Bojonegoro, NU Online Jatim
Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (Unugiri) menggelar acara bedah buku karya mahasiswa dalam rangka meningkatkan literasi di kalangan mahasiswa di Auditorium Hasyim Asyari Gedung Rektorat Lantai 3 Unugiri Bojonegoro pada Kamis (06/02/2025).
Penulis Buku Tarikh Padangan, Ahmad Wahyu Rizkiawan mengatakan bahwa sangat cocok jika kampus Nahdlatul Ulama (NU) seperti Unugiri membuat acara bedah buku. Menurutnya, NU adalah organisasi yang didirikan oleh para penulis.
"Unugiri membuat sebuah gebrakan kayak gini tuh sangat pantas, karena Unugiri itu NU, dan NU itu didirikan para penulis, dia dijaga karya tulis. Jadi kalau Unugiri membuat antologi puisi, esai atau cerpen itu sesuatu yang sangat pantas menurut saya. Karena ya itu tradisi NU itu tradisi menulis," ujarnya.
Founder Jurnaba.co yang juga sebagai pemantik acara tersebut menerangkan, menulis merupakan pembebasan diri dari belenggu inferioritas. Baginya, ketika seseorang menulis maka yang ditampilkan adalah diri sendiri.
Sementara itu, Penulis Buku Membaca untuk Bojonegoro, Nanang Fahrudin mengungkapkan alasan mengapa buku perlu dibedah.
"Kenapa buku perlu dibedah? Karena karya untuk dibaca. Sebenarnya karya itu, entah apapun, cerpen puisi, sampai pada sisi yang berat-berat seperti penelitian itu targetnya adalah dibaca dan diapresiasi," ungkapnya.
Founder Penerbit Nuntera tersebut lantas menjelaskan, semakin banyak buku diulas, maka akan semakin bagus. Ia menambahkan, untuk bisa melahirkan karya, harus banyak hal-hal yang mensupport.
Selanjutnya, Nanang juga membagikan tips agar mudah menulis, di antaranya ialah sering membaca, sering mengikuti bedah buku, sering diskusi, serta mencari teman yang frekuensinya sama. "Ketika sering berdiskusi akan semakin termotivasi. Semakin sering membaca, referensi akan banyak," jelasnya.
Senada, Ketua Prodi PAI Unugiri, Su'udin Aziz turut memberikan motivasi kepada mahasiswa tentang kepenulisan. Dirinya menyampaikan bahwa pena lebih membekas dari sekadar ucapan. Pena itu merupakan alat yang bisa mengabadikan bekas.
“Pena lebih membekas dari sekadar omongan seperti saya saat ini," paparnya.
Ketua Pengurus Cabang (PC) Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) NU Center Bojonegoro tersebut mengaku, dengan menulis seseorang akan dikenang sepanjang zaman. "Aneh kalau orang suka baca tapi nggak suka nulis. Aneh lagi kalau orang suka menulis tapi nggak suka baca. Lebih aneh lagi yang terakhir, nggak suka nulis nggak suka baca," pungkasnya.
Sebagai informasi, buku yang dibedah dalam acara tersebut merupakan empat buku Antologi karya mahasiswa PAI semester 7 hasil dari mata kuliah Jurnalistik. Judul buku-buku tersebut ialah Rantai Tinta Mahasiswa, Pena dan Aksara Kita, Perjalanan Huruf dan Kisah-Kisah, serta Lintang Pena.
Penulis: Husnul Khotimah