• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Metropolis

Rais Aam PBNU: Hawa Nafsu Biang Kerok Keruwetan Hidup

Rais Aam PBNU: Hawa Nafsu Biang Kerok Keruwetan Hidup
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. (Foto: NU Online)
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. (Foto: NU Online)

Surabaya, NU Online Jatim

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengatakan, bahwa hawa nafsu merupakan akar masalah manusia di muka bumi. Sebagai seorang manusia berakal dan memiliki Al-Qur'an sebagai pedoman, kaum muslimin seharusnya yang mengontrol hawa nafsu, bukan sebaliknya jadi budak hawa nafsu.

 

"Hawa nafsu biang kerok dari keruwetan, segala ketidaktaatan," jelas Kiai Miftach saat menyampaikan taushiyah pada Harlah ke-78 Muslimat NU di Gelora Bung Karno Jakarta, Sabtu lalu dilansir dari NU Online.

 

Kiai Miftach mengatakan, hawa nafsu yang tidak terkendali jadi pokok dan dasar dari kemaksiatan atau penentangan kepada Sang Khaliq. Ia menyebutkan, hawa nafsu yang liar juga awal dari segala lupa. Dengan tidak bisa menjaga diri dan mengontrol syahwat sama halnya dengan rela dan ridho dikontrol oleh hawa nafsunya, ambisinya, syahwatnya.

 

"Ini merupakan asal pokok dari segala kemaksiatan dan lupa atas jati diri," ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah Surabaya itu.

 

Hawa nafsu yang tidak terkontrol secara baik, kata Kiai Miftach, akan menciptakan ambisi yang menggebu-gebu untuk mencapai tujuannya. Terkadang demi menuruti kemauan hawa nafsu yang liar, seseorang menghalalkan segala cara.

 

“Hawa nafsu tersebut bisa meliputi hawa nafsu ingin berkuasa, ingin dihormati, ingin kaya, ingin makan, dan lain sebagainya,” tuturnya.

 

Manusia, kata Kiai Miftach, khususnya Muslimat NU yang terdiri dari ibu-ibu harus bisa mengendalikan diri karena ibu tiang negara. Semua manusia terbaik, khususnya Rasulullah lahir dari seorang perempuan.

 

Perempuan ibarat madrasah, tempat penggemblengan, tempat menempa calon pemimpin yang baik, dari ibu-ibu inilah lahir para pemimpin. Kemudian lahirlah sebuah masyarakat yang baik. Dari masyarakat yang baik maka lahirlah sebuah negara baik. Semua itu atas jasa-jasanya para ibu semua.

 

"Kebalikan, jika bisa mengontrol hawa nafsu, tidak dikendalikan hawa nafsu. Maka akan timbul sikap ketundukan pada Tuhan, ketaatan, menghormati, baik pada pimpinan pemerintahan atau sesama karena tidak mau dikontrol nafsunya," tandasnya.


Metropolis Terbaru