Kediri Raya

Wakil Sekretaris LTNNU Jatim Raih Doktor Kajian Jurnalisme dan Media Islam

Rabu, 18 Juni 2025 | 20:00 WIB

Wakil Sekretaris LTNNU Jatim Raih Doktor Kajian Jurnalisme dan Media Islam

Wakil Sekretaris LTNNU Jatim Lukman Hakim (tengah), usai ujian terbuka promosi doktor. (Foto: NOJ/ Istimewa)

Kediri, NU Online Jatim

Wakil Sekretaris Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Jatim, Lukman Hakim, dinyatakan lulus ujian terbuka promosi doktor. Ia pun menyandang gelar doktor bidang kajian jurnalisme dan media Islam.

 

Lukman Hakim merupakan seorang dosen, penulis, sekaligus akademisi. Disertasinya membedah konvergensi media Islam dari tiga jendela pandang mulai dari strategi transformasi, ekonomi politik dan jurnalisme dakwah.

 

“Saya berharap penelitian yang dilakukan dapat memberikan kontribusi penting dalam khazanah keilmuan dan referensi terkini tentang perkembangan media Islam di Indonesia,” ujarnya dalam keterangannya, Rabu (18/06/2025).

 

Tak banyak yang tahu bahwa sebelum menjadi bagian dari dunia pendidikan tinggi, ia pernah berlari-lari mengejar narasumber dan berjibaku dengan deadline. Ya, Lukman dulunya merupakan seorang jurnalis.

 

Perjalanan kariernya bermula dari kegemaran menulis sejak kuliah S1 di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Dalam beberapa mata kuliah, mendapatkan tugas menulis karya jurnalistik mulai dari straight news hingga features.

 

Setelah menyelesaikan studinya, ia bergabung sebagai jurnalis di Jatim Newsroom Dinas Kominfo Jatim. Di sanalah ia mengenal dunia jurnalistik birokrasi, yang menuntut ketajaman berita sekaligus kepekaan terhadap etika dan politik pemerintahan.

 

“Awalnya magang kuliah. Selesai magang diminta bantu-bantu. Akhirnya setelah lulus langsung direkrut. Hampir 5 tahun liputan Gubernur Pakde Karwo dan Wagub Gus Ipul. Termasuk juga isu-isu lain yang berkaitan dengan kebijakan Pemprov Jatim,” ungkapnya.

 

“Menjadi jurnalis di pemerintahan tak semudah yang dibicarakan. Kita bukan hanya menulis, tapi juga harus tahu bagaimana cara menyampaikannya tanpa kehilangan idealisme," imbuh Lukman.

 

Namun, perjalanan hidupnya tak berhenti di ruang redaksi. Ia memilih jalan yang tak banyak dilalui jurnalis lain yakni kembali ke kampus dan menekuni dunia akademik secara mendalam. Keputusan ini bukan tanpa alasan.

 

“Saya ingin jurnalisme tidak hanya menjadi praktik lapangan, tetapi juga menjadi kajian serius di ruang akademik,” tutur Lukman.

 

Pengalaman itulah yang menjadi fondasi kuat saat terjun ke dunia akademik. Ia tak datang hanya membawa teori, tapi membawa cerita, gegap gempita, dan pelajaran selama menjadi jurnalis. Di ruang kuliah, ia bukan sekadar mengajar, tapi menyalurkan semangat dan filosofi jurnalisme yang pernah dijalani sendiri.

 

Perjalanan intelektual Lukman tidak terputus dari perannya sebagai pendidik. Kini, ia dipercaya memimpin Program Studi Jurnalistik Islam di UIN Syekh Wasil Kediri. Di tangannya, prodi ini bukan hanya menjadi ruang belajar teori, melainkan juga ladang praktik bagi mahasiswa untuk mengenal dunia jurnalistik dan media.

 

“Alhamdulillah, meski baru memasuki tahun kedua, mahasiswa kami sudah ada yang bisa mewakili kampus untuk presentasi paper di konferensi luar negeri,” katanya.

 

Lukman menyampaikan, sejumlah perlombaan juga dimenangi oleh mahasiswa Program Studi Jurnalistik Islam di UIN Syekh Wasil Kediri. Di antaranya, juara 1 LKTI nasional, juara 1 kompetisi artikel opini nasional, juara 2 fotografi nasional, dan juara 2 presenter nasional.

 

“Para mahasiswa juga sudah punya 7 Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Bahkan yang terakhir, Prodi ini dinobatkan sebagai Prodi Terbaik berdasarkan Audit Mutu Internal (AMI). Itu semua berkat kekompakan dan dukungan pimpinan,” terangnya. 

 

Bagi Lukman, jurnalisme bukan sekadar profesi, tapi jalan hidup. Ia percaya bahwa media adalah lokomotif perubahan sosial yang kuat. Oleh karenanya, ia terus mendorong agar jurnalistik tak hanya bersifat normatif, melainkan mampu hadir sebagai kekuatan alternatif yang transformatif, mengedukasi, mencerahkan dan menjadi penggerak peradaban.

 

“Media harus bisa menjadi cahaya, bukan hanya cahaya informasi, tapi juga cahaya nilai. Kita tahu tokoh bangsa seperti Soekarno, Ki Hajar Dewantara, Tirto Adhi Soerjo, Tan Malaka hingga Gus Dur pernah menjadi jurnalis. Menjadi bukti bahwa jurnalisme melahirkan para penggerak perubahan,” tegasnya.

 

Kini, setelah menyandang gelar doktor, langkah Lukman tidak menjadi lebih ringan. Justru ia merasa memiliki tanggung jawab lebih besar. Mulai dari mengembangkan jurnalistik berbasis nilai dan integritas, mencetak jurnalis muda yang kritis dan bermartabat, terus menulis, meneliti dan melakukan pengabdian dalam kerangka tridarma perguruan tinggi.