• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Metropolis

Membanggakan, Mahasiswa Unusida Raih Medali Perak di Ajang Internasional

Membanggakan, Mahasiswa Unusida Raih Medali Perak di Ajang Internasional
Mahasiswa Unusida saat menunjukkan Medali Perak yang diraih dalam ajang Internasional Young Moslem Inventor Award (IYMIA) 2024. (Foto: NOJ/Maschan)
Mahasiswa Unusida saat menunjukkan Medali Perak yang diraih dalam ajang Internasional Young Moslem Inventor Award (IYMIA) 2024. (Foto: NOJ/Maschan)

Sidoarjo, NU Online Jatim
Di awal tahun 2024, mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) kembali meraih prestasi dalam ajang internasional. Kali ini mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) meraih Medali Perak dalam ajang Internasional Young Moslem Inventor Award (IYMIA) 2024 yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) di Institut Pertanian Bogor (IPB), Kamis-Ahad (11-14/01/2024).

 

Kompetisi tersebut diikuti ratusan peserta dari berbagai negara di antaranya Indonesia, Thailand, Afrika, Arab Saudi, dsb. Adapun tim mahasiswa Unusida terdiri dari Bonang Ramadhani Hidayatullah (Teknik Informatika), Muhammad Af Rizal Mumtaz (Sistem Informasi), Yunia Nuri Hidayah (PGSD), Ahmad Yauman Syifa (DKV), dan Aisyah Adawiyah (PBI).

 

Dosen Pembimbing, Arda Surya Edtya mengungkapkan, selama ini ia sudah membidik perlombaan ajang internasional yang sesuai dengan Unusida sebagai kampus Islami.

 

Oleh karena itu, ia mengarahkan mahasiswa untuk dapat menyajikan sistem media pembelajaran Al-Qur’an inovatif yang memanfaatkan secara mendalam pembelajaran dan integrasi audio. Aplikasi Mumtaz ini dapat menjadi media pendidikan untuk mengajar dan membantu siapa pun untuk menghafal dan mempelajari Al-Quran.

 

“Kami terpikir untuk membuat sistem yang dapat membantu siapa saja yang ingin menghafal Al-Quran. Sistem tersebut yang kemudian menjadi bekal untuk turut serta dalam ajang internasional,” ujarnya kepada NU Online Jatim, Rabu (17/01/2024).

 

Kepala Program Studi (Kaprodi) Teknik Informatika tersebut sangat mengapresiasi potensi mahasiswa dalam mengaplikasikan materi yang sudah dipelajari.

 

“Selama 2 bulan terakhir, saya mencoba mengarahkan mahasiswa untuk membuat sistem untuk diperlombakan dalam ajang Internasional. Alhamdulillah mahasiswa dapat mengerti dan mengeksekusinya dengan baik,” tandasnya.

 

Ketua tim, Bonang Ramadhani Hidayatullah menjelaskan ia dan tim membuat aplikasi yang diberi nama Mumtaz. Aplikasi tersebut mirip dengan aplikasi Al-Qur’an online, akan tetapi menggunakan model deep learning yang dapat membantu siapapun dalam mempelajari dan menghafal Al Qur’an.

 

Melalui fitur scan audio tersebut diharapkan dapat membuat penilaian yang lebih akurat dalam menilai kefasihan tajwid sehingga dapat membantu evaluasi lansiran Al-Quran yang dibaca oleh pengguna.

 

“Aplikasi ini menggunakan metode deep learning untuk menilai kefasihan tajwid dan tanda baca. Sehingga dapat membantu bagi yang mau mempelajari maupun menghafal Al Qur’an,” jelasnya.

 

Aplikasi Mumtaz bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan aplikasi seluler untuk membantu siapa pun melakukannya menghafal Al-quran dengan metode termudah dan menyenangkan. Yang dapat memberikan manfaat seperti mempermudah bacaan, kefasihan membaca tajwid, memperbaiki bacaan, dan membantu daya ingat hafalan.

 

Dalam sistem aplikasi Mumtaz ini dilengkapi dengan banyak menu untuk membantu pengguna lebih banyak belajar tentang Alquran. Secara umum aplikasi ini mempunyai 5 menu seperti Al-quran digital, E-book tajwid, waktu salat, evaluasi lantunan Al-Quran, serta tips menghafal Al-Quran.

 

Melalui survey uji coba yang sudah dilakukan, ia menyebutkan dari 30 responden diperoleh 72 persen menjawab sangat membantu dan menghibur, 16 persen menjawab aplikasi Mumtaz cukup membantu dan menghibur, dan 12 persen menjawab bahwa aplikasi Mumtaz berfungsi normal.

 

Kecepatan dalam menilai dari tingkat akurasi tajwid dan titik letak kesalahan saat membaca menjadi keunggulan dari aplikasi tersebut. Sehingga ketika orang yang belajar membaca dan menghafal Al-Quran dapat lebih memperhatikan makhorijul huruf, tajwid, dan kelancaran.

 

“Memang saat ini masih dalam tahap pengembangan, jadi isinya masih surat pendek saja. Perlu dikembangkan lagi sebelum digunakan oleh banyak orang,” katanya.

 

Bonang mengungkapkan, ia dan tim baru pertama kali membuat project dengan audio deep learning. Akan tetapi terdapat mata kuliah Teknik Informatika dan Sistem Informasi yang menjadi acuan bagi untuk menyelesaikan aplikasi Mumtaz yang dirancang.

 

“Kami sempat mengalami kesulitan karena metode deep learning jauh lebih susah karena menggunakan coding dengan sistem algoritma cukup rumit. Alhamdulillah dengan tim yang terdiri dari lintas prodi dapat saling melengkapi sehingga aplikasi Mumtaz dapat selesai,” ungkapnya.

 

Sementara itu, anggota tim Muhammad Af Rizal Mumtaz merasa sangat bangga karena dapat memperoleh medali. Yang awalnya tidak sempat berpikir untuk juara, hanya berusaha memaksimalkan segala sesuatu untuk mendapatkan pengalaman.

 

“Motivasi kami adalah tidak mau mengecewakan pembimbing, jadi kami selalu mencoba fokus dan selalu maksimalkan setiap tahap, mulai dari persiapan hingga presentasi di depan juri,” pungkasnya.


Metropolis Terbaru