• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Opini

Ramadlan saat Pandemi Ajarkan Kesalehan Sosial

Ramadlan saat Pandemi Ajarkan Kesalehan Sosial
Ramadlan saat pandemi memberikan pesan agar kian meningkatkan kepedulian. (Foto: NOJ/
Ramadlan saat pandemi memberikan pesan agar kian meningkatkan kepedulian. (Foto: NOJ/

Musibah pandemi Covid-19 belum kunjung usai. Protokol kesehatan masih diberlakukan meski sebagian masyarakat sudah menjalani vaksinasi. Ramadlan 1442 H, sudah kedua kalinya masyarakat Indonesia melewati tampa euforia positif menyambut kehadiran dan menjalankan ibadah puasa Ramadlan. Sudah hampir setengah perjalanan puasa, masyarakat melewati megengan di masjid, sahur keliling, tarawih berjamaah, buka bersama, tadarus, bahkan dilarang mudik ke kampung halaman. Sejumlah larangan telah disampaikan pemerintah.

 

Bila diukur dengan rasa, bulan puasa tahun ini jauh berbeda dengan dua tahun sebelumnya. Pembatasan jarak atau social distancing mengharuskan kita menjaga jarak, sehingga ini membatasi ibadah yang dilakukan bersama. 

 

Meskipun ada rasa berbeda, kita harus tetap menjalankan puasa sesuai perintah Allah SWT, terlebih pada 10 hari yang telah lewat di bulan Ramadlan ini. Kita harus tetap menguatkan dimensi spiritual dan sosial ibadah puasa supaya memberikan berkah untuk diri sendiri dan orang lain. Pelaksanaan puasa merupakan wujud dari ketaatan hamba kepada tuanNya. Orang beriman secara khusus diperintah Allah SWT untuk menjalankan puasa agar keimanan terus meningkat.

 

Dimensi spiritual mengajarkan kita untuk tetap menjadi orang saleh, dan kesalehan harus ditanamkan dengan menghubungkan secara vertikal langsung kepada Allah SWT. Hubungan vertikal manusia-Tuhan dengan hakikat puasa terdapat dua sisi yang perlu dicermati. Pada satu sisi kita dilarang untuk melakukan perbuatan yang bisa membatalkan puasa seperti makan dan minum pada siang hari.

 

Pahala berlipat-lipat yang sediakan Allah SWT bertujuan manusia terus mengoptimalkan potensi spiritual dalam dirinya beribadah, sehingga predikat takwa dapat diraih manusia melaui puasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keimanan kita kepada Allah SWT dinilai dengan cara menahan diri atas perbuatan yang dilarang dan melaksanakan perbuatan atau ibadah yang dianjurkan Allah SWT.

 

Kedua, dimensi sosial. Ibadah puasa berkaitan dengan hubungan seseorang dengan orang lain. Puasa melatih seseorang untuk peduli kepada kalangan berbeda. Dasar adanya relasi antara hubungan sosial dengan ketakwaan dapat dilihat dalam firman Allah QS. Al Maidah ayat 2: Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

 

Saat menjalankan puasa, secara tidak langsung kita diarahkan untuk merasakan kondisi orang lain, supaya memiliki kepekaan sosial dan kepedulian terhadap penderitaan kalangan berbeda. Bagaimana mereka yang tidak bisa makan, karena keterbatasan ekonomi.

 

Maka dari itu, di dalam rezeki yang diberikan Allah SWT ada hak orang lain yang harus dikeluarkan. Dengan rezeki yang ada, wajib untuk membantu mereka baik itu dalam bentuk uang, makanan, pakaian, dan sejenisnya. Allah SWT perintahkan untuk menyalurkan rezeki dalam bentuk infak, sedekah dan zakat: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat.

 

Dengan spirit sosial, puasa Ramadlan yang dijalankan tahun ini, merupakan cara Allah mengajarkan kita untuk terus meningkatkan kesalehan sosial peduli kepada sesama. Sebelum berakhir, mari di sisa Ramadlan ini terus meningkatkan kesalehan sosial dengan cara menguatkan hubungan dengan Allah (vertikal) dan hubungan dengan manusia (horizontal). Keluarkan sebagian harta kepada mereka yang berhak dibantu.

 

Rofi'i Boenawi adalah Sekretaris Pengurus Wilayah (PW) NU Care Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Jawa Timur.


Editor:

Opini Terbaru