• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Pantura

Pesan Kiai Zuhri Nurul Jadid Paiton kepada Santri

Pesan Kiai Zuhri Nurul Jadid Paiton kepada Santri
KH Moh Zuhri Zaini (berkopiah putih) saat acara Halal Bihalal dan Khatmil Qur'an di Desa Tunggak Cerme, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo. (Foto/ istimewa).
KH Moh Zuhri Zaini (berkopiah putih) saat acara Halal Bihalal dan Khatmil Qur'an di Desa Tunggak Cerme, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo. (Foto/ istimewa).

Probolinggo, NU Online Jatim 

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo KH Moh Zuhri Zaini mengingatkan bahwa santri ketika sudah kembali ke masyarakat adalah milik masyarakat. Menurutnya, santri tidak perlu menonjolkan identitas kelompok, tetapi kegiatan berkelompok harus dimanfaatkan untuk menopang kebaikan-kebaikan yang akan diperjuangkan.


Pesan tersebut disampaikan Kiai Zuhri di acara Halal Bihalal dan Khatmil Qur'an yang dilaksanakan oleh Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid (P4NJ)  Probolinggo Barat.


Agenda tersebut digelar di Desa Tunggak Cerme, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (14/05/2022).


Menurut Kiai Zuhri, keberagaman sebagai sunnatullah, baik dalam entitas kesukuan, etnis, agama. Oleh karenanya, sebaiknya tidak mencegah untuk berinteraksi antara satu dengan yang lain.


"Halal Bihalal bisa untuk kalangan terbatas, namun juga dalam kalangan luas. Dalam hal ini santri sebaiknya berhimpun dalam wadah NU," paparnya.


Dijelaskan, Halal Bihalal bersumber dari fiqh atau sumber hukum Islam yang intinya saling memaafkan. Kenapa harus bulan Syawal? pertama, penyempurna ibadah Ramadhan. Kedua, memilih momentum yang tepat, karena Syawal hati bersih dan bahagia.


Kiai Zuhri juga mengingatkan untuk menjaga kualitas kesantrian dengan mengingat trilogi santri yakni meninggalkan dosa besar, menjaga fardlu ain, dan selalu menjaga hubungan baik dengan sang pencipta dan seluruh makhluk ciptaannya.


Kiai Zuhri mengibaratkan dengan melihat kualitas air. Apabila di dekat sumber mata masih jernih, tetapi semakin ke hilir banyak tercampur noda dan mengurangi kejernihannya. "Ini tamsil bahwa perjalanan sejarah manusia dan moral masyarakat juga demikian," tandasnya.


Editor:

Pantura Terbaru