• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Metropolis

Kisah Pilu Korban Tragedi Kanjuruhan, Mata Merah hingga Koma 3 Hari

Kisah Pilu Korban Tragedi Kanjuruhan, Mata Merah hingga Koma 3 Hari
Cahaya Nur, korban tragedi Kanjuruhan matanya merah dan koma 3 hari. (Foto: Tangkap layar)
Cahaya Nur, korban tragedi Kanjuruhan matanya merah dan koma 3 hari. (Foto: Tangkap layar)

Surabaya, NU Online Jatim
Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang pasca pertandingan Arema FC kontra Persebaya menyisakan kisah pilu dari para korban. Salah satunya Cahayu Nur Dewata (16), remaja perempuan asal Jalan Pulau Galang Nomor 2, Kelurahan Ciptomulyo, Sukun, Kota Malang, yang hingga kini matanya merah bahkan sempat koma selama 3 hari.


Nurul Aini, ibunda Cahayu Nur Dewata menuturkan, pada mulanya ia tidak mengetahui anaknya menjadi salah satu korban dalam tragedi sepak bola yang cukup memilukan itu. Pihak keluarga baru mengetahui kericuhan di Stadion Kanjuruhan itu berawal dari postingan seseorang di laman facebook.


“Kakaknya yang pertama mengetahui info tersebut di postingan facebook seseorang. Pamitnya memang ke kakaknya yang pertama itu. Karena gak pulang-pulang ia pun berinisiatif ke stadion dan selanjutnya ke rumah sakit,” ujarnya dalam tayangan di kanal youtube Tribun Jatim, ditonton pada Kamis (13/10/2022).


Ia mengatakan, sejak awal masuk rumah sakit Cahayu sudah koma, bahkan hingga 3 hari lamanya. Menurut seseorang yang menolong anaknya, Cahayu terinjak-injak suporter lain saat berusaha menyelamatkan diri.

 
“Itu ada yang nolong, Namanya lupa sudah. Kata yang nolong ia terinjak-injak suporter lain saat berusaha menyelamatkan diri,” terang Nurul Aini.


Menurut penuturan dokter, lanjutnya, Cahayu mengalami pendarahan di bagian otak. Dampaknya membuat matanya merah dan koma. Tak cukup itu, daya ingatnya juga berkurang. Bahkan, kejadian di Stadion Kanjuruhan tidak banyak yang ia ingat.


“Yang ingat hanya kejadian masa lalu, sewaktu TK dan SD. Kemarin ingat, tapi sebagian saja. Tangan kanannya juga tidak bisa digerakkan, lemes. Kemarin aku terapikan masih bisa gerak, tapi bagian jari. Bahu dan lengan bagian kanannya sakit,” tutur Nurul Aini.


Bahkan, ketika ada keramaian Cahayu kadang suka teriak-teriak. Disinyalir, hal tersebut akibat trauma yang mendalam atas tragedi Kanjuruhan tersebut. “Ketika kunjungan datang, kan rame-rame, itu jadinya teriak-teriak. Kadang ngomong sendiri,” imbuhnya.


Dirinya mengaku selama ini pihaknya menerima bantuan dari pemerintah dalam bentuk uang. Sementara biaya pengobatan semuanya ditanggung oleh pemerintah. “Saya harap anak saya cepat sembuh,” ungkapnya.


Sementara itu, Cahayu Nur Dewata dengan suara lirih menyampaikan kepada awak media berangkat ke Stadion Kanjuruhan bersama lima orang temannya. “Seorang teman saya meninggal dunia, namanya Najwa,” ucapnya.


Ia mengaku lupa dengan peristiwa dalam tragedi Kanjuruhan tersebut. Bahkan, dirinya mengaku lupa dengan skor akhir dalam pertandingan tersebut. Terakhir, ia hanya ingat adanya tembakan gas air mata. Cahaya Nur pun tidak mengetahui secara jelas dari mana gas air mata itu berasal.


“Setelah itu tidak ingat apa-apa. Tiba-tiba sudah di rumah sakit,” pungkasnya.


Editor:

Metropolis Terbaru