto: NOJ/Anwar Sanusi)

Pacitan, NU Online Jatim
Pengasuh Pondok Pesantren Al Fattah Kikil, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, KH Moch Burhanuddin HB mengatakan, santri juga akan mendapatkan kedudukan yang terhormat dan terpandang di masyarakat.

 

Santri tidak hanya kita suruh-suruh di pesantren ini. Tidak hanya kita perintah-perintah, tidak hanya kita suruh roan dan bekerja saja,” ujarnya saat pembukaan kegiatan Madrasah Diniyah Islamiyah Asrama Putra dan Putri di pesantren setempat, Selasa (03/01/2023).


Kiai Burhan menyampaikan, santri di pesantren akan mendapatkan bekal lebih untuk menghadapi kehidupan yang berat dan penuh tantangan di masa yang akan datang. Oleh karenanya, pesantren memiliki jadwal yang padat dan berbeda dengan lembaga pendidikan yang lain.


“Harus kalian pahami bahwa ini semua adalah pembelajaran untuk menghadapi masa depan. Oleh sebab itu, kalian sangat beda sekali dibandingkan yang sekolah di luar,” imbuhnya.


Selanjutnya, dirinya menjelaskan proses pembelajaran di pesantren ibarat proses pengolahan atap genteng. Genteng itu jika ditaruh di atas selain menjadi peneduh juga akan menjadi tontonan banyak orang.


“Kalian itu ibaratnya genteng yang nanti akan kita taruh di atas dan menjadi tontonan orang banyak dan juga menjadi pelindung yang ada dibawahnya,” terangnya.


Dirinya mengatakan, santri harus taat dengan segala proses dan tahapan pendidikan di pesantren. Ibarat proses pembuatan genteng yang berasal dari tanah yang dicangkul, diinjak-injak, dicetak, dijemur, dan dibakar selama beberapa hari.


“Nah, setelah hasilnya baik baru dinaikkan dan dijual. Kalau sudah laku akan dipasang di atas rumah yang ditonton oleh banyak orang dan yang jelas genteng itu akan melindungi orang-orang di bawahnya. Itulah kalian, termasuk para pembimbing. Kalian akan dicetak seperti genteng, makanya jangan mengeluh dan jangan mengadu pada orang tua,” tegasnya.


Kiai Burhan juga mengingatkan, santri harus menikmati dan menjalankan program kegiatan yang sudah dijadwalkan walaupun itu padat dan melelahkan.


“Entah kalian bisa memahami atau tidak yang terpenting adalah mentaati peraturan yang ada. Insyaallah kalau taat, maka hasilnya akan menggembirakan,” pungkasnya.


Matraman Terbaru