• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 2 Mei 2024

Madura

Ra Azaim: Sifat Nahdlah Dimiliki Ulama Tertentu

Ra Azaim: Sifat Nahdlah Dimiliki Ulama Tertentu
KHR Azaim Ibrahimy Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo saat mengisi Tausiyah di Pelantikan MWCNU Dungkek, Sumenep. (Foto: NOJ/ Deki)
KHR Azaim Ibrahimy Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo saat mengisi Tausiyah di Pelantikan MWCNU Dungkek, Sumenep. (Foto: NOJ/ Deki)

Sumenep, NU Online Jatim

KHR Azaim Ibrahimy Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Kabupaten Situbondo menjelaskan bahwa kata Nahdlah pada organisasi Nahdlatul Ulama (NU) memiliki makna yang istimewa. Ia mengatakan, sifat Nahdlah tidak dimiliki oleh semua kiai dan ulama. Menurutnya, hanya ulama tertentu yang memiliki kiprah membangkitkan ulama.


Hal itu disampaikan Ra Azaim saat mengisi Pengajian Umum di Pelantikan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Dungkek Kabupaten Sumenep Masa Khidmat 2022-2027. Acara dipusatkan di kantor MWCNU setempat, Rabu (28/09/2022).


"Ketika Kiai Mas Alwi diminta oleh Hadratussyeikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari membuat lambang NU, ada isyarat-isyarat tertentu yang diterimanya melalui mimpinya," katanya.


Menurut Ra Azaim, KH Mas Alwi sang pencipta lambang NU pernah bercerita bahwa ada alasan tersendiri menggunakan kata Nahdlah pada organisasi NU. Menurutnya, kata Nahdlah dipilih sebab tidak semua ulama diberikan rejeki oleh Allah SWT berupa Nahdlah atau semangat untuk bangkit.


"Kata Kiai Mas Alwi, pencipta lambang NU, mengapa harus menggunakan Nahdlah, kenapa bukan jamiyah, atau lainnya. Karena tidak semua ulama dan kiai diberikan rejeki oleh Allah berupa Nahdlah. Atau semangat untuk bangkit," jelasnya.


Ra Azaim mengatakan, pilihan ulama dan kiai berjuang di jamiyah NU adalah pilihan yang tepat untuk mewujudkan kebangkitan para ulama. Menurutnya, ulama NU tidak hanya fokus memikirkan pesantren, tetapi juga banyak ikut andil dalam perjuangan menebar manfaat.


"Para ulama di NU tidak hanya sebatas menjalankan rutinitas di pesantrennya. Melainkan terus berjuang bangkit bersama menebar kemanfaatan," tambahnya.


Ra Azaim melanjutkan, dari hal itulah NU tetap eksis hingga sekarang dan sepanjang zaman. Sebab, semua unsur di dalamnya telah melalui proses yang sempurna. Sehingga, kapan-pun lambang NU akan tetap relavan tidak seperti organisasi lain.


"Kita lihat lambang-lambang organisasi yang lain, yang sudah ada sejak dulu. Pasti tidak sesuai dengan perkembangan saat ini. Kalau lambang NU, hingga saat ini dan ke depan masih akan tetap relevan, sesuai dengan era modern saat ini," pungkasnya. 


Editor:

Madura Terbaru