• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Pendidikan

HARI SANTRI 2023

Rektor Unisma Ingatkan Pentingnya Jihad Ilmiah di Masa Kini

Rektor Unisma Ingatkan Pentingnya Jihad Ilmiah di Masa Kini
Rektor Unisma saat memberikan sambutan dalam apel Hari Santri 2023 di halaman depan Unisma, Ahad (22/10/2023). (Foto: NOJ/humas)
Rektor Unisma saat memberikan sambutan dalam apel Hari Santri 2023 di halaman depan Unisma, Ahad (22/10/2023). (Foto: NOJ/humas)

Malang, NU Online Jatim

Ratusan sivitas akademika Universitas Islam Malang (Unisma) ikuti Apel Hari Santri 2023. Kegiatan bertajuk 'Jihad Santri Jayakan Negeri' itu digelar di halaman depan Unisma, Ahad (22/10/2023).


Rektor Unisma, Prof Dr H Maskuri Bakri menyampaikan, peringatan hari santri 2023 ini digelar dalam rangka jihad ilmiah. Ini dalam rangka untuk mengembangkan spirit baru, spirit jihad pengembangan intelektualitas, spirit jihad kualitas, spirit jihad kemajuan dan kejayaan.


“Itu spirit kita, karena kita saat ini tidak dalam konteks jihad fisik, tetapi jihad ilmiah," katanya saat dikonfirmasi NU Online Jatim.


Menurtnya, sudah saatnya para mahasiswa mengambil pelajaran dari peringatan Hari Santri 2023. Santri adalah orang yang mempunyai kesederhanaan, akhlaknya terpuji, gotong royong, punya semangat juang yang tinggi, dan mengahasilkan karya-karya yang monumental.


“Itu menurut saya menjadi bagian semangat mahasiswa dalam memetik hari santri," terangnya.


Prof Maskuri berharap, para mahasiswa atau generasi muda saat ini dapat menanamkan moralitas, kesederhanaan dan semangat juang seperti yang dimiliki santri. Kemudian berjuang dalam menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia.


Santri di mata Unisma adalah generasi yang memiliki talent yang secara spesifik keunggulan, disamping memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi memiliki moralitas yang kokoh. Bangsa dan negara yang kokoh itu sejatinya didasari moralitas, bukan dengan syariat.


Seperti halnya nilai moralitas yang telah disematkan pada sila pertama di Pancasila yang saat perumusannya berbunyi ‘menjalankan syariat agama Islam’. Kemudian KH Wahid Hasyim sebagai tokoh muslim yang saat itu menjadi salah satu bagian dari anggota BPUPKI mengusulkan agar sila tersebut diganti hingga akhirnya dirubah menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.


“Tentu ini adalah etika, akhlak, dan ini moral untuk menjunjung tinggi kebhinekaan dan keragaman," paparnya.


Pendidikan Terbaru