• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 5 Mei 2024

Opini

Membuat Karya Tulis, Jangan Pernah Sendirian

Membuat Karya Tulis, Jangan Pernah Sendirian
Agus Zainal Arifin
Agus Zainal Arifin

Oleh Agus Zainal Arifin

 

Saya tidak pernah membuat paper maupun karya tulis lainnya sendirian. Kalau zaman dulu, saya dibimbing guru. Kalau zaman sekarang, saya membimbing murid.

 

Tahap yang dilewati tetap sama. Ada 4 besar. Pertama, mencari ide original. Untuk dapat ide original, perlu belajar dengan sungguh-sungguh karakteristik masalahnya. Perlu juga mereview apa saja yang orang lain telah kerjakan dan apa idenya. Setelah cukup banyak mereview, biasanya otomatis akan muncul ide-ide bagus. Kalau tidak pernah mau mereview dulu, muncul juga ide, tapi biasanya ide-ide yang norak dan ketinggalan zaman.

 

Kedua, menyusun metodologi penelitian. Murid idenya banyak, sehingga cenderung ngawur. Guru pengalamannya banyak, sehingga cenderung hati-hati. Kengawuran ide itu harus diketemukan dengan keragaman pengalaman. Keduanya butuh fleksibilitas untuk dinegosiasi. Tidak semua ide ngawur ataupun of the box itu efektif atau efisien, mereka butuh banyak penyesuaian. Sharing pengalaman itu akan meretas waktu eksperimen yang panjang, sehingga dapat dipersingkat.

 

Implementasi metodologi di lapangan adalah tahap ketiga. Implementasi yang bagus akan mengarah ke hasil yang bagus juga, sesuai impian hipotesa. Tapi sekadar mengejar hasil yang bagus, kadang mengabaikan kebenaran prinsip-prinsip ilmiah. Harus ada murid dan guru yang saling bekerja sama mengawasinya. Validasi internal dan validasi eksternal sangat butuh pengalaman guru.

 

Terakhir adalah penulisan paper atau makalah untuk publikasi ilmiah. Mengikuti standar tidak mudah, butuh banyak latihan. Tapi bila berhasil menulis sesuai standar, maka orang lain kelak yang akan membaca paper itu akan jadi mudah paham. Bukankah memudahkan orang lain adalah perintah Tuhan? Sebaliknya mempersulit orang lain adalah larangan-Nya.

 

Begini, saat penulisan setidaknya mesti ada niatan untuk mempermudah pemahaman para reviewer di redaksi jurnal lebih dahulu. Harapannya agar para pembacanya kelak akan mudah paham juga. Kalau reviewer saja sulit memahami isinya, apalagi para pembacanya kelak, pasti mereka akan kesulitan juga.

 

Kita pasti tahu, bahwa orang yang memudahkan orang lain akan diberi kemudahan oleh Tuhan. Guru yang mempermudah muridnya sama saja dengan orang tua yang mempermudah anaknya, atau atasan yang mempermudah bawahannya. Semua biasanya akan hidup mudah dan nyaman. Sebaliknya, menyulitkan juga akan berefek kesulitan balik.

 

Walhasil, semangat mempermudah orang lain ini penting.Dan kalau tahap penulisan tadi memiliki semangat ini, insyaallah akan mudah berhasil accepted. Mulai dari jaminan idenya original, jaminan benarnya metodologi, jaminan pelaksanaannya benar, hingga jaminan penulisannya sesuai standar, harus dipastikan semuanya satu persatu.

 

Keberhasilan accepted itu adalah keberhasilan besar. Dan keberhasilan besar itu adalah keberhasilan-keberhasilan kecil yang dibina satu persatu. Sebaliknya kegagalan besar itu adalah kegagalan-kegagalan kecil yang dibiarkan berlarut-larut.

 

Penulis adalah guru besar di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU).


Editor:

Opini Terbaru