• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Metropolis

Majelis Mahasantri PWNU Jatim, Gus Robith Jelaskan Ciri Utama Aswaja

Majelis Mahasantri PWNU Jatim, Gus Robith Jelaskan Ciri Utama Aswaja
Majelis Mahasantri yang digelar di PWNU Jatim. (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)
Majelis Mahasantri yang digelar di PWNU Jatim. (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)

Surabaya, NU Online Jatim

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim) menggelar acara Majelis Mahasantri (Majma’) di Aula Hadratussyeikh KH M Hasyim Asy’ari Lantai III kantor PWNU setempat pada Sabtu (10/09/2023). Dalam majelis ini diisi dengan ngaji kitab muqodimah qonun asasi yang merupakan pesan KH M Hasyim Asy’ari saat mendirikan NU.


Wakil Sekretaris PWNU Jatim, Gus HM Robith Fuadi yang juga menjadi salah satu pembicara mengutip Imam Abu Al-Hasan Al-Asy'ari dalam kitab Maqalat Al-Islamiyyin Wa Ikhtilaf Al-Mushallin terkait ciri utama Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).


“Imam Abu Al-Hasan Al-Asy'ari itu mengatakan dirinya tidak akan mengkafirkan seorang muslim yang masih shalat menghadap kiblat yang sama,” katanya.


Menurutnya, ini menjadi pembeda dengan kelompok lain di luar Aswaja yang saling mengkafirkan satu sama lain. Hal tersebut ditegaskan Abi Manshur Abdul Qahir bin Thahir bin Muhammad Al Baghdadi dalam kitabnya Al Farqu Baina al Firaq bahwa tidak ada selain Aswaja kecuali saling mengkafirkan.


“Dalam bahasa ulama lain, tidak mengeluarkamu dalam agama Islam kecuali kamu mengkufuri yang menyebabkan kamu Islam. Maka selama masih kiblatnya sama tetap muslim,” terangnya.


Alumni Universitas Al-Azhar Mesir itu kemudian menguraikan terkait bahaya Syi’ah. Menurutnya, Syi’ah meyakinan sesuai nash dari Nabi Muhammad yang menjadi khalifah setelah nabi wafat adalah Ali bin Abi Thalib. Keyakinan tersebut berkonsekuensi jika kholifah setelah nabi bukan Ali bin Abi Thalib adalah sebuah kesalahan. Maka yang mendukung Abu Bakar menjadi khalifah adalah mendukung kesalahan.


“Akhirnya Syi’ah tidak mau mengambil ajaran agama dari orang-orang yang telah dianggap mengambil hak Ali bin Abi Thalib,” paparnya.


Lebih lanjut, yang bisa dipercaya menurut Syi’ah adalah Ali bin Abi Thalib berserta anak turunnya. Oleh karena itu, hadist-hadist yang dipakai oleh Syi’ah berbeda dengan hadist yang dipakai oleh Aswaja seperti hadist Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Nasa’i, dan Imam Tirmidzi. Syi’ah hanya memapaki hadist yang diriwayatkan oleh ahlul bait dan pendukungnya. Padahal hadist Rasulullah SAW diriwayatkan oleh banyak sekali sahabat.


“Karena hanya mengambil hadist dari ahlul bait dan pengikutnya, Syi’ah otomatis membuang banyak sekali ajaran Rasulullah sehingga pemahaman agamanya tidak sempurna,” tandasnya. 


Metropolis Terbaru