• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Metropolis

Silatnas Al Khoziny, Pengasuh Ingatkan Santri-Alumni Sanad Keguruan

Silatnas Al Khoziny, Pengasuh Ingatkan Santri-Alumni Sanad Keguruan
Pengasuh Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, KH R Abdus Salam Mujib. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)
Pengasuh Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, KH R Abdus Salam Mujib. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Pengasuh Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, KH R Abdus Salam Mujib mewanti-wanti para santri dan alumni untuk terus menjaga sanad guru. Salah satunya dengan tidak melakukan hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya di pesantren, semisal shalat dengan shaf berjarak seperti  di Jakarta yang menjadi perbincangan publik hari ini.

 

“Hal seperti itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW sampai guru-guru kita. Hal itu membuat kontroversi saja,” katanya saat memberi sambutan pada Silaturahim Nasional (Silatnas) Alumni dan Haul Masyayikh Pondok Pesantren Al-Khoziny yang dipusatkan di Taman Budaya Sentra Bangkalan, Sabtu (29/04/2023).

 

Kiai Salam mengatakan, santri tidak boleh mengikuti aliran macam-macam walaupun belum sesat. Seperti misalnya shalat pakai sarung saja tidak pakai baju. Laku semacam ini sebenarnya sah kalau sudah menutup aurat bagi laki-laki, tapi kalau dilakukan akan membuat kontroversi.

 

“Hal yang makruf dilakukan saat berjamaah membuat jamaah tidak memiliki faedah. Jadi tidak usah dilakukan saja,” katanya.

 

Disebutkan, Indonesia mempunyai empat pilar, yakni Pancasila, Bhinneka Tungga Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Undang-Undang Dasar 1945. Namun, santri Al-Khoziny tidak hanya mempelajari itu saja, karena para masyaikh juga mempelajari bagaimana tegaknya negara.

 

“Untuk menegakkan negara harus dengan ilmu para ulama. Undang-Undang yang dibuat harus dengan ilmu ulama agar tidak kontroversi,” terangnya.

 

Jika tidak dengan ilmu ulama, lanjut Kiai Salam, bisa jadi di Indonesia ada undang-undang (UU) legalitas LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender). Atau membuat UU yang tidak sesuai dengan prinsip keadilan.

 

Kemudian untuk menegakkan negara harus memilih pemimpin yang adil. Kalau pemimpin tidak adil bisa dipastikan selama memimpin akan berbuat dzolim. Tidak mementingkan masyarakat tetapi mementingkan dirinya sendiri.

 

“Lalu untuk menegakkan negara, orang-orang kaya harus membayar pajak. Harus mendukung berjalannya pemerintahan dengan membayar pajak. Untuk menegakkan negara juga membutuhkan kontribusi para fakir miskin dengan keikhlasan doa-doanya,” ungkapnya.

 

Di samping itu, Kiai Salam lantas mengucapkan terima kasih kepada para alumni yang telah berdiskusi untuk memberi masukan agar Pondok Pesantren Al Khoziny ke depan menjadi pesantren yang semakin baik dan maju.

 

“Insyaallah, kami akan melaksanakan rekomendasi dari halaqah para alumni untuk kemajuan Al Khoziny,” tandasnya.


Metropolis Terbaru