Setiap manusia yang bernyawa akan mengalami mati, begitu salah satu pesan yang terdapat dalam kitab suci al-Qur’an. Merupakan sebuah keniscayaan bahwa setiap apa pun yang bergerak dan hidup akan mengalami tua dan mati, tak hanya manusia hewan, tumbuhan, dan seluruh yang melata di muka bumi.
Namun fenomena di masyarakat dewasa ini, peristiwa kematian seseorang menjadi sebuah momok menakutkan, banyak masyarakat yang mundur teratur berkenaan prosesi perawatan jenazah ini. Sehingga jasa modin atau perawatan jenazah merupakan destinasi pas untuk menjawab kegelisahan perawatan jenazah tersebut. Padahal bukankah momen tersebut merupakan kesempatan yang baik bagi keluarga sebagai bentuk penghormatan dan perpisahan terakhir kepada jenazah?
Menjawab kegelisahan di atas, adalah Muhammad Ma’ruf Khozin memformulakan sebuah ramuan dalam buku berjudul Fikih Jenazah An-Nahdliyah; Panduan dan Hujjah Amaliah Seputar Merawat Jenazah.
Buku tersebut berisi panduan praktis berkenaan seluk beluk ibadah fardlu kifayah perawatan jenazah. Dalam buku berisi sejumlah amaliah menjelang kematian, 4 kewajiban terhadap jenazah (memandikan, mengafani, menyalati, menguburkan), dan amaliah usai kematian.
Kelebihan buku ini, bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami masyarakat awam sekali pun, sehingga benar-benar mampu diamalkan dengan mudah dalam praktik.
Buku bersampul hijau tersebut memang mengacu pada ideologi salah satu ormas keislaman yaitu Nahdlatul Ulama (NU), hal ini terlihat salah satunya melalui penggunaan kata An-Nahdliyah pada judul.
Dalam buku dibahas nyaris sempurna berkenaan amaliah-amaliah NU seputar jenazah dengan dilengkapi dalil dari Al-Qur’an, hadits, serta referensi yang dapat dipertanggungjawabkan. Bahkan misalnya pada halaman 99 untuk menguatkan tentang tradisi selamatan 7, 40, 100 hari dan haul dikutip kesaksian Dubes Indonesia untuk Maroko.
Hal-hal khilafiah yang pelik seperti kesaksian sebelum dimakamkan, adzan di kuburan, talqin, menyiram dan menabur bunga di makam, memotong rumput di makam. Juga ziarah kubur, yasinan dan tahlilan, membakar kemenyan, kirim doa, dan lainnya dikupas disertai hujjah yang menjelaskannya.
Buku yang ditulis pria kelahiran 4 April 1980 ini mendapat apresiasi dari KH Ahmad Asyhar Shafwan selaku Ketua Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Nahdlatul Ulama Jawa Timur dalam sambutannya. Bahwa buku ini menjadi penjelas bahwa apa yang diamalkan Nahdliyin memiliki sandaran yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dengan sendirinya, tuduhan syirik, bid’ah, khurafat, dan semacamnya tertolak. Namun sedikit kritikan adalah kurangnya/tidak adanya syarah (penjelas) dalam beberapa dalil yang dikutip. Meski masyarakat secara awam mampu memahami, akan lebih baiknya penjelasan dicantumkan. Hal ini untuk menghindari adanya multi dan salah tafsir.
Ala kulli hal, karya ini sangat cocok untuk dibaca masyarakat umum, akademisi, dan siapa pun, utamanya warga jam’iyah NU sebagai panduan dalam praktik penyelenggaraan jenazah. Juga tidak menutup kemungkinan dibaca bagi orang-orang yang ingin mengetahui amaliah NU seputar kematian, atau akademisi yang bergelut dalam bidang studi Islam. Akhirnya selamat membaca.
Data Buku
Judul: Fikih Jenazah an-Nahdliyah, Panduan dan Hujjah Amaliah Seputar Merawat Jenazah
Penulis: Muhammad Ma’ruf Khozin
Pentashih: KH Muhyiddin Abdusshomad
Editor: A Afif Amrullah
Penerbit: Muara Progresif, Sidoarjo
Cetakan: IV, Januari 2020
Tebal: xi + 122 hal. 14,5 x 21 cm
Peresensi: Abdul Ghofur
Pemesanan Buku: +62 856-0876-9717
