Metropolis

KP3 MUI Jatim Bahas Antisipasi Aliran Sesat di Era AI, Usulkan Buku Panduan Nasional

Rabu, 25 Juni 2025 | 10:00 WIB

KP3 MUI Jatim Bahas Antisipasi Aliran Sesat di Era AI, Usulkan Buku Panduan Nasional

FGD Deteksi dan Antisipasi Terhadap Aliran Sesat di Era Artificial Intelligence. (Foto: NOJ/ist)

Surabaya, NU Online Jatim

Kehadiran artificial intelligence (AI) di masa sekarang diakui bagaikan pedang bermata dua. Pada satu sisi, AI membawa banyak kemalahatan untuk agama. Misalnya konten-konten agama dapat disebarluaskan melalui AI. Demikian juga, AI dapat digunakan untuk membantu melakukan penelitian teks-teks agama dan membuka wawasan baru agama yang inklusif dan wasatiyah. Tentu masih banyak kegunaan AI yang positif bagi agama.

 

Namun, pada sisi lain, AI juga digunakan dengan tujuan-tujuan yang tidak benar dan bahkan membawa kemadlaratan bagi manusia. Salah satunya adalah kemunculan video-video hasil AI yang diduga merupakan aliran sesat agama.

 

Oleh karena itulah, Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pelatihan (KP3) MUI Jawa Timur menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) diskusi dengan tema Deteksi dan Antisipasi Terhadap Aliran Sesat di Era Artificial Intelligence. Acara diskusi ini dihadiri Prof. Dr. KH. Thohir Luth, MA Wakil Ketua MUI, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, .Fil.I, CLA, CWC Ketua Komisi KP3 MUI Jawa Timur, Dr. Listiyonso Santoso, MSi Sekretaris, Dr. KH. Ahmad Subakir, Dr. KH. Abu Dzarin, M.Ag, Dr. KH. Sofiyullah, MA, Dr. H. Munawar, M.Si, Dr. KH. Abdul Wached, M.Ag dan lainnya di Kantor MUI Jawa Timur. Kegiatan ini digelar, Rabu (12/06/2025) pukul 13.00 hingga 16.00 sore.

 

Prof. Dr. HM. Thohir Luth, dalam pengantarnya mengatakan tantangan agama yang semakin kompleks di masa yang akan datang. Terutama dengan hadirnya artificial intelligence yang semakin masif saat ini.

 

“Tantangan kita berat. Kita lihat di media social bagaimana AI dapat menghadirkan video-video yang mudah diindikaskan masuk dalam kategori 10 aliran sesat Majlis Ulama Indonesia,” kata Guru Besar Universitas Brawijaya itu.

 

Sementara itu, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin juga menyampaikan keberadaan aliran sesat yang terus akan bermunculan ke depan.

 

“Dalam film Bid’ah, tokoh Walid merupakan sosok tokoh yang menggambarkan bagaiman aliran sesat itu diproduksi. Dalam film ini, agama digunakan sebagai ‘bungkus’ untuk melakukan berbagai kejahatan. Kita harus hati-hati karena secara praktik agama, hampir sama. Wiridnya, sholatnya, dan praktik agamanya sama. Namun, di sela-sela itu ada hal yang bertentangan dengan agama Islam,” ujarnya.

 

Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Shidiq Jember tersebut mengusulkan penerbitan buku yang dijadikan guidance untuk penangangan aliran sesat di Indonesia.

 

“Fenomena aliran sesat tentu akan berulang kali. Oleh karena itu, perlu buku pedoman penanganan untuk internal MUI dan para stakeholder. Selain itu, juga untuk kalagan luas masyarakat,” terangnya.

 

Selaras dengan itu, Dr. Listiyono mengungkapkan bahwa buku ini sangat penting diterbitkan sebagai referensi bagi masyarakat luas.

 

“Saya kira buku ini sangat penting. Pengalaman kita selama ini di KP3 dapat dijadikan referensi untuk pembuatan buku tersebut. Usulan saya buku ini adalah buku saku dengan gaya bahasa yang popular dan dipahami oleh semua orang,” ungkap Wadek 1 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga itu.

 

Tak hanya itu Dr. KH. Abdul Wachid menguatkan apa yang sudah disampaikan tentang pentingnya buku ini untuk digunakan di masa yang akan datang.

 

”Menurut saya, ada buku untuk pengurus MUI dan masyarakat luas. Saya kira dua-duanya penting. Ini sebagai bentuk legacy kita di akhir kepengurusan. Nanti penyusunan buku, mari kita bagi bersama,” tutup Dr. KH. Abdul Wachid yang juga dosen IAIN Madura.