Metropolis

Ketua GP Ansor Jatim: Harlah sebagai Momentum Konsolidasi dan Akselerasi Gerakan

Sabtu, 26 April 2025 | 08:00 WIB

Ketua GP Ansor Jatim: Harlah sebagai Momentum Konsolidasi dan Akselerasi Gerakan

Ketua PW GP Ansor Jatim, H Musaffa Safril. (Foto: NOJ/M. Farid)

Surabaya, NU Online Jatim
Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jatim, H Musaffa Safril, menilai Hari Lahir (Harlah) ke-91 GP Ansor sebagai momentum kader untuk memperkuat komitmen dalam berkhidmat kepada bangsa dan agama. Menurutnya, momen Harlah bukan sekadar perayaan usia, melainkan momentum konsolidasi dan akselerasi gerakan. 

 

“Angka 91 bukan hanya penanda usia, tetapi juga simbol arah perjuangan GP Ansor. Dari akar spiritual dan tradisi (9) menuju masa depan yang progresif dan dinamis (1),” ujarnya kepada NU Online Jatim, Kamis (24/04/2025). 

 

Ia menyebutkan, GP Ansor lahir di Jawa Timur, tepatnya di Banyuwangi, saat momen Muktamar ke-9 NU. Sebab itu, ia berupaya mengokohkan semangat para pendiri dengan mencanangkan bahwa di era kepengurusan ini GP Ansor Jawa Timur memiliki prinsip menjadi Navigator Ansor Masa Depan. 

 

“Artinya, kami ingin menjadi prototipe Ansor yang ideal, sesuai dengan cita cita muassis, serta bisa menjadi motor penggerak kemaslahatan,” ungkapnya. 

 

Dirinya menuturkan, kontribusi para penggerak NU sejak awal berdirinya banyak yang ditempa terlebih dulu di GP Ansor. Tahun 1943 ketika Jepang mendirikan milisi PETA dan setahun berikutnya membentuk Laskar Hizbullah, kader-kader terbaik GP Ansor banyak mengisi struktur yang kelak juga ikut bertempur di Surabaya 1945. 

 

“Setelah kemerdekaan pun, para anggota Ansor juga ikut bergerilya dalam berbagai kesatuan kelaskaran dan ada juga yang kemudian bergabung dengan TNI,” tegas pria kelahiran Sumenep ini. 

 

Selain itu, menjelang dan pasca peristiwa G30-S/PKI, Banser dan GP Ansor banyak yang menjadi bumper para ulama, yaitu melindungi para ulama dan pesantren, serta menjaga ideologi bangsa. Di era Orde Baru, kader Ansor terlibat dalam menjaga arus keberpihakan terhadap rakyat maupun dalam menjaga sistem pendidikan tradisional seperti pesantren dan madrasah. 

 

Pasca reformasi hingga hari ini, beberapa kader GP Ansor Jatim juga banyak yang menjadi menteri maupun pejabat daerah dan pusat yang tentu saja berkontribusi sesuai bidangnya masing-masing. Bahkan, salah satu kader terbaik GP Ansor Jawa Timur, Riyanto, gugur dalam menjaga nilai kemanusiaan. 

 

“Tentu jika saya sebut satu persatu terlalu banyak. Yang pasti, GP Ansor sejak awal berdiri hingga saat ini berperan dalam menjaga dua sayap kokoh bernama keislaman dan keindonesiaan,” terangnya. 

 

Untuk itu, ia berharap agar kader Ansor dan Banser terus meneguhkan komitmen keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan. Menurutnya, seorang kader sejati hendaknya tidak hanya loyal kepada organisasi, tetapi juga visioner dan solutif. 

 

“Di era yang serba berubah ini, tantangan kita bukan lagi hanya ancaman fisik, tetapi juga tantangan digital, ekonomi, dan moral. Maka, kader Ansor harus hadir sebagai pelopor dalam pendidikan, teknologi, kewirausahaan, dan dakwah yang mencerahkan,” tegasnya. 

 

Menurutnya, Ansor kuat bukan karena banyaknya anggota, tetapi karena kekompakan, integritas, dan kualitas setiap kadernya. Kader Ansor hendaknya terus membangun ruang tumbuh yang sehat bagi kader muda, mematangkan sistem kaderisasi, dan memperluas jejaring kolaborasi strategis.

 

“Mari kita jadikan Harlah ke-91 ini sebagai momentum memperbaharui niat, memperkuat langkah, dan menyusun mimpi besar untuk 100 tahun Ansor. Dari Jawa Timur, kita buktikan bahwa Ansor tidak hanya menjaga masa lalu, tapi juga membentuk masa depan,” pungkasnya.