• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Malang Raya

Omicron Pengaruhi Ekonomi Indonesia, Guru Besar UB: Tidak Usah Cemas

Omicron Pengaruhi Ekonomi Indonesia, Guru Besar UB: Tidak Usah Cemas
Guru Besar Ekonomi Universitas Brawijaya, Muhammad Khusaini (Foto: Istimewa)
Guru Besar Ekonomi Universitas Brawijaya, Muhammad Khusaini (Foto: Istimewa)

Malang, NU Online Jatim

Kasus varian baru Covid-19 Omicron yang mengalami kenaikan di tengah upaya pemulihan ekonomi tahun 2022 menimbulkan pertanyaan mungkinkah ekonomi Indonesia tahun ini lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya?

 

Guru Besar Ekonomi Unversitas Brawijaya (UB) Mohammad Khusaini menyampaikan secara khusus dalam webinar yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur pada Jumat (14/01/2022). Dirinya menjelaskan, lonjakan kasus omicron menyebabkan pemulihan ekonomi global terganggu. 

 

"Tidak hanya di Indonesia, pertumbuhan ekonomi semua negara saat ini sangat bergantung pada pengendalian kasus Covid-19," ujarnya.

 

Selain itu, melonjaknya kasus omicron di luar negeri dikhawatirkan juga akan berdampak kepada ekonomi Indonesia. Pasalnya dengan lonjakan kasus yang terjadi di sejumlah negera seperti Amerika Serikat (AS)  dan China, tidak dapat dipungkiri juga akan mengganggu aktivitas ekspor nasional karena Negara-negara tersebut merupakan mitra dagang utama.

 

"Amerika menjadi pusat keuangan global. Mereka memiliki sekitar 19 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, bisa dibayangkan. Sehingga jika ekonomi negara ini (Amerika) anjlok, akan berpengaruh bagi Indonesia," paparnya.

 

Disisi lain, lanjut Khusaini, saat ini ekonomi Amerika mengalami stagflasi, yaitu melambatnya pertumbuhan ekonomi disertai inflasi. Hal itu mengakibatkan rencana pengurangan pembelian aset semakin cepat dan penaikan bunga acuan dipercepat.

 

"Kejadian tersebut menyebabkan goncangan bagi negara-negara emerging market, termasuk Indonesia. Nilai tukar terdepresiasi sehingga mengganggu dunia usaha dan pemulihan ekonomi," jelas Direktur Pascasarjana UB ini. 

 

Sementara itu, China mengalami cerita berbeda. Menurut Khusaini, ekonomi negara tirai bambu itu terus merosot dari yang diperkirakan. Ditambah lagi ada persoalan menurunnya pasokan energi sehingga mengganggu produksi manufaktur domestik dan global.

 

Sebagai mitra dagang utama Indonesia, kondisi ekonomi China berdampak serius terhadap perniagaan Indonesia. Khususnya dari sisi ekspor.

 

"Persoalan ini menyebabkan pemulihan ekonomi Indonesia terganggu lewat jalur industri manufaktur, ditambah beberapa kota di China alami penguncian sementara alias lockdown akibat omicron," sambungnya.

 

Kendati demikian, Khusaini mengajak agar masyarakat tak perlu cemas. Diperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,2 persen di tahun 2022. Serta akan terus mengalami peningkatan. Hal itu sesuai dengan data World Bank Global Economic Propspect.

  

"Ditandai dengan naiknya penjualan mobil di Indonesia mencapai 790.524 unit (Januari-November 2021).  Angka tersebut naik signifikan mencapai 48,48 persen," pungkasnya.


Editor:

Malang Raya Terbaru