• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Keislaman

Ilmu dan Amal sebagai Bekal Kehidupan

Ilmu dan Amal sebagai Bekal Kehidupan
Tampak santri sedang fokus ngaji kitab kuning (Foto:NOJ/deras.id)
Tampak santri sedang fokus ngaji kitab kuning (Foto:NOJ/deras.id)

Oleh: Syachrizal Nur Ramadhani Salim
 

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), makna ilmu ialah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Bisa juga diartikan dengan pengetahuan atau kepandaian (tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya). Dan ilmu juga merupakan sifat mengetahui yang wajib bagi Allah SWT.
 

Oleh karenanya kita sebagai manusia yang dianugerahi akal, harus pandai-pandai memanfaatkan akal kita untuk menggali ilmu, agar kita lebih dewasa untuk menyikapi segala hal dan juga tidak gampang menyalahkan orang lain.
 

Ilmu dan amal merupakan dua hal yang tidak mungkin terpisahkan. Ilmu menjadi pengetahuan dasar yang berperan membekali seseorang untuk berbuat dan bertingkah laku dalam kehidupannya. Sementara amal, yakni sebagai muara dari implementasi (penerapan) peranan ilmu tersebut.


Dalam salah satu riwayat, Rasulullah menegaskan mengenai keterkaitan antara ilmu dan amal dengan hadis berikut:


هُوَ اِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ


Artinya: Ilmu adalah pemimpin sebuah perbuatan, dan perbuatan adalah pengikutnya. (H.R Ibn ‘Abd al-Bar)


Dalam konteks di atas, pendidikan sebagai sarana dalam mendapatkan ilmu pengetahuan memiliki misi utama dalam merealisasikan tujuannya. Orientasi pendidikan untuk memadukan ilmu sebagai bekal dan amal sebagai tujuan sedikit demi sedikit telah tergeser dan menjauh. Realita zaman telah berhasil mengubah haluan pendidikan menjadi semakin sempit, kabur, bahkan absurd (tidak masuk akal).
 

Orientasi pendidikan saat ini sebagai pengisi kekosongan di masa remaja. Sehingga, ilmu yang diajarkan di lembaga pendidikan dipahami hanya sebatas teori yang pada gilirannya akan menguap pada saat keluar dari lembaga tersebut. 


Padahal, tujuan dari tujuan dari pendidikan sendiri ialah mengolaborasi antara ilmu dengan amal, yang mana keduanya ini tidak dapat terpisahkan atau saling melengkapi satu sama lain. Dengan mengetahui suatu ilmu, maka kita akan bisa beramal sesuai ilmu tersebut. Karena Syaikh Ibnu Ruslan dalam Matan Zubad-nya mengatakan:


وَكُلُّ  مَنْ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَعْمَلُ # أَعْمَالُهُ مَرْدُوْدَةٌ لَا تُقْبَلُ


Artinya: Setiap orang yang beramal atau melakukan perbuatan dengan tanpa ilmu, maka segala amalnya ditolak dan tidak terima.


Maka darinya, tak dapat dipungkiri bahwa ilmu memiliki peran urgen dalam menjalani kehidupan ini. Tanpa ilmu, seseorang tak akan bisa sampai ke tujuannya, karena ilmu sangat dibutuhkan untuk mencapai sebuah tujuan. Apapun itu, baik tujuan yang bersifat dunia maupun tujuan akhirat.
 

Segala hal tak bisa tercapai tanpa ilmu. Orang yang ingin jadi dokter, sudah semestinya paham ilmu kedokteran. Orang yang mau jadi pemain bola, pilot, dan apapun itu, juga harus paham dalam setiap bidangnya. Sejalan dengan perkataan Imam Syafi’i:


من أراد الدنيا فعليه بالعلم ومن أراد الأ خرة فعليه بالعلم ومن أرادهما فعليه بالعلم


Artinya: Barang siapa yang menginginkan (kebahagian) dunia hendaknya ia dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan akhirat, hendaknya ia dengan ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan keduanya, hendaknya ia dengan ilmu.


Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan, Imam Syafi’i memposisikan ilmu sebagai asas dalam menapaki jalan kehidupan. Baik kehidupan dunia maupun akhirat. Menjadikan kehidupan dunia sebagai ladang akhirat hanya dapat dilakukan apabila seseorang mampu mengelolanya dengan sempurna, juga dengan modal ilmu pengetahuan.
 

*Mahasanti Ma'had Aly Annur II Malang


Keislaman Terbaru