• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Pendidikan

Ajak Mahasiswa Lawan Hoaks, Unesa Gelar Seminar Literasi Digital

Ajak Mahasiswa Lawan Hoaks, Unesa Gelar Seminar Literasi Digital
Seminar Literasi Digital dengan tema “Labirin Informasi, Tersesat atau Melesat?” di Auditorium Lantai 11, Gedung Rektorat Kampus Lidah Wetan Surabaya, Rabu (11/1/2023). (Foto: NOJ/Surya)
Seminar Literasi Digital dengan tema “Labirin Informasi, Tersesat atau Melesat?” di Auditorium Lantai 11, Gedung Rektorat Kampus Lidah Wetan Surabaya, Rabu (11/1/2023). (Foto: NOJ/Surya)

Surabaya, NU Online Jatim

Tingkat literasi digital Indonesia memang masih menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak. Atas dasar itulah, Kompas bersama Pertamina dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menggelar Seminar Literasi Digital dengan tema “Labirin Informasi, Tersesat atau Melesat?” di Auditorium Lantai 11, Gedung Rektorat Kampus Lidah Wetan Surabaya, Rabu (11/1/2023) kemarin.

 

Acara kali ini dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Dr Bambang Yulianto di hadapan puluhan mahasiawa. Dia mengatakan, kemajuan teknologi dan tingginya penggunaan perangkat digital harus didukung dengan peningkatan literasi digital. Unesa terus melakukan berbagai upaya untuk menumbuhkan kesadaran digital tersebut.

 

“Unesa punya mata kuliah Literasi Digital yang berlaku untuk semua mahasiswa. Kami pun memiliki Pusat Studi Literasi. Ini adalah pusat studi yang pertama di Indonesia dan sekarang menjadi rujukan termasuk untuk GLS (Gerakan Literasi Sekolah),” ujarnya.

 

Pakar linguistik itu menambahkan, Unesa tidak bisa jalan sendiri, tentu butuh sinergi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia. Menurutnya, setidaknya ada tiga strategi yang bisa dilakukan, gerakan inisiasi literasi digital nasional yang mampu menjangkau seluruh kalangan masyarakat terutama mereka yang terhambat mengakses teknologi komunikasi dan informasi. Selain itu, diperlukan pendekatan yang berbeda untuk segmen masyarakat yang berbeda. Karena itu diperlukan roadmap untuk memetakan tingkat literasi masyarakat. 

 

Selanjutnya, perlu adanya kebijakan untuk mendorong literasi digital yang lebih masif termasuk memasukan literasi digital sebagai bagian dari kurikulum kampus, sekolah formal maupun nonformal.

 

Salah satu pemateri, Dr Alim Sumarno dari Pusat Studi Literasi Unesa mengungkapkan, hoaks ternyata sudah lebih lama dari kejahatan lainnya. Hoaks terus bertransformasi dalam berbagai jenis dan bentuk hingga era post truth atau pascakebenaran.

 

“Menurut para ahli termasuk Steve Tesich, post truth ini artinya keadaan di mana masyarakat tidak terlalu peduli lagi dengan kebenaran. Kami tidak peduli apakah kejadian atau informasi ini benar atau salah itulah kondisi pascakebenaran itu,” paparnya.

 

Dia menambahkan, media sosial yang banyak menyebarkan informasi hoaks di Indonesia yaitu Youtube, Whatsapp, Instagram, Facebook hingga Twitter. Kemudian, hoaks banyak berkaitan dengan isu politik, lalu disusul isu pemerintah dan kesehatan. “Apalagi ini mau tahun politik itu pasti meningkat angkanya,” bebernya.

 

Pendidikan yang tinggi, lanjutnya, tidak menjamin kemampuan seseorang dalam mengidentifikasi informasi hoaks yang berseliweran di dunia maya. 

 

“Ada beberapa cara untuk mengecek informasi, salah satunya bisa mengeceknya di laman www.kominfo.go.id baru di belakangnya Anda menulis mau mengkonfirmasi apa,” jelasnya.


Pendidikan Terbaru