• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Rehat

Untaian Kalimat Sarat Makna Jadi Jaminan Suksesnya Film Hati Suhita

Untaian Kalimat Sarat Makna Jadi Jaminan Suksesnya Film Hati Suhita
Banyaknya untaian kalimat yang demikian mendalam dalam novel Hati Suhita seolah jadi jaminan suksesnya film tersebut. (Foto: NOJ/VOI)
Banyaknya untaian kalimat yang demikian mendalam dalam novel Hati Suhita seolah jadi jaminan suksesnya film tersebut. (Foto: NOJ/VOI)

Sejumlah warga internet demikian antusias menunggu film Hati Suhita. Teaser film yang dirilis Star Vision sejak Kamis (09/02/2023) cukup membuat berbagai kalangan kian penasaran. Diperkirakan, film ini cukup diminati masyarakat.


Seperti diketahui, Hati Suhita adalah novel karya Khilma Anis yang bercerita tentang kehidupan Alina Suhita yang memendam perasaan kepada suaminya, Gus Birru. Novel ini meraih penjualan terbaik di tahun 2019 dan sudah tercetak lebih dari 4000 eksemplar.


Banyak kalangan yang mencoba menebak-nebak apakah film ini ‘berhasil’ menggambarkan dengan apik alur yang ada di novel tersebut. Karena film yang mengangkat tema budaya pesantren yang dikolaborasikan dengan falsafah Jawa. Dan sebelum dijadikan sebagai novel, awalnya cerita ini berupa cerita bersambung yang sudah trending di laman Facebook milik Khilma Anis. Meski cerita yang disajikan tergolong panjang, tetapi banyak pembaca yang tidak sabar menunggu kelanjutan cerita ini.


Novel ini menceritakan kisah perempuan (Alina Suhita) yang sudah dijodohkan oleh putra tunggal seorang kiai besar yang memiliki pondok pesantren (Gus Albirruni). Alina Suhita digambarkan sebagai perempuan cantik dan memiliki khas ning, yakni istilah untuk putri kiai Jawa.


Suhita digambarkan merupakan perempuan tangguh yang taat dengan ajaran Islam dan manut dengan orang tua. Sedangkan Gus Birru adalah putra seorang kiai besar yang sudah dijodohkan dengan Alina Suhita. Karakter Gus Birru ini menyukai dunia aktivis dan pergerakan. Saat menjadi aktivis, Gus Birru memiliki masa lalu bersama Ratna Rengganis yang tak bisa dilupakan, sehingga hatinya belum bisa menerima kehadiran Suhita sepenuhnya. Istilah anak zaman now adalah belum move on dengan mantan kendati telah mengikrarkan janji agung.


Sejumlah kalangan mencoba mengambil kutipan yang mengetuk hati dan juga menjadi kekuatan novel dan mungkin juga film ini. Seperti ucapan Alina Suhita: Seteguh apa pun aku bertapa, selama apa pun aku bersila merapal doa, sepanjang apa pun kulafalkan pinta, aku tak mungkin sampai pada pemahaman mengapa aku begitu mencintai Mas Birru.


Suhita sudah mencintai Gus Birru sejak mereka dijodohkan. Tetapi Gus Birru masih bersikap dingin kepadanya. Suhita yakin kalau ia harus berkorban untuk mendapatkan kebahagiaannya. 


Perhatikan pula petikan kalimat ini: Aku bukan ratu. Akulah menjangan yang terluka dan ingin berlari sejauh-jauhnya. Demikian pula: Nyatanya, Alina Suhita tak setangguh Dewi Suhita. Ia tetaplah seorang perempuan yang mudah putus asa.


Perhatikan pula kalimat Kang Dharma ini: Ia tampil dalam keanggunan, tumbuh menawan. Pesonanya tetap terjaga. Ia bukan kembang yang biasa dipetik. Ia adalah ketenangan yang berjarak. Ia menawan semua orang yang memandang, tapi ia pandai menciptakan batas.


Kang Dharma menggambarkan sosok Alina Suhita seperti kembang teratai. Mekar, tumbuh lurus di atas permukaan air, dan tidak tenggelam, meskipun terkadang air itu berlumpur dan kotor. Alina Suhita merupakan sosok yang tenang dalam keindahan.


Bagaimana dengan Ratna Rengganis? Simak kalimatnya berikut: Aku belajar banyak hal. Aku menyukai tantangan-tantangan baru, tapi aku sadar, belajar melupakan seseorang adalah pelajaran yang paling sulit.


Ikatan cinta antara Rengganis dan Gus Birru begitu kuat. Tetapi Rengganis terus mencoba mengikhlaskan apa yang sudah terjadi. Kendati telah melangsungkan akad nikah dengan Suhita, Rengganis tak bisa melupakan Gus Birru. Terlalu banyak kenangan yang keduanya ciptakan. Karena, rasanya sulit melupakan seseorang yang pernah singgah di hati.


Rengganis menceritakan tentang kisah masa lalunya dengan Gus Birru kepada Arya. Kenyataannya, Arya juga memiliki masa lalu yang tak mudah dilupakan. Yang dirindukan Arya sekarang hanya sebatas momen-momen yang dulu. Ia yakin kalau hanya sebatas itu, kelak bisa digantikan oleh orang lain. “Kita baru bisa berhenti mengenang seseorang, kalau kita penuhi hati dan pikiran kita dengan hal-hal baru,” kata Ratna Rengganis.


Melalui Arya, Rengganis mengenal aktivitas baru, hingga membuatnya mulai melupakan sosok Gus Birru yang pernah mewarnai hari-harinya. Dan tentu saja melupakan sosok mantan harus dilakukan meski secara perlahan. "Dia memang perempuan asing, tapi dia punya banyak kesempatan. Aku memang perempuan yang mengenalnya lebih awal, bahkan lebih lama, lebih dekat dari yang orang lain tahu. Tapi aku tak punya lagi kesempatan. Aku tak memiliki apapun selain kenangan,” ungkap Ratna Rengganis.


Rengganis boleh memiliki banyak kenangan dengan Gus Birru di masa lalu, tapi bukan ia yang melukis kisah indah di masa depan. Masa depan tetaplah milik Gus Birru dan Alina Suhita yang sudah menjalin hubungan dengan resmi. "Kesediaanku untuk menjauh dari hidupnya adalah kado terbaikku untuk pernikahannya. Aku mencintainya, harus kurelakan dia bahagia. Walaupun itu berarti aku kehilangan seluruh kekuatanku,” kata Ratna Rengganis.


Kata orang, mencintai tak harus memiliki? Melihat ia bahagia itulah arti mencintai yang sebenarnya. "Cintaku padanya tetap tumbuh dalam diam. Menguncup pelan dalam sukmaku walau hampir setiap hari dia bersikap beku,” ungkap Alina Suhita.


Suhita hanya bisa mencintai Gus Birru dalam diam. Betapa tragis nasib cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Tapi sejauh ini ia masih sanggup bertahan. "Andai aku bisa melumpuhkan ingatan. Mungkin juga akan kuhardik kenangan. Agar ia tidak terus berkelindan. Menghalangi pandangan. Atas masa depan,” ungkap Gus Birru.


Suhita menemukan secarik kertas saat ia membuka novel Jejak Langkah. Isinya juga ditujukan kepada Rengganis. Nama Rengganis benar-benar memenuhi kamar itu. "Aku sangat bahagia. Mushaf di tanganku. Mas Birru di pangkuanku. Al-Anwar di pikiranku. Abah ummik di hatiku. Dan benih Mas Birru, baru saja, di rahimku,” kata Alina Suhita. Dan akhirnya, penantian dan kesabaran Alina Suhita berbuah manis. 


Aneka untaian kalimat yang demikian dalam tersebut seolah akan menjadi magnet sekaligus jaminan bahwa alur cerita dalam film juga akan mengaduk-aduk emosi penonton. Hanya saja, akankah hal tersebut sesuai dengan harapan dalam film? Kita lihat saja.


Rehat Terbaru