Metropolis

Prof Nuh Merasa Takjub dengan Kesetiaan Ibu-ibu terhadap Muslimat NU

Ahad, 16 Februari 2025 | 14:00 WIB

Prof Nuh Merasa Takjub dengan Kesetiaan Ibu-ibu terhadap Muslimat NU

Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof Muhammad Nuh. (Foto: NOJ/ISt)

Surabaya, NU Online Jatim

Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof Muhammad Nuh merasa speechless atau takjub melihat kesetiaan ibu-ibu yang sangat luar biasa dalam memberikan dukungan agar Muslimat NU ini semakin memberikan kemanfaatan.


Hal ini disampaikannya saat Penutupan Kongres ke-18 Muslimat NU di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Sabtu (15/02/2025).


“Tentu saya awali terlebih dahulu dengan menyampaikan salam hormat dari KH Miftachul Akhyar selaku Rais Aam dan Ketua Umum PBNU sekaligus mengucapkan selamat Muslimat NU yang sungguh sangat luar biasa,” ujarnya.


Menurut Prof Nuh, majunya Muslimat NU itu sama dengan majunya NU agar bisa membawa NU semakin maju, karena Muslimatnya ada namanya Muslimat NU. “Oleh karena itu, kami berharap Muslimat NU terus jauh lebih berkembang lagi, lebih memberikan manfaat dan seterusnya,” terangnya.


Pihaknya menerangkan, tema yang diambil dalam kongres ini luar biasa yakni ‘Merawat Tradisi, Menguatkan Kemandirian dan Meneduhkan Peradaban’. Ternyata ada tiga hal yang menarik digagas di situ. 


“Pertama menghubungkan antara masa lalu, masa kini dan masa depan. Merawat itu tentunya sesuatu yang sudah ada, itu bahasa yang melekat adalah merawat yang sudah ada masa lalu,” ungkapnya.


Lebih lanjut, menguatkan kemandirian itu adalah masa kini, dan semuanya dipakai untuk meneduhkan peradaban. Ia menyebut, inilah hebatnya Muslimat NU yang mampu menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. 


“Siapa saja yang tidak merancang masa depan pada gilirannya tidak punya masa kini, karena masa depan itu akan menjadi masa kini. Siapa saja yang tidak punya masa kini, masa kininya kelam, maka masa lalunya pun akan menjadi kelam,” paparnya.


Dirinya menjelaskan, Muslimat NU bukan sekadar berfikir masa lalu, masa kini dan masa depan, tetapi mampu merangkai semuanya menjadi satu kesatuan. Pihaknya ingin menambahkan tentang kemandirian, izin mengambil punyanya Steven Kafi, jadi hirarki yang paling bawah adalah dependen tergantung, semuanya serba tergantung. 


“Ini kalau organisasi dibiarkan terus menerus dia tergantung pada orang lain atau dengan ekosistem yang lain, maka organisasi ini akan dihargai, tergantung siapa yang di gantungin, maka tidak akan bisa leluasa mengembangkan dengan ide-ide besarnya karena tergantung pada orang lain itu,” jelasnya.


“Maka alhamdulillah Muslimat NU sudah lepas dari ketergantungan itu menjadi kemandirian, sekarang fasenya adalah penguatan kemandirian, jika diteruskan dari dependen menjadi independen, dari independen menjadi interdependen, mandiri itu baik untuk dirinya sendiri, tetapi puncaknya adalah orang lain pun tergantung pada diri kita, tidak hanya Muslimat yang hanya kita penuhi, tetapi di luar Muslimat dan di luar NU bisa kita penuhi interdependen,” tambahnya.


Terakhir, pihaknya mengucapkan selamat kepada Ibu Khofifah Indar Parawansa sebagai Ketua Umum Dewan Pembina PP Muslimat NU dan Ibu Arifatul Choiril Fauzi sebagai Ketua PP Muslimat NU masa khidmat 2025-2030.