• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Opini

Belajar dari Madrasah ‘Temu Inklusi’ di Pesantren Sukorejo

Belajar dari Madrasah ‘Temu Inklusi’ di Pesantren Sukorejo
Temu inklusi ke-5 2023 di Pesantren Sukorejo, Situbondo. (Foto: NOJ/Istimewa)
Temu inklusi ke-5 2023 di Pesantren Sukorejo, Situbondo. (Foto: NOJ/Istimewa)

Tulisan ini hanyalah sekadar catatan kecil di sela-sela mengikuti acara puncak temu inklusi ke-5  yang digelar sejak Senin hingga Rabu (31/07-02/08/2023) di Auditorium Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo, Situbondo.


Kegiatan ini kembali meneguhkan eksistensi peran Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo sebagaimana pondok pesantren lainnya di Indonesia. Yakni dalam menjalankan fungsinya sebagai mercusuar keilmuan, baik dalam merespons isu-isu krusial keagamaan, kebangsaan dan kemanusiaan.


Dipilihnya Pondok Pesantren Sukorejo menjadi tuan rumah sebuah kegiatan kemanusiaan untuk berbagi cinta dan rasa dengan saudara-saudara yang ditakdirkan hidup dalam keterbatasan secara fisik. Dan tentu saja kegiatan ini banyak memberikan pesan dan kesan mendalam, bahkan setumpuk perasaan yang mengharu biru bagi semua, terutama para santri saat berkomunikasi dan berbaur dengan para penyandang difabel.


Pertama, membuat diri tersentak sadar, betapa besar nikmat Allah berupa kesempurnaan fisik yang selama ini kita miliki. Walau terkadang nikmat tersebut tidak disadari dan disyukuri karena boleh jadi yang terbayang hanyalah mengejar kesempurnaan materi dan lain-lain. Bercucur air mata atas anugerah nikmat yang tak terhingga ini.


Kedua, kegiatan ini seakan mengirimkan alarm dan pesan  kuat ke dalam lubuk hati terdalam, khususnya bagi santri dan semua yang sempurna secara fisik, bahwa keterbatasan secara fisik bukan penghalang. Keterbatasan tidak membuat mereka berpatah hati dalam menjalani takdir ilahi. Mereka tetap optimis, mandiri dan terus berkreasi. Terbukti, banyak di antara mereka yang berkarier sukses dan bermanfaat bagi orang lain. Mereka senantiasa berhusnuddzan kepada Sang Pencipta bahwa ada rahasia luhur yang dihendaki-Nya.


Lalu bagaimana dengan kita yang dianugerahi fisik sempurna? Sudahkah anugerah besar tersebut telah dimanfaatkan dan disyukuri dengan baik?


Ketiga, forum ini juga mengisyaratkan kepada dunia pesantren agar santri dapat memberikan kontribusi nyata bagi kehidupan mereka, khususnya dalam bidang tuntunan keagamaan. Misalnya lahir fikih difabel, fikih disabilitas dan beberapa rekomendasi penting lainnya dari forum ini.


Lebih dari itu, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo di usianya yang sudah lebih dari satu abad dengan 17 ribu sumber daya manusia santri yang sedang bertafaqquh fiddin. Mereka tersebar di berbagai lembaga pendidikan dari usia dini hingga perguruan tinggi, telah pula menorehkan momentum bersejarah yang tidak akan terlupakan sepanjang zaman. Di antaranya adalah;


Pertama, penerimaan asas tunggal Pancasila pada Muktamar ke-27 NU tahun 1984 yang terselenggara di masa kepengasuhan pahlawan nasional, KHR As'ad Syamsul Arifin. Momentum ini diabadikan sebagai wujud sumbangsih nyata para ulama NU dalam mengawal keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga saat ini.


Kedua, forum muktamar pemikiran keislaman pada tahun 2003M. Sebuah forum yang diikhtiarkan pengasuh ketiga, KHR Fawaid As'ad Syamsul Arifin untuk mempertemukan dua kutub pemikiran yang saat itu dikesankan berdiri secara diametral. Yaitu kelompok muda yg divonis "liberal" dan melenceng dari teks agama maupun turast dengan kelompok tua yang terkesan terkesan "tradisinal dan tekstual".


Ketiga, muktamar sastra 2018 M. Kegiatan yang terbilang langka dan mungkin tidak sempat terpikirkan di dunia pesantren ini digagas oleh KHR Ahmad Azaim Ibrahimy selaku pengasuh keempat. Sosok kiai kharismatik yang tidak hanya rasikh fidddin, tapi juga sangat bertalenta dalam dunia sastra. Terbukti salah satu karyanya, "Rindu Sebatang Pohon" mendapatkan tanggapan luar biasa dan disyarahi oleh beberapa sastrawan ternama.


Hal menarik dari forum tersebut, ternyata kegiatan tidak hanya mempertemukan para sastrawan dan budayawan muslim semata, tapi juga dihadiri para sastrawan non-muslim. Hal ini menyiratkan betapa dunia sastra dan seni menjadi media untuk membangun toleransi sebagai perekat hubungan sesama anak bangsa.


Selain itu Kiai Azaim seakan ingin menyadarkan dunia santri bahwa bekal dalam berdakwah, tidak hanya terpaku pada kemampuan ilmu agama semata, tapi kesenian dan sastra pun dapat menjadi bagian penting dalam kesuksesan berdakwah. Tidakkah Wali Songo telah mengislamkan Nusantara tanpa pertumpahan? Salah satunya dengan melalui seni dan budaya.


Selamat atas terselenggaranya acara temu inklusi ke-5 2023. Semoga menghasilkan rumusan-rumusan kebaikan bersama untuk agama, bangsa dan  kemanusiaan.

 

Khairuddin Habziz adalah Katib Ma'had Aly Situbondo


Editor:

Opini Terbaru