• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Pustaka

Pendidikan KH Ahmad Dahlan tentang Makna Perubahan

Pendidikan KH Ahmad Dahlan tentang Makna Perubahan
Sampul buku Kiai Penggerak. (Foto: NOJ/ Ashimuddin Musa)
Sampul buku Kiai Penggerak. (Foto: NOJ/ Ashimuddin Musa)

Membaca Novel KH Ahmad Dahlan ini seperti menyaksikan langsung kehidupan KH Ahmad Dahlan dan kiprah perjuangannya. Kemampuan Haidar Musyafa membawa pembaca masuk dalam kehidupan KH Ahmad Dahlan yang begitu gigih berjuang untuk kemajuan dan perubahan masyarakat Kauman agar lebih religius. Suatu kemampuan luar biasa yang dimiliki dan semestinya mendapat apresiasi. Hal ini membuat banyak kalangan menjadi mudah mengenal KH Ahmad Dahlan lebih dekat.

 

Sesuai dengan judul bukunya, Guru Penggerak, KH Ahmad Dahlan memiliki semangat yang tinggi dan tidak gampang menyerah. Ia terus berusaha sekuat tenaga dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat Kauman dan sekitarnya. Serta menggerakkannya pada perubahan yang jauh lebih positif dengan cara persuasif dan keteladanan moral. Usaha itu ia lakukan agar masyarakat dengan sendirinya dapat melakukan perubahan tanpa didasari unsur paksaan.

 

Langkah yang dilakukan tersebut terbukti membuahkan hasil. Saban hari Langgar Kidul —peninggalan ayahanda KH Ahmad Dahlan— selalu dipenuhi jamaah. Bahkan, makin lama makin membeludak. Hingga pada gilirannya keluarga besar KH Ahmad Dahlan harus melakukan pemugaran dan membangunnya kembali dengan ruangan yang relatif lebih luas dan memadai.

 

Usaha dan kerja keras KH Ahmad Dahlan dalam memberikan pembinaan masyarakat Kauman dan sekitarnya rupanya dapat membawa pada perubahan yang cukup berarti. Masyarakat Kauman, yang awalnya belum mengenal pendidikan formal, dengan bergabungnya KH Ahmad Dahlan dengan perkumpulan persatuan terpelajar Budi Utomo, mereka dapat merasakan mengenyam sebuah pendidikan. Begitupun dengan sistem pelayanan kesehatan, serta penyediaan rumah-rumah yatim dan fakir miskin. Hal itu agar mereka dapat merasakah kenyamanan dengan mempunyai tempat tinggal yang layak. Semua itu diberikannya secara gratis —sungguh prestasi yang luar biasa.

 

Namun demikian, untuk mewujudkan usaha mulia itu, KH Ahmad Dahlan selalu menghadapi tantangan luar biasa dari masyarakatnya sendiri. Tantangan itu lahir karena masyarakat setempat belum mengenal lebih jauh isi dari jalan pikiran KH Ahmad Dahlan di satu sisi, dan di sisi lain karena mereka belum memiliki pemikiran jauh lebih maju ke depan. Sebab, orang-orang Kauman pada umumnya —dan lebih tepatnya orang Indonesia yang notabene penganut agama Islam— dibatasi gerak dan pemikirannya oleh pemerintahan Hindia-Belanda. Atas dasar itulah KH Ahmad Dahlan bersemangat hendak melakukan perubahan yang lebih signifikan meskipun usahanya selalu mendapatkan tantangan dari berbagai kalangan. 

 

Sosok inspirator yang selalu memberikan suntikan motivasi agar usaha mulia tersebut benar-benar dapat terwujud adalah Nyai Walidah, istri KH Ahmad Dahlan. Setiap kali suaminya mendapatkan tantangan, yang selalu ada dan menjadi pelindungnya adalah istrinya. Nyai Walidah selalu membela suaminya meskipun orang lain menjauh darinya.

 

Sebab itulah, KH Ahmad Dahlan merasa bahagia mendapatkan sosok istri salehah yang selalu ada di sisi suami baik suka maupun lara. Bahkan, ia mengharamkan dirinya untuk putus asa dan menyerah karena merasa malu tatkala melihat perjuangan sang istri yang gigih dan setia mendukungnya (hal. 347-345).

 

Tantangan yang paling berat yang selalu menghalangi dakwahnya adalah Kiai Penghulu. Melalui novel Haidar Musyafa ini, tindakan yang diambil Kiai Penghulu, HM Kholil Kamaludiningrat, dalam membatasi gerak dakwah KH Ahmad Dahlan yang paling mendasar karena perbedaan cara pandang di dalam menalar teks agama, sehingga dari perbedaan itu melahirkan perbedaan pemikiran. Kiai Penghulu memandang perlu mempertahankan praktik keagamaan yang sudah dipertahankan secara turun temurun di Kauman oleh para leluhur. Sementara KH Ahmad Dahlan hendak melakukan pemurnian praktik keagamaan yang dipandang jauh dari kesempurnaan sebagaimana pernah dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

 

Tantangan perubahan yang dihadapi KH ahmad Dahlan tampak sulit diterima kebanyakan masyarakat Kauman saat itu, karena masih kental dengan pandangan lama yang sudah masuk ke alam bawah sadar. Menurut Muruga Kumar, perubahan pikiran bisa dilakukan dengan merekonstruksi pikiran bawah sadar. Meskipun di awal, konsep atau ide baru yang hendak dibangun akan mendapatkan penolakan dari konsep atau ide yang lama, namun jika hal itu dilakukan terus-menerus akhirnya akan menguat. Ibarat air yang sudah bercampur dengan tinta, agar bisa menjadi jernih kembali harus diisi air bening secara terus-menerus (HD Iriyanto: 2012).

 

Motivasi Nyai Walidah yang selalu diberikan kepada sang suami agar tetap gigih dalam mewujudkan perubahan yang signifikan di Kauman adalah sebuah bukti nyata dari pasangan suami istri yang memiliki katalisator terciptanya sebuah perubahan di Kauman. Apa yang terjadi? Dakwah yang dicita-citakan yang semula selalu mendapatkan tantangan di Kauman, akhirnya tersebar hingga ke luar daerah Ngayogyakarta. Tentu, setelah mendapat izin pendirian organisasi dari Governemen Hindia-Belanda.

 

Buku novel biografi KH Dahmad Dahlan ini sangat bagus untuk mengetahui rekam jejak pendidikan KH Ahmad Dahlan dalam mengajarkan kader-kader penggerak perubahan yang luar biasa dahsyat. Terbukti, usaha rintisan KH Ahmad Dahlan dalam membidik santri-santri penggerak berhasil terwujud.

 

Ada dua poin perubahan yang terjadi pada manusia. Pertama, perubahan yang bersifat sementara (emotion). Kedua, perubahan yang bersifat permanen (mindset). Kehebatan KH Dahlan adalah usahanya melakukan perubahan dengan mengkombinasikan keduanya sehingga perubahan itu terasa hingga hari ini. Selamat membaca. (*)

 

Identitas Buku:

Judul buku: Guru Penggerak; Novel Biografi KH Ahmad Dahlan
Penulis: Haidar Musyafa
Penerbit: Penerbit Imania​​​​​​​
Tahun terbit: I Februari 2022
Tebal: 528 halaman
ISBN: 978-602-7926-61-5
Peresensi: Ashimuddin Musa, alumnus Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk, Sumenep dan anggota GP Ansor Pragaan, Sumenep.


Pustaka Terbaru