• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 30 April 2024

Metropolis

Kiai Faizi Sumenep: Novel Punya Dunia Sendiri Tergantung Penulisnya

Kiai Faizi Sumenep: Novel Punya Dunia Sendiri Tergantung Penulisnya
Suasana peluncuran novel Semesta Perempuan di lantai utama Masjid Istiqlal Jakarta. (Foto: NOJ/ISt)
Suasana peluncuran novel Semesta Perempuan di lantai utama Masjid Istiqlal Jakarta. (Foto: NOJ/ISt)

Surabaya, NU Online Jatim

Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Al-Furqan Sabajarin Guluk-Guluk Sumenep, Kiai M Faizi mengatakan, novel punya dunia sendiri dan tergantung pada penulisnya. Novel yang ditulis Nesya Murtadho, fenomena yang ia temukan di Madura, kemudian diresapi sehingga terbentuk novel dan wacana baru. 


“Ketika melihat pernyataan Salman Rushdhie The Satanic Verses, retorikanya pasti berbeda dengan yang disampaikan Zakir Naik kepada non muslim. Mengapa berbeda? Karena Salman Rushdhie menyampaikan melalui novel. Jika orang membaca novel, tentu beda penafsiran. Kadang pula pembaca menerima fakta sadarnya. Inilah khazanah novel,” ujarnya saat didaulat menjadi pembicara dalam peluncuran Novel Semesta Perempuan, ditayangkan di Masjid Istiqlal TV yang diakses NU Online Jatim, Jum’at (12/01/2024).


Sastrawan dan seniman asal Madura ini menyatakan, setting cerita dalam novel tersebut di Desa Karduluk, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep. Sementara tema besar cinta segitiga di dalam novel ini merupakan harapan yang kelak akan memunculkan tafsir baru tentang aturan poligami sehingga pemerintah ikut campur di dalamnya.


“Sayyidah Khadijah al-Kubra prototype yang tidak diduakan oleh Nabi Muhammad SAW. Namun ketika menikahi Sayyidah Aisyah. Munculah kecemburan dari seorang Aisyah, kala itu Rasulullah hanya memilihkan daging untuk teman-teman Khadijah. Ingat, walaupun Khadijah sudah wafat, Aisyah cemburu dan itu wajar,” kutipan dawuh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki dalam kitab al-Busyro fi Manaqibi Sayyidah Khadijah al-Kubra.


Berbeda yang dialami oleh Almaghfurlah KH Muhammad Asy-Syarqawi, lanjutnya, muassis pesantren Annuqayah Guluk-Guluk ini memiliki istri sebanyak 6 orang. Rata-rata istri yang dinikahinya, dipilih langsung oleh istri yang pertama. Dan ini memiliki latar belakang cerita yang masyhur dipahami oleh para dzurriyah dan santri.


Dikisahkan oleh Kiai Faizi, ada seorang mubaligh yang tak henti mengisi pengajian di majelis taklim. Tiap harinya tidak lepas dari panggung satu ke panggung lainnya. Pada akhirnya sang istri tidak sanggup menemani dakwah suami. Di saat kelelahan menemani suami berdakwah ke berbagai tempat, akhirnya sang istri memilihkan istri lagi untuk suami agar setiap berdakwah ada yang menemaninya. 


“Si istri pertama bilang, biar saya khidmah pada suami, sedangkan istri kedua khidmah pada ilmu. Bagi saya ada latar cerita yang harus dipahami agar tidak salah tafsir. Sama halnya dalam novel ini, penulis berhati-hati, karena seting cerita ini di angkat di Madura,” ungkap kiai nyentrik Busmania yang mengelilingi rute bus di Indonesia itu.


Sementara itu, Penulis Novel Semesta Perempuan, Nesya Murtadho mengatakan, cerita dalam novel tersebut tidak tuntas. Karena ada edisi kedua yang bakal ia luncurkan. Di edisi pertama adalah burung gagak yang ditujukan pada generasi milenial, sedangkan yang edisi kedua adalah perawan langit yang ditujukan kepada generasi Z. 


“Dinamakan edisi burung gagak, karena ia menyitir hadits Nabi yang menerangkan bahwa perempuan shalihah diibaratkan atau disimbolkan burung gagak putih. Mengapa demikian? Karena burung gagak putih sangat langka,” ulasnya pada audiens di lantai utama Masjid Istiqlal Jakarta.


Dijelaskan, novel ini campuran elemen sastra dengan ilmiah populer. Roman cinta segitiga mewadahi cawan ilmu pengetahuan, keadilan, dan kasih sayang. Drama konflik ia kemas dalam ikatan setia sepasang kekasih dalam rumah tangga. Antara menantu dan mertua, ia kemas dalam cawan keadilan yang ditegakkan oleh seorang yang berilmu (Ali ‘Imran ayat 18).


“Ketika sebagian pembaca menuntaskan bacaannya. Ternyata dari beberapa kasus ilmiah, alurnya sangat menarik, tidak terduga, khas ceritanya. Bahkan ada ada yang menangis dan marah saat tahu ujung ceritanya. Tenang, nanti ada lanjutan di edisi perawan langit. Untuk lampiran di belakang, sebuah nostalgia ilmiah cinta bersegi Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW,” paparnya. 


Nesya berharap, pemerintah melahirkan Undang-Undang (UU) Poligami setelah melakukan ijtihad dan kajian fikih yang mendalam. Menurutnya, ini perjuangan awal yang terus bersinergi dengan semua pihak dan istiqamah memberikan angin segar pada perempuan.


Metropolis Terbaru