• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Pustaka

Novel Inspiratif bagi Perantau dan Pencari Ilmu

Novel Inspiratif bagi Perantau dan Pencari Ilmu
Novel yang disarankan bagi perantau dan pencari ilmu. (Foto: NOJ/Risalatul M)
Novel yang disarankan bagi perantau dan pencari ilmu. (Foto: NOJ/Risalatul M)

Ita Fajria Tamim atau biasa dipanggil Ning Ita merupakan seorang dokter sekaligus santri yang lahir dan besar di Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang. Masa kecil hingga remaja dilalui dengan bahagia, tanpa halangan, dan nyaris perjalanan hidupnya sempurna. Termasuk ketika dalam pengasuhan sang nenek di Mamba'ul Ma'arif, salah satu pesantren lain di kota yang sama. Berbagai perlakuan istimewa sudah biasa diterima karena ia adalah anak pertama dari pengasuh pondok.


Selain sebagai Pengasuh Pesantren Nazhatut Thullab, Parajjan, Sampang, Ning Ita adalah dokter, penggiat media sosial, juga penulis. Salah satu karya terbarunya adalah Novel 'Sekosong Jiwa Kadaver' yang terbit Juli 2023. Dan novel setebal 390 halaman tersebut menceritakan perjalanannya ketika  menginjak usia remaja hingga menemukan pendamping hidup. Berproses mencari jati diri dengan meninggalkan zona nyaman atas perlakuan 'istimewa' yang selama ini diterimanya.

 

Pengalaman di Pulau Dewata

Dikisahkan, Rayya sebagai tokoh utama bercita-cita menjadi mahasiswa kedokteran, ia sangat mengidolakan dokter Tjipto Mangunkusumo. Berbagai tes masuk perguruan tinggi ia lalui. Pada mulanya harus menerima kegagalan yang menjadikannya menempuh pendidikan selama satu tahun di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) di salah satu kampus di Yogyakarta.


Selama kuliah, Rayya aktif mengikuti berbagai kegiatan kampus, seperti aktivis dakwah dan juga BEM. Setahun berlalu, impian menjadi seorang dokter profesional layaknya dokter Tjipto Mangunkusumo masih terngiang di benaknya. Semangat belajar dan terus berlatih untuk bisa lulus tes di kampus yang diimpikan senantiasa menghiasi hari-harinya. Pilihan kampus memanglah banyak. Namun kuota dan peluang untuk bisa lulus menjadi pertimbangan kuat bagi Rayya dan keluarganya.


Di Bali, menjadi salah satu pilihan Rayya dan orang tuanya untuk menempuh pendidikan dokter. Memang sebagian keluarga besarnya tidak sepakat dengan keputusan itu, mengingat di Pulau Dewata tersebut muslim masih menjadi kalangan minoritas. Namun kepercayaan yang diberikan orang tuanya menjadikan Rayya bersikukuh kuliah di sana.


Betapa mengejutkan! Sesuatu yang disangkakan sebagian keluarga besarnya benar terjadi. Standar kuliah yang tinggi, perundungan dari oknum mahasiswa non muslim hingga pergaulan bebas cukup memberikan tantangan tersendiri. Menjalani kehidupan di perantauan yang berliku cukup menguji mentalnya. Dikatakan teroris berhijab, mendengar umpatan dan berteman dengan non muslim sudah menjadi makanan sehari-hari. Namun, dengan kondisi yang demikian keras, Rayya tetap istiqomah dengan amalan yang pernah dipelajari di pesantren. Istighotsah, tahlil, tilawah hingga tahajjud tidak pernah dilewatkan.


Singkat cerita, setelah menempuh pendidikan kurang lebih empat tahun di Bali, ternyata Rayya sudah dipinang beberapa pria. Ada yang datang langsung ke orang tua, ada pula yang melalui kerabatnya. Hal itu Rayya ketahui ketika ia pulang ke kampung halaman sewaktu liburan kuliah. Setelah ibunya menunjukkan biografi dari sekian orang yang melamar, ada satu yang menyita perhatiannya. Kebetulan sebelumnya, ia sudah saling kenal melalui media sosial. Akhirnya, diadakanlah pertemuan dan berujung pernikahan. Saat ini, Rayya pun memiliki pendamping hidup untuk menemaninya menyelesaikan studi yang masih kurang tiga tahun.

 

Kelebihan Novel

Bagi kalangan pelajar, pendidik maupun awam, novel ini sangat menginspirasi untuk dibaca. Semangat perjuangan dan ketekunan tokoh selama menempuh pendidikan serta pesan tersirat yang ada dalam cerita memberikan banyak wawasan bagi pembaca.


Seperti kisah Rayya ketika berencana pergi ke sebuah pantai yang jaraknya cukup jauh dengan kosnya di Bali.  Ia menyiapkan banyak hal demi menjaga kesuciannya ketika shalat. Karena memang perempuan seusianya rawan terjadi keputihan. Secara medis, selama tidak berbau dan gatal atau berwarna kehijauan, keputihan masih dianggap wajar sebagai cara alami tubuh dalam mengeluarkan bakteri dari rahim. Secara fikih, hukumnya najis seperti halnya air kencing. Setiap perempuan harus berhati-hati, karena suci pakaian, badan dan rempat merupakan syarat sah shalat (halaman 126).

 

Berbeda dengan novel pada umumnya, buku yang terdiri dari 74 bab ini tanpa disertai daftar isi. Cerita setiap bab begitu singkat, seperti halnya bab 28 yang hanya terdiri dari 1,5 lembar. Dengan jumlah bab yang begitu banyak, antara bab satu dengan bab berikutnya terkadang masih dalam satu latar yang sama. Seperti yang terjadi pada akhir bab 44 yang paragrafnya terpotong kemudian dilanjutkan ke bab 45.


Terlepas dari sejumlah catatan di atas, keberadaan buku ini menjadi referensi penting bagi siapa saja yang ingin mendapatkan pelajaran dan inspirasi. Bahwa hidup sarat dengan dinamika yang terkadang di luar perkiraan dan harapan. Namun saat berhadapan dengan aneka pilihan sulit, bahkan hal yang di luar ekspektasi, maka harus dihadapi dengan tetap melakukan ikhtiar terbaik, terus mencoba dan ujungnya adalah pasrah. 

 

Identitas Buku

Judul: Sekosong Jiwa Kadaver

Penulis: Ita Fajria Tamim

Penerbit: PT Falcon Interactive

Tahun Terbit: Cetakan 1, Juli 2023

Tebal: 390 halaman

Peresesnsi: Risalatul Mu'awanah, mahasiswa Pascasarjana Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang.


Editor:

Pustaka Terbaru