• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Metropolis

LP Ma’arif NU Jatim Paparkan Dua Tantangan di Umur 93 Tahun

LP Ma’arif NU Jatim Paparkan Dua Tantangan di Umur 93 Tahun
Sholehuddin. (Foto: NOJ/Boy)
Sholehuddin. (Foto: NOJ/Boy)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Anggota Bidang Pengembangan Madrasah Unggul Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif  NU Jawa Timur, H Sholehuddin memaparkan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga yang telah berumur 93 tahun pada Senin (19/09/2022) kemarin. Menurutnya, ke depan tantangan LP Ma'arif NU bermuara pada dua hal yaitu internal dan eksternal.

 

“Internal adalah bagaimana menjam'iyahkan pendidikan NU. Ketua Pimpinan Pusat (PP) LP Ma'arif  NU M Ali Ramdani di sela-sela Rakernas di Malang beberapa waktu yang lalu sempat melontarkan gagasan ekosistem pendidikan NU. Saya mengartikan ini sebagai upaya menjam'iyahkan pendidikan NU,” katanya saat dihubungi NU Online Jatim, Selasa (20/09/2022) siang.

 

Pria yang juga ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Sidoarjo itu mengutarakan jika bicara jam'iyah tentu ada sistem. Dalam sistem dulu dikenal dengan pedoman organisasi. Ini merupakan turunan dari Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD ART) NU. Dalam konteks saat ini bisa dibuat Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai tipologinya.

 

“SPM ini memuat indikator pelayanan pendidikan di NU. Mulai dari kelulusan, isi, ketenagaan, sarana, kelembagaan, penilaian, pembiayaan dan seterusnya sesuai kebutuhan dan karakter atau tipologi nyaman,” ujarnya.

 

Sholehuddin kemudian memberikan contoh, kelulusan yang identik kesiswaan dan non akademik menstandarkan adanya ekstrakurikuler hadrah ala ISHARI, pencak silat ala Pagar Nusa atau pembiasaan berbasis Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja).  

 

“Standar isi, bagaimana penerapan mata pelajaran muatan lokal Aswaja, penilaian dengan PTS dan PAS atau ujian Ma'arif, ketenagaan, guru harus bisa tahlil dan aktif di kegiatan keagamaan NU, dan dapat rekom Ranting NU atau minimal banom dan seterusnya,” jelasnya.

 

Sholehuddin menilai, kelembagaan pendidikan NU masih dihadapkannya problem tipologi. Banyak lembaga pendidikan NU secara kultural tapi tidak secara struktural, atau dapat diartikan  belum jam'iyah. Biasanya mereka sudah mapan dan mandiri. Dan berdasarkan data dari salah satu ketua cabang, LP Ma'arif NU dinilai belum memberikan kontribusi kepada lembaga di bawahnya.

 

“Bisa jadi itu kasuistik dan paradigma lama. Inilah tantangan LP Ma'arif, meyakinkan internal bahwa LP Ma'arif NU juga professional,” terangnya.

 

Secara eksternal, LP Ma'arif NU dihadapkan pada persaingan lembaga di luar NU. Hal ini bisa dihadapi dengan peningkatan mutu internal dan branding lembaga. Sholehuddin sudah mencoba melakukan pendekatan kultural untuk membuat langkah kongkrit. Misalnya diawali dengan publikasi melalui media sosial. Sebab, medsos adalah media paling murah tapi efektif untuk pencitraan (branding).

 

“Kita berharap, di tangan ketua LP Ma'arif PBNU saat ini, dengan kapasitasnya bisa membawa lembaga ini makin memberikan manfaat dan meningkatkan daya tawar baik internal mauun eksternal,” tandasnya.


Metropolis Terbaru