• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Metropolis

KH Anwar Zahid Ulas Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia

KH Anwar Zahid Ulas Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Pendakwah kondang KH Anwar Zahid. (Foto: NOJ/ Tangkap layar youtube NU Channel)
Pendakwah kondang KH Anwar Zahid. (Foto: NOJ/ Tangkap layar youtube NU Channel)

Surabaya, NU Online Jatim

Pendakwah kondang KH Anwar Zahid menyebutkan, Islam masuk ke Indonesia berabad-abad lalu melalui upaya gigih para wali dan ulama dari berbagai kawasan di dunia. Islam akhirnya tumbuh subur dan mengislamkan lebih dari 90 persen masyarakat Indonesia.

 

“Meskipun hal itu agak terlambat dibandingkan dengan kawasan lain di belahan bumi,” ujarnya dilansir dari kanal youtube NU Channel, dikutip pada Ahad (23/07/2023).

 

Pengasuh Pondok Pesantren Sabilunnajah Kanor, Bojonegoro itu menjelaskan bahwa kehadiran Islam di Indonesia pertama kali dibawa oleh para wali dan ulama yang datang dari berbagai wilayah. Kemudian melakukan gerakan keagamaan melalui lembaga pendidikan yang kita kenal dengan nama pondok pesantren.

 

“Islam masuk di Indonesia pada abad ke-14 yang dibawa oleh para wali atau yang kita kenal dengan istilah Walisongo,” ujar Kiai Anwar Zahid.

 

Di sisi lain, sejarah masuknya Islam ke Spanyol terjadi pada abad ke-7 ketika Thariq bin Ziyad membawa ajaran agama Islam ke wilayah tersebut. Proses ini melahirkan ulama-ulama berpengaruh seperti Syekh Muhammad Jamaluddin bin Abdullah bin Malik al-Jazani al-Andalusi, yang telah membuat karya yang fenomenal Alfiyah Ibnu Malik, yang menjadi materi penting dalam banyak pesantren di Indonesia.

 

“Islam juga merambah ke Rusia pada abad ke-7, Mesir dan wilayah Afrika pada akhir abad ke-6 oleh Amr bin Ash. Serta, kawasan Irak dan sekitarnya melalui dakwah dari Khalid bin Walid,” ungkapnya.

 

Disebutkan, peran pondok pesantren dalam penyebaran Islam di Indonesia sangatlah signifikan. Para wali mendirikan pondok pesantren sebagai tempat pembinaan para santri yang kemudian melahirkan para kiai. Sehingga nantinya dari mereka dakwah Islam tersebar ke tengah-tengah masyarakat.

 

Ia menambahkan, metode digunakan disebut sebagai ‘uswatun hasanah’, yang mencakup akulturasi budaya yang ada di masyarakat. Budaya tidak dihapuskan, melainkan diislamisasikan, sehingga terjalin keselarasan antara budaya, adat, dan tradisi dengan ajaran agama Islam.

 

“Metode yang dipakai oleh para wali adalah akulturasi budaya yang ada di tengah masyarakat. Budaya tidak dihabisi tapi diislamisasi,” ulas Kiai Anwar.

 

Kiai-kiai dan ulama terus berjuang melalui pondok pesantren untuk meneruskan warisan keagamaan dan pendidikan. Suksesnya akulturasi budaya dengan ajaran agama Islam telah membentuk identitas masyarakat Indonesia yang beragam, tetapi dengan semangat kesatuan dalam memeluk agama Islam.

 

“Dengan sejarah panjang dan kaya ini, ajaran Islam telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Mengukuhkan posisinya sebagai salah satu negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia,” pungkasnya.

 

Penulis: Larasati


Metropolis Terbaru