• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Matraman

Marinda Dika, Novelis Berbakat Kader IPPNU Trenggalek

Marinda Dika, Novelis Berbakat Kader IPPNU Trenggalek
Marinda Dika, kader IPPNU Trenggalek penulis novel Diary Derita. (Foto: NOJ/Uliyatun Ni’mah)
Marinda Dika, kader IPPNU Trenggalek penulis novel Diary Derita. (Foto: NOJ/Uliyatun Ni’mah)

Trenggalek, NU Online Jatim

Namanya Marinda Dika. Usianya 18 tahun. Kendati masih belia, tapi prestasi gadis asal Desa/Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek di bidang tulis-menulis itu jempolan. Berbagai lomba menulis dia menangi. Bahkan, kader Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) itu berhasil menerbitkan sebuah novel berjudul Diary Derita, yang diterbitkan oleh Ebiz.

 

Diary Derita adalah novel bergenre teenlit yang berkisah tentang penyintas perundungan. Diceritakan, ada seorang anak laki-laki yang ditinggalkan oleh orang-orang yang disayangi, hingga membuatnya melakukan apa pun demi mendapatkan kasih sayang seorang ibu. Bukan hanya itu saja, ia rela menjadi korban bullying demi tetap bersekolah yang ia impikan dari kecil.

 

Marinda mengusung tema perundungan remaja karena bullying sudah menjadi masalah yang serius saat ini, khususnya di kalangan remaja. Ia mengaku terinspirasi dari kisah-kisah para teman-teman literasinya yang sering menceritakan bagaimana rasanya saat orang tua mereka sudah tiada.

 

"Dampak bullying tersebut sangat buruk, karena itulah saya mudah mengambil sebuah contoh kepada semua orang di luar sana, terutama dari teman-teman literasi saya, yang sering cerita soal pengalamannya," ujarnya kepada NU Online Jatim, Selasa (28/09/2021).

 

Marinda suka menulis sejak duduk di bangku sekolah dasar. Menginjak kelas enam, dia mulai coba-coba menulis cerita pendek dan puisi. Awalnya ia asal menulis saja. Namun ia terus berlatih dan belajar. Makin lama kian bagus. "Sayang sekali tulisan waktu SD sudah enggak ada. Seharusnya bisa dibuat refleksi. Hehehehe," ujar Marinda.

 

Untuk menunjang bakatnya, Marinda pun bergiat di sejumlah komunitas literasi. Sejak akhir 2019, ia aktif mengikuti komunitas literasi online. Hasilnya, ia berhasil meraih sejumlah prestasi di bidang tulis-menulis, baik di kompetisi tingkat sekolah, daerah, dan nasional.

 

"Awal mula ikut lomba itu di lingkup sekolah waktu kelas 9, mewakili kelas acara cipta baca puisi. Alhamdulillah juara 1," tutur Marinda.

 

Karya Marinda pernah diganjar sebagai karya terbaik lomba Gerakan Sekolah Menulis Buku (GSMB), 10 besar lomba menulis cerpen di Penerbit Cahaya Pelangi Media (CPM), 10 besar Ramadhan Witing Challenge 30 Hari di Jejak Warna, dan juara 3 Seleksi Beasiswa Kepenulisan 30 Hari Terbitkan Buku di Komunitas Sang Juara.

 

"Alhamdulillah, waktu itu juara 3 dari 2000 lebih peserta. Masih banyak lagi ikut lomba antarkomunitas yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu," tandasnya.

 

Marinda menceritakan bahwa Diary Derita bukanlah karya pertamanya. Sebelumnya Sajak Di Pelipir Sekolah dan Future Storm Cloud telah mendahului. “Saya sering menulis novel dari dulu, dan baru kali ini saya berani untuk mengajukan salah satu karya saya ke penerbit," ucapnya.

 

Penulis : Uliyatun Ni’mah


Matraman Terbaru