• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 15 Oktober 2024

Pendidikan

Dosen Gizi Unusa Ulas Pentingnya Cegah Stunting Mulai Remaja

Dosen Gizi Unusa Ulas Pentingnya Cegah Stunting Mulai Remaja
Ilustrasi stunting. (Foto: NOJ/ Istimewa)
Ilustrasi stunting. (Foto: NOJ/ Istimewa)

Surabaya, NU Online Jatim

Stunting masih menjadi permasalahan di Indonesia yang perlu mendapat perhatian lebih. Kemenkes menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada 2024. Stunting merupakan masalah gizi kronis yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Pencegahan masalah stunting dilakukan sejak usia remaja.

 

Dosen S1 Gizi Fakultas Kesehatan (FKes) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Pratiwi Hariyani Putri SGz MKes mengatakan, pencegahan stunting sangat penting dilakukan mulai remaja. Hal itu berdasarkan Perpres No. 72 Tahun 2021 ayat (3) yang menyebutkan kelompok sasaran secara berurutan meliputi, remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 0-59 bulan.

 

“Remaja terutama remaja putri yang mengalami masalah gizi seperti anemia defisiensi zat besi, maka berisiko melahirkan anak stunting,” katanya dilansir dari laman resmi Unusa, Ahad (14/04/2024).

 

Ia menyebutkan, berdasarkan data Kemenkes tahun 2024, sebanyak 32 persen remaja usia 15-24 tahun di Indonesia mengalami anemia. “Ini disebabkan perubahan gaya hidup pada remaja sehingga konsumsi makanan menjadi tidak seimbang, yang dalam jangka panjang mengakibatkan anemia,” ujarnya.

 

Dirinya menyampaikan, penerapan gizi seimbang pada remaja dapat dilakukan dengan konsumsi makanan sesuai isi piringku, melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari, minum air 8 gelas/hari, dan cuci tangan pakai sabun.

 

“Selain itu, juga perlu membatasi konsumsi Gula Garam dan Lemak (GGL) serta konsumsi tablet tambah darah 1 kali per minggu sebagai upaya mencegah stunting,” ungkapnya.

 

Dijelaskan, bahwa pemerintah melalui Keputusan Bersama 4 menteri (Menteri Pendidikan, kebudayaan dan riset dan teknologi, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri dalam Negeri RI) telah berupaya mencegah hal ini terjadi.

 

“Upaya penanganan masalah gizi remaja di sekolah ini melalui implementasi program sekolah/madrasah sehat yang dilaksanakan pada satuan Pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA sederajat,” teranganya.

 

Pelaksanaan program sekolah/madrasah sehat di semua satuan Pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA sederajat diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan permasalahan gizi melalui perubahan perilaku dan kebiasaan remaja.

 

Menurutnya, penyelenggaraan peningkatan status kesehatan peserta didik meliputi, pelaksanaan aksi bergizi, anjuran konsumsi tablet tambah darah (TTD) satu kali setiap minggu, senam dan sarapan bersama disertai pemberian edukasi Kesehatan dan gizi pada peserta didik SMP/MTs dan SMA/MA sederajat di Indonesia.

 

TTD tidak berbahaya
Berbagai masalah yang terjadi di lapangan, tidak semua remaja putri mau mengonsumsi tablet tambah darah (TTD). Beberapa kasus dikarenakan adanya kepercayaan dan pemahaman yang salah tentang tablet tambah darah.

 

“Banyak yang beranggapan bahwa TTD merupakan obat yang jika dikonsumsi dalam jangka panjang berdampak buruk pada organ tubuh. Hal tersebut yang perlu diluruskan,” tuturnya.

 

Tablet tambah darah (TTD) merupan vitamin yang mengandung micronutrient zat besi dan asam folat yang bermanfaat dalam pembentukan hemoglobin ditubuh sehingga dapat membantu mengatasi anemia saat menstruasi, hamil, menyusui, masa pertumbuhan, dan setelah mengalami pendarahan.

 

TTD aman dikonsumsi dalam jangka panjang karena apabila tubuh kelebihan zat besi dan asam folat, maka akan dikeluarkan melalui feses. Penyerapan zat besi juga dibantu dengan vitamin C, sehingga konsumsi TTD dianjurkan bersamaan dengan konsumsi makanan dan minuman tinggi vitamin C.

 

“TTD tidak dianjurkan dikonsumsi bersamaan dengan inhibitor (penghambat) zat besi seperti teh, kopi, dan susu,” pungkasnya.


Pendidikan Terbaru