• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Rehat

UMRAH RAMADHAN 2023

Nikmatnya Buka Puasa di Pelataran Masjidil Haram

Nikmatnya Buka Puasa di Pelataran Masjidil Haram
Suasana berbeda dirasakan saat buka puasa di pelataran Masjidil Haram. (Foto: NOJ/Syaifullah)
Suasana berbeda dirasakan saat buka puasa di pelataran Masjidil Haram. (Foto: NOJ/Syaifullah)

Makkah, NU Online Jatim

Tidak banyak yang bisa merayakan Ramadhan sembari melaksanakan umrah. Dengan demikian bisa melaksanakan ibadah penuh khidmat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Tanah Haram yang menjadi tempat pelaksanaan ibadah haji dan umrah merupakan impian setiap muslim untuk bisa pergi ke sana. Saat kesempatan itu datang, umat Islam tidak ingin melewatkannya. Saat dapat menginjakkan kedua kaki di kota suci Makkah,  puji dan syukur tak henti-hentinya dengan memanjatkan pujian kepada Allah yang telah mengizinkan bertamu ke rumah-Nya.


Ada kenikmatan tiada tara ketika menjalankan ibadah puasa di Tanah Suci. “Saat Tarawih, rasanya nikmat sekali. Meskipun shalatnya tidak buru-buru seperti di Indonesia, anehnya tidak terasa lama, nikmat sekali. Mungkin karena bacaan imamnya yang enak didengar dan penuh penghayatan, jadi kita bertambah khusyuk beribadah di sana,” cerita salah seorang jamaah dari Jombang.


Hal yang menarik lainnya, masyarakat di Arab Saudi seolah berlomba-lomba untuk berbagi kebaikan. Saat menjelang waktu berbuka puasa, banyak penduduk yang menawarkan takjil atau makanan berbuka puasa, seperti kurma, yoghurt, roti, teh, atau kopi.


“Ternyata orang-orang di sana sangat-sangat baik, ada yang dibagi makanan, roti, kopi, kurma, dan segala macam. Di sana mereka berlomba-lomba untuk berbagi kebaikan,” ujarnya.


Selain itu, lanjut dia, keinginan untuk beribadah umrah pada bulan Ramadhan pun karena ingin mendapatkan pahala layaknya mereka yang beribadah haji. Sebagaimana hadits Nabi SAW: Umrah pada bulan Ramadhan senilai dengan haji. (HR Muslim) dan Sesungguhnya umrah pada bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku. (HR Bukhari).

 

Istrinya menceritakan perjalanannya dari Indonesia menuju Makkah. Sesampainya di Jeddah, ia dan rombongan segera menuju Madinah menggunakan kereta cepat yang telah disediakan pemerintah setempat dengan menempuh perjalanan selama dua jam.


Selama di Madinah, dirinya menghabiskan waktu untuk beribadah dan membaca Al-Qur’an. Ia tidak ingin terlewat melakukan shalat di Masjid Nabawi meskipun jaraknya dengan hotel tempatnya menginap cukup jauh. Sang istri justru mengaku kasihan dengan jamaah yang sudah lanjut usia (lansia) yang mungkin sangat ingin juga melakukan shalat wajib di Masjid Nabawi, tapi fisiknya sudah tidak mumpuni.


Terlebih, ia menyaksikan betapa ramah penduduk Madinah. Warga setempat tak sungkan untuk membantu dan berbagi dengan para jamaah. Mereka kerap menawarkan makanan dan minuman. Tak hanya itu, banyak dari mereka yang juga bisa berbahasa Indonesia. Ia sungguh merindukan kehangatan itu.


Setelah tiga hari di Madinah, barulah ia dan istri beserta rombongan menuju Makkah dengan menggunakan bus selama enam jam perjalanan.


“Karena kami langsung melakukan umrah sesampainya di Makkah, jadi jamaah laki-laki sudah menggunakan pakaian ihram dan yang perempuan dilarang memakai cadar, wewangian, dan lainnya,” katanya.


Perjalanan menuju Makkah menggunakan bus dengan melakukan miqat di Masjid Bir Ali. Sesampainya di Makkah, pasangan muda itu bergegas ke Masjidil Haram. Di sana, jamaah tengah melaksanakan shalat tarawih.  Malam pertama Ramadhan tidak begitu ramai di Masjidil Haram. Mereka pun menunaikan ritual ibadah umrah, yakni tawaf dan sai dengan berlari kecil di antara Safa dan Marwah hingga tujuh kali bolak-balik.


"Kalau dihitung, sampai 9 kilometer. Nah, itu menurut aku paling berat sai,” ujar sang istri.


Karena itu, istrinya menyarankan agar calon jamaah yang hendak melaksanakan haji dan umrah sebaiknya melakukan persiapan fisik, seperti berlatih dengan treadmil atau berjalan kaki di sekitar rumah. Dia mengungkapkan, ibadah umrah bagaimanapun membutuhkan kekuatan fisik dan stamina yang baik.


“Minum vitamin karena cuaca di Madinah itu dinginnya nusuk ke hidung, jadi kalau tidak kuat bisa mimisan,” ungkapnya. “Dan kalau bisa, umrah jangan nunggu tua, harus masih muda karena tubuh kita masih fit,” ujar dia.

 

Umrah yang Berbeda

Jumlah jamaah umrah mencapai puncaknya pada Ramadhan tahun ini. Pada awal Ramadhan ini, pihak Pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah menerima hampir 7,4 juta jamaah umrah.


"Arab Saudi menerima hampir 7,4 juta jamaah umrah dalam delapan hari pertama Ramadhan," kata Direktur Jenderal Statistik Masjidil Haram di Makkah, Issa Al-Hudhali, dikutip dari Argaam, Senin (03/04/2023).


Pihak berwenang dan badan amal di Arab Saudi sebelumnya telah mengumumkan berbagai program dan inisiatif dalam rangka melayani dan menyambut jamaah umrah yang datang selama Ramadhan. Petugas dan relawan disiapkan untuk membimbing para peziarah.


Presidensi Umum Urusan Dua Masjid Suci meluncurkan inisiatif yang disebut 'Ask Me' pada Kamis (30/03/2023) lalu. Layanan itu disiapkan untuk memandu jamaah dan memberi tahu mereka tentang zona yang ditujukan untuk beribadah. Program Ramadhan di perpustakaan Masjidil Haram juga telah diluncurkan. Di dalamnya mencakup pertemuan dan seminar ilmiah dan budaya.


Pada pekan lalu, Masjidil Haram meluncurkan skema penyambutan baru yang dijalankan oleh urusan media dan agen pameran wanita ditujukan untuk jamaah umrah yang tiba dari luar negeri. Jamaah disambut oleh petugas di stasiun kereta Haramain dan bandara di Jeddah.


“Jamaah disambut di stasiun kereta yang telah ditetapkan dan dibagikan hadiah untuk membantu mereka melakukan ibadah dengan mudah,” kata salah satu anggota tim, Nada Al Malki.


Sebuah badan amal buka puasa di Jeddah, Live to Give, juga meluncurkan kegiatan untuk Ramadhan tahun ini. Ketua tim, Hashem, menyiapkan diri untuk memandu dan mendukung para relawan yang mendistribusikan buka puasa. "Saya berkomunikasi secara teratur dengan setiap relawan untuk memastikan mereka memahami tanggung jawabnya dan memiliki sumber daya yang mereka butuhkan," ujar dia.


Ia berupaya membentuk tim yang positif dan mendorong kolaborasi maupun kerja tim. Hal itu akan memberi dorongan dan membantu dalam mendistribusikan makanan secara efisien. Pria dan wanita muda Arab Saudi terlihat membagikan makanan berbuka puasa kepada para peziarah di Bandara Internasional King Abdulaziz dan stasiun kereta api. Makanan itu diberikan kepada mereka yang bepergian ke Makkah atau Madinah dari Jeddah.

 

Buka Puasa di Pelataran Masjidil Haram

Beruntung penulis dapat merasakan suasana buka puasa di pelataran Masjidil Haram. Hari pertama berhasil bergabung dengan ribuan orang dari berbagai penjuru dunia di depan Zamzam Tower. Sama seperti di Masjid Nabawi, maka jamaah mendapatkan jaminan berupa paket takjil. Isinya adalah kue kering, air zamzam dalam kemasan, serta kurma.


Saat adzan magrib berkumandang, maka jamaah langsung menyantap takjil yang ada. Sejurus kemudian, takjil yang tersedia dibersihkan untuk selanjutnya melakukan shalat magrib berjamaah. Usai shalat maktubah ini, jamaah ada yang langsung bubar menuju kamar hotel atau warung dan restauran di sekitaran hotel. Namun ada juga yang sejak awal memang membawa bekal. Bersama kelompok yang datang, mereka menikmati bekal berbuka yang ada sembari bercerita banyak hal.


Demikianlah suasana di pelataran Masjidil Haram yang penih khidmat. Sebuah keadaan yang tentu saja tidak ditemukan di waktu selain Ramadhan.


Rehat Terbaru