• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Pantura

Mahfud MD Tegaskan Pemerintah Tak Akan Bubarkan Pesantren Al-Zaytun

Mahfud MD Tegaskan Pemerintah Tak Akan Bubarkan Pesantren Al-Zaytun
Menko Polhukam RI, Mahfud MD di acara Halaqah Ulama Nasional yang diselenggarakan RMI PBNU di Pesantren Sunan Drajat. (Foto: NOJ/.suarainvestor.com)
Menko Polhukam RI, Mahfud MD di acara Halaqah Ulama Nasional yang diselenggarakan RMI PBNU di Pesantren Sunan Drajat. (Foto: NOJ/.suarainvestor.com)

Lamongan, NU Online Jatim

Hal yang menjadi perbincangan publik adalah keberadaan Pesantren Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat. Sejumlah kalangan berspekulasi bahwa pesantren tersebut terancam dibubarkan pemerintah imbas ditangkapnya sang pimpinan pesantren, Panji Gumilang. 


"Sampai sekarang pemerintah tidak pernah membubarkan pesantren, dan saya berpikir kita jangan bikin preseden membubarkan pesantren," kata Mahfud MD di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan, Rabu (12/07/2023).


Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) RI ini menjelaskan, tidak ingin jika langkah pemerintah membubarkan pondok pesantren sekalipun banyak yang menyebutnya sebagai aliran sesat. Karena hal tersebut akan menjadi contoh yang tidak baik di kemudian hari. Khususnya ketika ada rezim yang tidak sepemahaman keagamaan Islam dengan kelompok tertentu, termasuk Nahdlatul Ulama.


Bisa jadi, pembubaran Pesantren Al-Zaytun akan menjadi contoh bagi rezim tersebut untuk membubarkan pesantren yang mereka inginkan. Aspek tersebutlah yang ditekankan Mahfud MD mengapa Al-Zaytun tidak akan dibubarkan dengan alasan apapun.

 

Sumbangsih Pesantren

Pada kegiatan Halaqah Ulama Nasional yang diselenggarakan Rabithah Ma’had Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut, Mahfud kemudian menyebut sumbangsih pesantren. Yakni sebagai variabel yang sangat penting di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


“Tidak dapat dibantah oleh siapa pun bahwa peranan Pesantren sangat besar artinya dalam berdirinya NKRI, baik perannya di dalam menyusun Ideologi atau pedoman hidup berasama dalam bernegara maupun secara fisik, kemudian merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan,” kata pria kelahiran Sampang tersebut.


Tidak hanya sebagai bagian dari pendirian negara, pesantren juga menjadi bagian penting dari merawat dan memajukan Indonesia menjadi lebih besar dan tangguh lagi, khususnya di sektor pendidikan.


Aspek ini juga merupakan bagian dari peranan penting tokoh Islam sekaligus pendiri ormas Islam NU, yakni Hadratussyeikh KH M Hasyim Asy’ari dengan organisasi yang dikomandonya, yakni Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Kala itu, Mbah Hasyim Asyari merupakan Ketua Majelis Syuro.


“Pondok pesantren punya peran besar, karena sebelum berdiri dan merdeka, Indonesia itu dulu organisasi yang menghimpun ormas-ormas Islam namanya Masyumi yang dipimpin oleh Kiai Hasyim Asyari, pada bulan Februari 1945 membuat 2 keputusan penting,” jelasnya.


Dua keputusan itu yakni pembentukan Hizbullah yang menjadi cilak bakal tentara Indonesia yang saat ini. Serta pendirian sekolah tinggi Islam yang diresmikan pada tanggal 8 Juli 1945.


“Pertama, umat Islam akan membentuk Hizbullah, tentara dari kalangan rakyat untuk melawan penjajah. Ini menjadi cikal bakal tentara kita. Kedua, mendirikan Sekolah Tinggi Islam, 8 juli 1945 di Gondangdia Jakarta dengan membuka 2 fakultas, yakni agama dan sosiologi,” terang dia.


Pendirian Sekolah Tinggi Islam (STI) ini yang menjadi cikal bakal dari keberadaan Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta. Dan inilah salah satu kontribusi besar dari kalangan pesantren untuk perkembangan Indonesia.


“Ketika pemerintah hijrah ke Jogja, maka STI ini pindah juga ke Jogja karena ketua perguruan tinggi Mohammad Hatta Wapres pindah juga ke Jogja. Dan sekarang STI itu menjadi UII di Jogja. Itu kreasi Kiai Hasyim Asyari,” papar dia.


Peranan Islam kemudian semakin besar sejak era itu. Di mana banyak sekali zona penting di NKRI yang bisa diisi oleh kalangan Islam termasuk pesantren. Lagi-lagi kata Mahfud, ini adalah kontribusi besar dari kalangan pesantren saat itu, yakni Menteri Agama KH A Wahid Hasyim, yang notabane adalah putra dari Kiai Hasyim Asyari.


“Ketika Kiai Wahid Hasyim menjadi Menteri Agama itu dikeluarkan peraturan bersama dengan Menteri Pendidkkan dan Pengajaran, di mana sekolah lulusan pesantren yang berjenjang itu sama civil effect-nya dengan pendidikan umum,” jelasnya.


Dengan demikian, sekolah-sekolah Islam berjenjang baik dari madrasah ibtidaiyah (MI) hingga sekolah tinggi berbasis Islam pun bisa setara dan sederajat dengan sekolah negeri.


“MI sama dengan SD, tsanawiyah sama dengan SMP, aliyah sama dengan SMA, al-jamiah IAIN dibentuk dulu AIDA lalu dinamakan dengan perguruan tinggi lalu lahir IAIN-IAIN itu,” terang Mahfud.


Atas dasar itu semua, Mahfud MD mengatakan bahwa terkonfirmasi bahwa pesantren dan kalangan Islam sudah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kemerdekaan Indonesia hingga saat ini.


“Dengan demikian, kalangan pesantren dan umat Islam telah memberikan sumbangan besar dan menyiapkan kader-kader bangsa,” ungkapnya.

 

Peningkatan Moralitas

Mahfud MD juga mengungkapkan, dengan peran partisipatif para ulama dalam bernegara, kini Indonesia telah mengalami peningkatan moralitas yang signifikan. Dengan kontekstualisasi pemahaman kitab, literasi klasik tidak dapat lagi dipahami sempit tetapi harus pada manhajnya yang prinsipil. Kitab kuning adalah literasi klasik segala zaman.


"Jangan hal itu dipahami sebagai radikalisme, konfrontatif pada negara, dan menganggap negara ini bukan Islam," tegasnya. 


Bernegara di Indonesia selalu relevan dengan keislaman apabila dipahami substantif. Indonesia ini negara Islam yang menjunjung tinggi agama secara makin substantif. Misalnya cara berpakaian anak sekolah, sekarang ini jauh lebih sopan daripada zaman dahulu. Bahkan ada seragam polisi dan tentara versi muslimah. 


“Semuanya itu berbasis kesadaran beragama di mana budaya Islam terus tumbuh bersama tradisi,” imbuhnya.


Sementara itu, Ketua RMI PBNU, KH Hodri Arif menyampaikan bahwa pertemuan ini adalah ikhtiar ulama untuk berpartisipasi aktif dalam mewujudkan dunia yang semakin baik dan mendorong kemaslahatan bagi umat manusia.


"Banyak permasalahan kemanusiaan terjadi, kita ingin menjadi solusi praktis," katanya. 


Pantura Terbaru