Sambut Hari Santri, Unisma Gelar Webinar Kebangsaan Bersama Gus Miftah
Sabtu, 16 Oktober 2021 | 17:30 WIB
Madchan Jazuli
Kontributor
Malang, NU Online Jatim
Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar webinar kebangsaan dalam rangka menyongsong Hari Santri 2021. Salah satu tokoh yang diundang ialah KH Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal Gus Miftah.
Rektor Unisma, Prof Maskuri mengungkapkan, total peserta yang berpartisipasi webinar sejumlah 240. Selain Hari Santri, acara ini juga menyongsong satu abad Nahdlatul Ulama (NU).
"Kita hari ini akan berbicara tentang sosok ideal pemimpin NU menjelang satu abad tanpa harus menyebut nama. Kita ingin memberikan sebuah kriteria tentang pemimpin NU menjelang satu abad," kata Prof Maskuri.
Sesuai dengan tema yang diambil yaitu 'Sosok Ideal Pemimpin NU Menjelang 1 Abad', menurut Prof Maskuri, hari ini NU membutuhkan pemimpin yang bisa membawa perubahan.
"Kita harapkan pemimpin NU yang bisa mengayomi dan menjadi lokomotif perubahan segala bidang," terangnya.
Wakil Rektor III Unisma Bidang Kemahasiswaan, Kegamaan, dan Publikasi Dr Badat Muwakhid mengaku webinar kali ini untuk memberikan wawasan masyarakat dalam kajian akademis terhadap sosok pimpinan ideal NU.
"Ke depan kami berharap pemimpin NU adalah sosok yang bisa berfikir bagaimana mengangkat pengembangan jam'iyah. Majunya jam'iyah didukung mumpuni teknologi dan karakter," imbuhnya.
Sementara, Gus Miftah menuturkan, ada lima catatan jenis orang yang mengaku menjadi warga NU. Pertama adalah orang yang tidak menahu apa itu tawassuth, tawazun dan sebagainya, tapi bangga mengaku 'Saya NU'.
Kedua, kelompok orang tahu bagaimana sebenar NU, baik pergerakan, faham yang dibawa NU, sikap NU. Tetapi lebih memilih diam acuh dan tidak memperdulikan NU akan maju atau mundur.
"Mengaku NU, tapi mereka cuek," beber Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta tersebut.
Selanjutnya, adalah orang yang hanya ingin manfaatkan untuk ambisi memperoleh jabatan dan posisi. Karena NU seksi ketika sedang dibutuhkan. Terlebih di masa perpolitikan pemilu maupun pemilihan kepala daerah.
"Slogannya 'Yuk hidupi NU', padahal mereka hidup di NU," imbuh Gus Miftah.
Keempat, orang yang saling membenci NU, tapi agar selamat mereka mengaku warga NU. Terakhir, jenis kelima ialah orang yang berpengetahuan, benar-benar ikhlas mengabdi kepada jam'iyah tanpa mengharapkan apa-apa.
"Jadi benar benar gigih berjuang dari NU tanpa pamrih," tandas pendakwah kaum marjinal kelahiran Lampung 1981 ini.
Terpopuler
1
Seleksi Ansor Magang Jepang 2025 Dibuka, Simak Ketentuannya
2
Diresmikan Bupati, Gedung MWCNU di Bangkalan Diharap Jadi Penggerak Organisasi
3
PMII Rayon Ibnu Aqil Gelar PKD ke-31 di Singosari, Cetak Kader Intelektual Progresif dan Militan
4
Ratusan Santri Pagar Nusa Malang Meriahkan Kejurcab III
5
Pesantren Miftahul Huda Doho Madiun Ulang Tahun Ke-10, Kini Dirikan SMP
6
Tingkatkan Kompetensi Guru, LP Ma’arif NU Blitar Gelar Workshop Deep Learning
Terkini
Lihat Semua