• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 30 April 2024

Rehat

Kisah Ulama yang Hidup Kembali dan Menjadi Ahli Tafsir

Kisah Ulama yang Hidup Kembali dan Menjadi Ahli Tafsir
Hasyiiyyah Tafsir Al-Baidlawi karya Abdullah bin Umar al-Baidlawi. (Foto: NOJ//islami.co)
Hasyiiyyah Tafsir Al-Baidlawi karya Abdullah bin Umar al-Baidlawi. (Foto: NOJ//islami.co)

Hidup manusia merupakan misteri. Ada yang demikian menjaga kesehatan dan pola hidup, namun akhirnya wafat. Demikian pula kebalikannya, ada yang tidak terlampau peduli dengan kondisi fisik akan tetapi umurnya panjang. Dan kisah berikut ini menjelaskan bahwa ada yang dianggap telah wafat kemudian dikubur, nyatanya masih hidup.


Sosok tersebut adalah Abdullah bin Umar al-Baidlawi. Bahwa dirinya sudah dianggap meninggal oleh orang-orang di sekitarnya. Usai dirawat sebagaimana jenazah pada lazimnya, Abdullah bin Umar al-Baidlawi dikebumikan dan diratakan tanah di atas pusaranya. Namun, setelah dikubur, ternyata belum mati. Hanya jantung dan napasnya yang berhenti sementara.


Penjelasan ini sebagaimana disampaikan Habib Abdullah bin Abdurrahman al-Muhdlar dari Hadramaut, Yaman saat menjawab pertanyaan tentang mati suri. Penjelasan tersebut disampaikannya pada acara Haflah Akhir Sanah Pesantren Darut Tauhid Al Huda, Jatilawang, Wanayasa, Banjarnegara, Jawa Tengah beberapa waktu silam.


Karena masih hidup namun tidak bisa keluar dari dalam kuburan, Abdullah bin Umar kemudian bernadzar. Jika dirinya bisa hidup kembali ke dunia sebagaimana semula, maka akan menafsiri Al-Qur’an.


Ternyata, tidak sampai selang waktu lama ada seorang yang berprofesi sebagai pencuri kain kafan datang menggali kuburan di mana Abdullah dikebumikan. Ia kaget bukan kepalang. Jenazah yang digali dapat bergerak sendiri. Ia pun lari tunggang-langgang. Dan jenazah yang hidup lagi ini lalu menyeru kepada pencuri:


“Hai, jangan lari, kemari! Begini, kamu ini ingin mencuri kain kafanku bukan?”


“Iya,” jawab pencuri.


“Sekarang, bawalah kain kafanku ini dan katakan kepada orang kampung suruh mereka mengirimkanku pakaian kemari,” pesan Abdullah.


Dan setelah hidup normal, Abdullah bin Umar menyusun tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil yang terkenal dengan Tafsir Al-Baidlawi.


Pada kesempatan tersebut, Habib Muhdlar mengingatkan bahwa siapa saja hendaknya tidak merasa paling tahu dan ahli. Yang terpenting meski memiliki kapasitas dan keahlian yang demikian diandalkan hendaknya tetap mengakhiri dengan kalimat wallahu a’lam. Manusia hanya memutuskan yang tampak lahir saja, sedangkan hakikatnya hanya Allah yang Maha Tahu.


“Seperti dokter di akhir zaman ini yang langsung memvonis mati salah satu pasien, misalnya. Mereka tanpa mengatakan allahu a‘lam. Padahal ini hanya pengetahuan saja, bukan hakikat sebagaimana yang terjadi dalam cerita di atas,” tandasnya.


Maka tidak jarang, lanjutnya, banyak orang mati yang hakikatnya belum mati namun ia mati justru baru saat dikubur, karena ia tak bisa bernapas atau yang lainnya sedangkan dokter memang sudah memberikan vonis mati. Di sinilah pentingnya kalimat allahu a’lam.


Terakhir, dirinya berpesan supaya tidak terlalu terburu-buru dalam mengurus jenazah. Cepat itu perlu, tapi jangan terlalu. Ciri-ciri orang mati setidaknya ada tiga hal, di antaranya hidung yang sudah melenceng, seperti meleleh ke samping, telapak kaki yang sudah tidak tegak ke atas, dan mulut yang berbau busuk. 


Editor:

Rehat Terbaru