• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Metropolis

Muhasabah Akhir Tahun Pemprov Jatim, Khofifah Baca Puisi Gus Mus

Muhasabah Akhir Tahun Pemprov Jatim, Khofifah Baca Puisi Gus Mus
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat membaca puisi KH A Mustofa Bisri atau Gus Mus. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat membaca puisi KH A Mustofa Bisri atau Gus Mus. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur menggelar Muhasabah Akhir Tahun 2021 dan Songsong Jatim Bangkit 2022. Kegiatan tersebut dipusatkan di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Jum’at (31/12/2021) sore. 


Hadir dalam kesempatan ini Gubenur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubenur Jatim Emil Estiano Dardak bersama istri Arumi Bachsin, dan KH Anwar Zahid. Turut hadir secara virtual Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf.


Dalam sambutannya, Gubernur Khofifah menyampaikan rasa syukur atas terselenggarannya kegiatan ini. Gubenur yang juga menjabat Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU ini kemudian membaca puisi KH A Mustofa Bisri berjudul ‘Selamat Tahun Baru Kawan’ dihadapan ratusan jamaah. Inilah puisi selengkapnya:


‘Selamat Tahun Baru Kawan’


Kawan, sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk memandang diri sendiri
Bercermin firman Tuhan, sebelum kita dihisab-Nya


Kawan siapakah kita ini sebenarnya?
Muslimkah, mukminin, muttaqin,
kholifah Allah, umat Muhammadkah kita?
Khoirul ummatinkah kita?


Atau kita sama saja dengan makhluk lain atau bahkan lebih rendah lagi
Hanya budak perut dan kelamin
Iman kita kepada Allah dan yang ghaib rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan 
Lebih pipih dari kain rok perempuan
Betapapun tersiksa, kita khusyuk didepan masa
Dan tiba tiba buas dan binal disaat sendiri bersama-Nya
Syahadat kita rasanya lebih buruk dari bunyi bedug, atau pernyataan setia pegawai rendahan saja.
Kosong tak berdaya.


Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu
Lebih cepat dari pada menghirup kopi panas dan lebih ramai daripada lamunan 1000 anak pemuda.
Doa kita sesudahnya justru lebih serius memohon enak hidup di dunia dan bahagia di surga.
Puasa kita rasanya sekadar mengubah jadual makan minum dan saat istirahat, tanpa menggeser acara buat syahwat, ketika datang rasa lapar atau haus.


Kita manggut manggut, ooh...beginikah rasanya dan kita sudah merasa memikirkan saudara-saudara kita yang melarat.
Zakat kita jauh lebih berat terasa dibanding tukang becak melepas penghasilanya untuk kupon undian yang sia-sia
Kalaupun terkeluarkan, harapan pun tanpa ukuran upaya-upaya Tuhan menggantinya lipat ganda
Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri, mencari pengalaman spiritual dan material, membuang uang kecil dan dosa besar.
Lalu pulang membawa label suci asli made in saudi "HAJI"


Kawan, lalu bagaimana dan seberapa lama kita bersama-Nya
atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya,
mensiasati dunia khalifahnya,


Kawan, tak terasa kita semakin pintar, mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita paling tidak kita semakin pintar berdalih
Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan
Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran,mengacau dan menipu demi keselamatan
Memukul, mencaci demi pendidikan
Berbuat semaunya demi kemerdekaan
Tidak berbuat apa apa demi ketenteraman
Membiarkan kemungkaran demi kedamaian pendek kata demi semua yang baik halallah sampai yang tidak baik.


Lalu bagaimana para cendekiawan, seniman, mubaligh dan kiai sebagai penyambung lidah Nabi
Jangan ganggu mereka
Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya
Para seniman sedang merenungkan apa saja
Para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana-mana
Para kiai sibuk berfatwa dan berdoa
Para pemimpin sedang mengatur semuanya
Biarkan mereka di atas sana
Menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri


Seusai membaca puisi Gus Mus, Gubernur Khofifah kemudian memungkasi sambutan. Acara tersebut kemudian dilanjut dengan pembacaan shalawat yang dipimpin Habib Syech.


Metropolis Terbaru