• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Rehat

HAJI

Kisah Warga Istiqamah Membaca Shalawat dan Dimudahkan Berangkat Haji

Kisah Warga Istiqamah Membaca Shalawat dan Dimudahkan Berangkat Haji
Dengan istikamah membaca shalawat bisa dimudahkan berangkat haji. (Foto: NOJ/Syaifullah)
Dengan istikamah membaca shalawat bisa dimudahkan berangkat haji. (Foto: NOJ/Syaifullah)

Sejumlah kelompok terbang atau kloter haji mulai diberangkatkan dari Tanah Air menuju Saudi Arabia. Mereka masih akan menunggu jamaah lain dari berbagai negara di dunia untuk bersama menunaikan seluruh rangkaian ibadah haji.

 

Dan di antara ribuan jamaah yang dapat melaksanakan ibadah haji, ternyata kisahnya beragam. Dari yang memang harus menabung dan menyisihkan uang sejak lama, juga ada di antaranya yang dimudahkan kendati secara logika sangat tidak masuk di akal.

 

Berikut kisah yang dapat dijadikan pelajaran dan contoh bagi berbagai kalangan yang merasa bahwa jalan menuju baitullah demikian berat.

 

Ada keinginan yang sangat kuat untuk menunaikan ibadah haji pada pasangan Yazid, salah seorang warga Todipan, Solo, Jawa Tengah. Untuk meraih mimpinya ini, Yazid berusaha menjual tanah yang ia miliki sebagai sarana untuk membayar ongkos naik haji (ONH).

 

Berbagai macam usaha telah ia tempuh, namun belum kunjung berhasil. Tanah yang ia tawarkan ke sana kemari belum kunjung laku. Sehingga timbul inisiatif, ia berniat ingin menawarkan tanahnya kepada KH Abdul Muid Ahmad, Pesantren Al Muayyad, Mangkuyudan, Solo.

 

Sebetulnya, tanah yang ditawarkan Yazid tidak begitu mahal. Ia hanya butuh uang Rp70 juta. Sejumlah uang yang sekira cukup untuk membayar ONH dirinya sendiri bersama istri tercinta. Meski hanya ditawarkan di angka 70 juta tersebut, karena Kiai Muid waktu itu sedang banyak kebutuhan, termasuk di antaranya juga ingin membayarkan biaya haji anaknya sendiri. Maka Kiai Muid tidak bisa mengabulkan penawaran Yazid.

 

Karena keinginan Yazid yang tampak kuat untuk menunaikan ibadah haji, Kiai Muid kemudian memberikan amalan supaya Yazid dan istri mengamalkan bacaan shalawat yang telah diterima sanadnya dari KH Ahmad Baedlowie Syamsuri, Brabo, Grobogan, dengan syarat shalawat ini dibaca satu kali setiap habis shalat isya dan dibaca 40 kali setiap malam Jumat.

 

Shalawat itu sebagai berikut:

 

   اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُبَلِّغُنَا بِهَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ، وَزِيَارَةَ حَبِيْبِكَ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ اَفْضَلُ الصَّلَاةِ وَالسَّلاَمِ، فِي صِحَّةٍ وَعَافِيَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.

 

Allahumma shalli ala sayyidina Muhammadin, shalatan tuballighuna biha hajja baitikal harami. Wazirata habibika Muhammadin alaihi afdhalis shalati wassalami. Fi sihhatin waafiyatin wabulughil marami waala alihi washahbihi wasallim.

 

Sepulang Yazid dari Kiai Muid, ia lalu ditanya oleh sang ibunda.

 

“Dari mana tadi, Zid?”

 

“Ini Bu, dari sowan Mbah Muid, mau jual tanah tapi beliau nggak bisa bantu. Aku dikasih amalan shalawat haji,” begitu kira-kira sahut Yazid.

 

“Oh.... , lha apa coba aku ikut mengamalkan, barang kali bisa ikut membantu kamu?”

 

Yazid kemudia turut memberikan. Hingga, ijazah shalawat tersebut diamalkan oleh Yazid, istrinya beserta sang ibunda. Justru ibunya yang tidak mendapat ijazah dari Kiai Muid langsung ini, malah yang paling rajin mengamalkan daripada Yazid sendiri yang tak begitu rajin.

 

Tidak sampai jeda waktu yang lama, setelah mereka mengamalkan shalawat, Yazid ditakdirkan Allah bertemu dengan kakaknya yang berprofesi sebagai makelar tanah atau bisnis properti. Ia meminta tolong kakaknya ini untuk dijualkan tanah dengan sebuah ikat janji bahwa yang dibutuhkan Yazid hanya uang Rp70 juta saja. Selebihnya ia tidak mau tahu, silakan kalau mau ambil untung. Untung berapa pun di atas 70 juta, ia serahkan menjadi hak milik sang adik.

 

Tanah, yang semula ia tawarkan ke berbagai macam orang dengan patokan harga Rp70 juta tidak kunjung terjual itu sekarang berubah justru laku pada kisaran angka 100 juta melalui tangan kakaknya. Sesuai dengan janji yang telah ia sampaikan, Yazid tidak berkenan menerima kelebihan dari harga yang ia butuhkan.

 

Bagaimanapun pula, ia sudah mengikat janji. Begitu pula kakaknya, sebagai saudara, ia ikhlas tak menginginkan balasan apapun dalam hal ini. Ia hanya ingin membantu kelancaran cita-cita sang adik yaitu menunaikan rukun Islam ke-5 berupa ibadah haji.

 

Akhirnya uang sisa dari 70 juta yang ditolak masing-masing kedua belah pihak, oleh sang kakak  mengusulkan bagaimana kalau kelebihan uang 30 juta ini dibuat membiayai sang ibunda menunaikan ibadah haji sekalian. Sehingga akhirnya mereka telah mencapai kata sepakat.

 

Jadi, karena keberkahan shalawat itu setelah dibaca oleh orang tiga, ketiga orang itu pula dipanggil oleh Allah Ta'ala untuk menunaikan ibadah haji ke baitullah. Semoga mereka mabrur, kita mendapatkan barakahnya, amin. Wallahu a'lam.


Editor:

Rehat Terbaru