• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 28 Maret 2024

Pantura

Ikuti Mbah Hasyim, IPNU-IPPNU Bojonegoro Belajar Literasi Aswaja

Ikuti Mbah Hasyim, IPNU-IPPNU Bojonegoro Belajar Literasi Aswaja
Seminar Literasi Aswaja yang dilaksanakan oleh IPNU-IPPNU Bojonegoro. (Foto: NOJ/Luluk Ni'matul Rohmah)
Seminar Literasi Aswaja yang dilaksanakan oleh IPNU-IPPNU Bojonegoro. (Foto: NOJ/Luluk Ni'matul Rohmah)

Bojonegoro, NU Online Jatim

Sejak dulu, Nahdlatul Ulama (NU) kaya akan literasi. Bahkan, pendiri NU sendiri, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari atau Mbah Hasyim adalah seorang penulis masyhur yang mengarang banyak sekali kitab. Selain Mbah Hasyim, banyak pendahulu NU yang juga menjadi pegiat literasi.

 

Hal tersebut disampaikan oleh Wahyu Riskiawan, penulis buku Bangkitnya NU Bojonegoro, dalam kegiatan Seminar Literasi Aswaja yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) di Aula PCNU Bojonegoro, Sabtu (23/10).

 

Kegiatan yang mengusung tema Membangkitkan Atmosfer Menulis Santri ini mendapat respons positif dari pemateri yang juga merupakan periset partikelir tersebut. Menurut laki-laki yang akrab disapa Riski itu, sejak dulu NU memang sudah lekat dengan tulisan. Hanya saja ketika orde baru, para intelektual NU tidak lagi menggiatkan amaliah ini.

 

"Makanya sekarang adalah saat yang tepat untuk menjadikan zaman cahaya dengan aswaja mau menulis, kalau bukan zaman kita, lalu kapan lagi NU akan menulis," tuturnya.

 

Riski mengaku,  ketika ia menulis buku NU Bojonegoro, sebenarnya itu semacam menjadi muqaddimah agar dilanjutkan oleh kader-kader IPNU IPPNU. Itu lah kenapa buku tersebut tidak setebal buku-buku lainnya.

 

"Ini adalah upaya kecil agar temen-temen mau menulis, atau paling tidak mengerti sejarah," lanjutnya.

 

Selain itu, Riski juga menyebut, salah satu alasan pentingnya kesadaran menulis dalam ranah Aswaja adalah semakin maraknya pemahaman-pemahaman yang tidak sesuai dengan artian sebenarnya. Ada banyak golongan di luar sana yang memanfaatkan kemampuan literasi untuk merebut istilah, sehingga istilah tersebut mengalami pergeseran makna.

 

"Contoh ketika kita hendak mengetikan kata salaf di google, yang muncul bukan tulisan kita, justru dari mereka yang berbeda paham dengan kita," terangnya.


Pantura Terbaru