Transformasi Kehidupan: dari Pencapaian Materi Menuju Makna Sejati
Senin, 14 Oktober 2024 | 19:00 WIB
Mochammad Fuad Nadjib
Penulis
Hidup manusia memiliki berbagai tingkatan, yang tidak hanya diukur dari pencapaian materi atau posisi, tetapi juga dari makna dan tanggung jawab yang diemban. Setiap individu melewati fase-fase yang menggambarkan perjalanan menuju pemahaman lebih mendalam tentang eksistensi mereka. Konsep tingkatan kehidupan ini dapat menjadi panduan untuk merefleksikan di mana berada dan kemana hendak menuju.
Tingkatan paling dasar adalah Hidup untuk Kesenangan Pribadi. Pada fase ini, seseorang hanya berfokus pada hal-hal yang memberikan kesenangan pribadi. Hidup didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan diri, menghindari ketidaknyamanan, dan mengejar kesenangan yang sementara. Ini adalah fase yang paling rendah dalam kehidupan, di mana seseorang hidup dalam lingkaran sempit, memusatkan perhatian pada apa yang membuatnya nyaman tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap orang lain.
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
Artinya: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Surah Al-Hadid 57:20)
Manusia yang terjebak di tingkatan ini sering kali berorientasi pada kepuasan sesaat. Tidak ada visi jangka panjang, tidak ada tanggung jawab yang diemban, dan kehidupan hanya dipenuhi oleh rutinitas mencari kebahagiaan yang bersifat dangkal. Dalam perspektif spiritual, seperti yang diajarkan dalam Islam, hidup yang hanya berorientasi pada kesenangan duniawi dapat menjauhkan seseorang dari tujuan yang lebih besar: berbakti kepada Tuhan dan berbuat baik kepada sesama.
Tingkatan di atasnya adalah Hidup karena Tanggung Jawab. Seiring waktu, kesadaran manusia berkembang, dan mereka mulai memahami pentingnya tanggung jawab. Hidup tidak lagi hanya tentang diri sendiri, tetapi meluas untuk memenuhi tanggung jawab terhadap keluarga, pekerjaan, dan masyarakat. Seseorang mulai menyadari bahwa hidup adalah bagian dari komunitas yang lebih luas, dan tanggung jawab moral serta sosial menjadi lebih dominan dalam kehidupan sehari-hari.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Surah At-Tahrim 66:6)
Pada tingkat ini, individu mengembangkan pemahaman bahwa mereka memiliki peran penting dalam menjaga kesejahteraan orang lain. Mendidik anak, memenuhi kebutuhan keluarga, dan berkontribusi kepada masyarakat menjadi bagian dari tugas hidup yang utama. Meski hidup di tingkatan ini memberikan makna lebih, ini masih belum mencapai puncak dari pemahaman eksistensi manusia.
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: "Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, dan istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya. Ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya" (HR al-Bukhari).
Tingkatan berikutnya adalah Hidup dengan Pencapaian. Ini adalah ketika seseorang mulai unggul dalam bidang yang digelutinya. Pencapaian dalam karir, penghargaan atas usaha keras, dan keberhasilan dalam menghadapi tantangan hidup menjadi ciri khas dari fase ini. Individu yang berada di tingkatan ini telah melewati berbagai hambatan, menunjukkan dedikasi dan ketekunan yang luar biasa.
وَاَنۡ لَّيۡسَ لِلۡاِنۡسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ ٣٩ وَاَنَّ سَعۡيَهٗ سَوۡفَ يُرٰى٤٠ ثُمَّ يُجۡزٰٮهُ الۡجَزَآءَ الۡاَوۡفٰىۙ ٤١
Artinya: "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna." (Surah An-Najm 53:39-41)
Namun, pencapaian di tingkatan ini, meskipun membawa kebanggaan, bukanlah puncak dari kehidupan manusia. Pengakuan dan kesuksesan hanya merupakan bagian dari perjalanan untuk menemukan makna hidup yang lebih mendalam. Pada akhirnya, pencapaian ini hanyalah alat yang membantu seseorang melayani visi yang lebih besar dalam hidupnya.
عَنْ عَائِشَةَ،رضي الله عنها أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إن اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
Artinya: Dari Aisyah RA., Rasulullah SWA. bersabda: “Allah menyukai jika salah seorang dari kalian melakukan suatu pekerjaan, ia melakukannya dengan itqan (sungguh-sungguh, profesional, sempurna).” (HR. Thabrani).
Tingkatan paling tinggi adalah Hidup dengan Visi. Orang yang berada di fase ini memiliki kemampuan untuk melihat jauh ke depan, melampaui apa yang dilihat oleh orang kebanyakan. Visi mereka memberikan arah yang jelas dan makna mendalam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil.
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا۟ يَأْتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Surah Al-Baqarah 2:148)
Visi bukan sekadar cita-cita material, tetapi tentang bagaimana seseorang dapat memberikan dampak positif bagi dunia di sekitarnya. Orang yang hidup dengan visi memahami bahwa tujuan hidup yang sebenarnya bukan tentang menjadi kaya atau berkuasa, melainkan bagaimana mereka bisa menjadi berkat bagi orang lain, memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat, dan menjalani hidup sesuai kehendak Tuhan.
Seringkali, orang terjebak dalam kebingungan antara tujuan hidup dan proses kehidupan. Banyak yang mengira bahwa sukses secara material adalah tujuan akhir, padahal itu hanyalah proses yang dapat terjadi sepanjang perjalanan hidup. Tujuan hidup yang sesungguhnya adalah bagaimana kita bisa memberikan manfaat kepada orang lain dan menjalani hidup yang penuh makna spiritual.
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni)
Tingkatan-tingkatan dalam kehidupan ini memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana manusia bisa mencapai puncak eksistensi mereka. Dari hidup yang berorientasi pada kesenangan pribadi hingga mencapai hidup yang dipandu oleh visi besar, setiap tingkatan membawa kita lebih dekat pada pemahaman tentang makna hidup yang lebih dalam. Pada akhirnya, kehidupan yang sejati bukanlah tentang pencapaian materi atau status sosial, melainkan tentang bagaimana kita bisa menjadi berkat bagi sesama dan menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik.
Terpopuler
1
Safari Kepulauan, Ketua Ansor Jatim Sapa Kader di Sapeken dan Kangean
2
Bupati Lukman Hakim Ditetapkan Sebagai Kasatkorcab Banser Bangkalan
3
Bot Farm: Penyesat Opini di Media Sosial
4
Dalil Kesunahan Selamatan Pulang Haji, Tak Sekadar Tradisi Lokal
5
Kesan Jamaah Haji KBIHU MWCNU Singosari Jalani Ibadah di Tanah Suci
6
Retreat Organisasi: GP Ansor Pacitan Dorong Adaptasi Aturan Baru dan Regenerasi
Terkini
Lihat Semua