• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Metropolis

Ode Buat Gus Dur, Puisi D Zawawi Imron di Panggung Budaya Tunas Gusdurian

Ode Buat Gus Dur, Puisi D Zawawi Imron di Panggung Budaya Tunas Gusdurian
Penyair nasional D Zawawi Imron saat membaca puisi karyanya berjudul 'Ode Buat Gus Dur'. (Foto: NOJ/ Moch Miftachur Rizki)
Penyair nasional D Zawawi Imron saat membaca puisi karyanya berjudul 'Ode Buat Gus Dur'. (Foto: NOJ/ Moch Miftachur Rizki)

Surabaya, NU Online Jatim
Penyair nasional dari Sumenep D Zawawi Imron turut memeriahkan perhelatan Panggung Budaya Temu Nasional (Tunas) Gusdurian 2022. Penyair yang dikenal dengan sajak Celurit Emas itu mempersembahkan puisi berjudul ‘Ode Buat Gus Dur dalam kegiatan yang dipusatkan di Hall Muzdalifah, Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Sabtu (15/10/2022) malam.


Dalam kesempatan ini, ribuan peserta Tunas Gusdurian dari berbagai wilayah di Indonesia dibuat takjub dengan pembacaan puisi karyanya sendiri itu.


Berikut ini bait puisi 'Ode Buat Gus Dur' karya D Zawawi Imron.


I
Aku tak tahu, kata apa yang pantas kami ucapkan
untuk melepaskan, setelah engkau bulat
menjadi arwah
<>Setiap daun kering pasti terlepas dari tangkai
bersama takdir Tuhan
Untuk itu kami resapi Al-Ghazali
bahwa tak ada yang lebih baik
daripada yang telah ditakdirkan Allah
Karena itu kami rela
mesti tak sepenuhnya mengerti
karena yang terindah adalah rahasia


II
Bendera dinaikkan setengah tiang
Tapi angin seakan enggan menyentuhnya
apalagi mengibarkannya
Biarkan bendera itu merenung
menafakkuri kehilangan ini
yang bukan sekadar kepergian
Bendera itu diam-diam meneteskan juga
air mata, yang didahului tetesan embun di ujung daunan
Semua membisikkan doa
seperti yang kucapkan setelah kau dikuburkan
Bendera itu seperti tak punya alasan
untuk berkibar, seperti kami yang tak punya alasan
untuk meragukan cintamu
kepada buruh pencangkul yang tak punya tanah
atau kepada nelayan yang tidak kebagian ikan
Cintamu akan terus merayap
ke seluruh penjuru angin
dan tak mengenal kata selesai


III
Di antara kami ada yang mengenalmu
sebagai pemain akrobat yang piawai
sehingga kami kadang bersedih
dan yang lain tersenyum
Yang kadang terluput kulihat
adalah kelebat mutiara
yang membias sangat sebentar
Hanya gerimis dan sesekali hujan
yang menangisi momentum-momentum yang hilang
padahal kami tahu
momentum tak kan kembali
dan tidak akan pernah kembali


IV
Matahari besok akan terbit
mengembangkan senyummu
lalu dilanjutkan
oleh bibir bayi-bayi yang baru lahir
Merekalah nanti yang akan bangkit
membetulkan arah sejarah


Selamat jalan, Gus Dur!
Selamat berjumpa dengan orang-orang suci
Selamat berkumpul dengan para pahlawan
Karena engkau sendiri
memang pahlawan


Di akhir pembacaan puisinya, penyair yang memiliki kumpulan sajaknya Bulan Tertusuk Ilalang dan mengilhami Sutradara Garin Nugroho membuat film dengan judul yang sama itu, membacakan sebuah pantun. Pantun yang disampaikan pria kelahiran 1 Januari 1945 itu membuat seluruh Gusdurian yang hadir terkesima.


"Bu Nuriyah hormatku,
Gus Mus guruku,
Tunas Gusdurian sayangku,
Jejakku kutinggal di sini, tapi senyummu kubawa pergi."


Sebagai informasi, panggung budaya ini disaksikan langsung oleh istri Gus Dur Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus, dan sejumlah tokoh lainnya.


Metropolis Terbaru