• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 5 Mei 2024

Opini

Corona dan Redupnya Sisi Kemanusiaan

Corona dan Redupnya Sisi Kemanusiaan
Proses pemakaman jenazah Corona. (Foto: NOJ/Detik)
Proses pemakaman jenazah Corona. (Foto: NOJ/Detik)

Oleh: Ach. Syarofi


Pandemi Corona yang menyerang dunia saat ini seolah menjadi monster yang mengancam. Bagaimana tidak? Hal kecil tak kasat mata ini pun sukses mengusutkan segala aspek kehidupan manusia di dunia, baik dari persoalan perekonomian, pendidikan, dan lainnya.

 

Penyerangan virus ini memberi cerita tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Banyak tragedi yang terjadi pada masyarakat di tengah pandemi ini. Yang terbaru, warga menolak pemakaman jenazah pasien terkait Covid-19 terus berulang. Tentu, ini semakin mengoyak rasa kemanusiaan bahkan bukan hanya pasien yang tertolak namun seorang perawat yang mati sebab menangani kesehatan pasien di masa pandemi ini juga tertolak.


Dilansir dari sejumlah media arus utama, di Semarang ada 2 jenazah perawat yang meninggal sebab virus Corona sempat ditolak oleh sekelompok warga hingga akhirnya dipindahkan ke tempat lain. 

 

Penolakan pemakaman tersebut dibenarkan oleh Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Semarang, Alexander Gunawan. Ia mengatakan, rencananya, jasad warga Ungaran Timur itu sedianya akan dimakamkan di dekat mendiang ayahnya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Siwakul, Kabupaten Semarang. Tapi ternyata ada sekelompok warga yang datang untuk menolak. Parahnya, pada kejadian tersebut warga sampai melakukan perdebatan dan percekcokan yang cukup panjang.

 

Di tempat lain, tepatnya di Jakarta seorang ibu yang mati karena pandemi juga tidak dihadiri oleh warga setempat sehingga membuat keluarganya hanya bisa menangis. Kepada salah seorang insan media, anak almahumah menuturkan bahwa pribadinya sangat sedih, mengingat pemakaman ibunya masih sangat perlu dukungan banyak orang. "Rasanya sangat sedih, di saat kita butuh support dari keluarga, teman atau orang terdekat kita untuk bisa menghadiri pemakaman mama, tapi mereka tidak ada dan situasinya tidak memungkinkan," tutur Eva.

 

Padahal jika merujuk pada protokol pemakaman jenazah pasien Covid-19 yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama, masyarakat masih bisa melakukan dukungan dengan cara pemakaman harus berjarak 500 meter dari pemukiman dan berjarak 50 meter dari sumber air.

 

Sementara, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Depok, Sidik Mulyono, mengakui bahwa pemerintah kota kurang sosialisasi. Tetapi, dia menjelaskan kekhawatiran warga muncul akibat minimnya pemahaman warga tentang penularan virus itu.

 

Melirik pada fenomena tersebut, seharusnya warga tidak perlu bersikap berlebihan hingga melakukan penolakan dan perdebatan panjang yang hanya membuat ironis jenazah dan keluarga. Lebih dari itu, warga harus lebih melihat sisi kemanusiaan dalam artian tetap memberi penghormatan kepada mereka yang telah meninggal dan memberikan dukungan kepada mereka yang ditinggalkan.


Tentu, tidak terbayang ketika yang meninggal menimpa salah satu keluarga kita, pasti juga butuh dukungan dari orang lain. Untuk itu, kita seharusnya tetap melirik dan tidak menghilangkan rasa kemanusiaan, ditambah lagi tanpa penyakit Corona pun manusia pasti juga mengalami kematian.

 


*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) IAIN Madura
 


Editor:

Opini Terbaru