• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 17 Mei 2024

Rehat

UMRAH RAMADHAN 2023

Mulai Bergerak, Saatnya Mengawali Umrah dari Bir Ali

Mulai Bergerak, Saatnya Mengawali Umrah dari Bir Ali
Jamaah menyempatkan shalat sunah tahiyatal masjid di Bir Ali. (Foto: NOJ/Syaifullah)
Jamaah menyempatkan shalat sunah tahiyatal masjid di Bir Ali. (Foto: NOJ/Syaifullah)

Madinah, NU Online Jatim

Sebenarnya masih banyak destinasi wisata yang memiliki nilai sejarah yang demikian tinggi di kawasan Madinah. Akan tetapi, waktu yang tidak mmungkinkan lantaran terbatasnya jatah tinggal untuk pelaksanaan ibadah umrah, maka beberapa lokasi terpaksa tidak dapat disinggahi.


Tahapan berikutnya adalah memulai ibadah umrah dengan mengambil miqat di Bir Ali atau Bi’rul Ali. Bagi jamaah umrah, tempat ini merupakan salah satu lokasi kaum muslimin yang hendak menunaikan ibadah haji atau umrah untuk memulai ihram. Tempat -tempat ini disebut sebagai miqat. Setelah melewati batas miqat dengan niat berihram, maka seorang jamaah terikat pada berbagai aturan ihram selama dia menunaikan ibadah haji atau umrah. 

 

Sekilas Bir Ali

Dalam catatan Sami bin Abdullah al-Maghlout dalam Atlas Haji dan Umrah dikemukakan bahwa Bir Ali dahulu dikenal sebagai Dzul Hulaifah, sebuah desa yang berjarak 6 atau 7 mil dari Kota Madinah. Dari sana, penduduk Madinah mengambil miqat untuk berhaji. Daerah ini merupakan sumber air bagi Bani Jusham dan Bani Khafajah dari Klan Uqail. Seiring dengan perkembangan zaman, Dzul Hulaifah dinamakan dengan Abyar Ali.


Ada beberapa versi sejarah terkait dari mana nama Abyar Ali berasal. Jika merujuk pada buku Atlas Haji dan Umrah, maka nama ini  dinisbahkan pada Ali bin Dinar, seorang Sultan Darfur yang selama kurang lebih 20 tahun selalu mengirimkan kiswah Ka’bah ke Makkah al-Mukarramah dari Fasher, ibu kota Darfur. 


Dalam referensi berbeda yakni karya KH Ahmad Chodri Romli dalam Ensiklopedi Haji dan Umrah mengatakan, daerah ini disebut dengan Bir Ali karena masa lampau Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA pernah membuat galian beberapa sumur di kawasan ini. Berdasarkan buku tersebut, Bir berasal dari istilah Bi'run yang bermakna sumur dan jamaknya Abyar. Rasulullah SAW pun menetapkan tempat ini sebagai miqat makani (tempat memulai ihram haji atau umrah) bagi jamaah yang datang dari arah Madinah dan sekitarnya. Di tempat ini, dibangun sebuah masjid yang relatif besar diberi nama Masjid Asy-Syajarah (masjid pohon). 


Lokasi Bir Ali berada di 11 kilometer dari Masjid Nabawi, Madinah. Di masjid inilah tempat miqat atau tempat berniat umrah/haji bagi calon jamaah haji Indonesia yang berangkat dari Madinah menuju Masjidil Haram di Makkah. ​​​​​​​Jamaah biasanya akan diberangkatkan dari Madinah ke Makkah setelah mereka menyelesaikan proses arbain, yaitu shalat berjamaah di Masjid Nabawi sebanyak 40 waktu. ​​​​​​​


Dahulu di zaman Rasulullah SAW, tempat berdirinya Masjid Bir Ali ini disebut Lembah Aqiq. Sebab, lokasi masjid tempat mengambil miqat ini agak turun ke bawah, menuju lembah yang menghijau. Di belakangnya sebuah bukit berbatu cadas menjadi pemandangan lain yang juga menakjubkan mata.​​​​​​​


Bangunan Masjid Bir Ali seperti bangunan kotak, sang arsitek Abdul Wahid al-Wakil terinspirasi oleh bentuk rumah masyarakat di sekitar lembah ini dalam rancangannya. Sedangkan berdasarkan laman Kementerian Agama RI, Masjid Bir Ali ini dikenal dengan banyak nama. Disebut Bir Ali (bir berarti kata jamak untuk sumur), karena pada zaman dahulu Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA menggali banyak sumur di tempat ini. Sekarang, bekas sumur-sumur buatan Sayyidina Ali bin Abi Thalib sudah tidak tampak lagi.​​​​​​​


Masjid ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Syajarah yang berarti pohon karena  masjid cantik dibangun di tempat di mana Nabi Muhammad SAW pernah berteduh di bawah sebuah pohon yaitu sejenis akasia.​​​​​​​


Kemudian, beberapa orang mungkin juga menyebut masjid ini dengan sebutan Masjid Dzul Hulaifah, karena letaknya berada di Distrik Dzul Hulaifah. Dan jarak dari Masjid Bir Ali ke Kota Makkah sebenarnya masih sangat jauh. Betapa tidak, butuh waktu 4 sampai 5 jam naik bus untuk tiba di Makkah karena jaraknya masih lebih kurang 450 km.​​​​​​​ Karena banyaknya jamaah yang bersiap untuk mengambil miqat di Bir Ali sebelum memakai pakaian ihram. Dan masjid ini dilengkapi dengan 512 toilet dan 566 kamar mandi.​​​​​​​ Beberapa di antaranya dikhususkan untuk peziarah yang memiliki kekurangan fisik (difable). Seluruh bagian masjid mulai dari daun pintu, karpet, hingga toilet dan kamar mandi berbau wangi. Ada banyak petugas kebersihan di sini.


Menurut sejarahnya, Masjid Bir Ali mengalami beberapa kali renovasi. Dimulai pada masa pemerintahan Gubernur Madinah Umar bin Abdul Aziz (87 - 93 Hijriyah), kemudian oleh Zaini Zainuddin Al Istidar pada tahun 861 Hijriyah (1456 Masehi). Kemudian pada zaman Dinasti Usmaniah dari Turki dengan dibantu seorang muslim dari India pada tahun 1090 Hijriyah (1679 Masehi), hingga terakhir oleh Raja Abdul Aziz yang memerintah Kerajaan Saudi Arabia dari tahun (1981 sampai 2005 M).


Masjid yang semula kecil dan sederhana kini menjelma menjadi bangunan indah. Keseluruhan areal masjid luasnya sekitar 9.000 meter persegi yang terdiri atas 26.000 meter persegi bangunan masjid, dan 34.000 taman, lapangan parkir, dan paviliun. ​​​​​​​


Dan dari sini, penulis bersama beberapa rombongan lain melakukan persiapan mengambil miqat. Sejurus kemudian, semua mengenakan pakaian ihram dan berlaku ketentuan yang melingkupinya. Rombongan kemudian bergerak menuju Makkah al-Mukarramah untuk melaksanakan rangkaian umrah dari mulai thawaf, sai dan tahallul. Selama perjalanan menuju Makkah diisi dengan memperbanyak talbiyah, shalawat dan membaca Al-Qur’an.


Rehat Terbaru