• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Rehat

Saat Sakit, Ingatlah Pesan Nabi Muhammad SAW

Saat Sakit, Ingatlah Pesan Nabi Muhammad SAW
Rasulullah memberikan pesan kepada umat islam yang sedang diuji sakit. (Foto: NOJ/Istimewa)
Rasulullah memberikan pesan kepada umat islam yang sedang diuji sakit. (Foto: NOJ/Istimewa)

Dalam setiap doa usai shalat maktubah maupun kesempatan lain, umat Islam khususnya warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyin) senantiasa meminta dalam keadaan sehat. Demikian pula sejumlah cara dilakukan demi memastikan bahwa tubuh tidak diserang penyakit, apalagi harus dirawat di rumah sakit.


Perlu dipahami, bahwa saat sakit telah menyapa diri, maka hal mendesak yang harus lakukan adalah segera berobat dan berdoa memohon lekas diberi kesembuhan, hingga bersabar menikmati sakit yang Allah berikan.


Baginda Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam dan para ulama penerusnya—mengajarkan umatnya untuk mau bersabar ketika diberi cobaan oleh Allah berupa sakit atau lainnya. Ada banyak keutamaan yang ditawarkan bagi siapa saja yang mau bersabar menghadapi penyakitnya dan rela menerima keputusan Allah bagi dirinya. Meski di sisi lain Islam juga tidak melarang untuk berobat sebagai langkah ikhtiar menjaga kesehatan badan.


Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmû’ menuturkan, para sahabatnya dan yang lainnya mengatakan bahwa orang yang sedang sakit disunahkan untuk bersabar. Ada banyak dalil dari Al-Qur’an dan hadits yang menuturkan tentang keutamaan bersabar.

 

Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ berfirman di dalam surat Az-Zumar ayat 10 sebagai berikut:

 

 إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

 

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan dipenuhi pahala mereka tanpa hitungan.

 

Sebuah hadits riwayat Imam Muslim menuturkan bahwa Rasulullah bersabda:

 

 مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ، فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ، كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

 

Artinya: Tidaklah seorang muslim terkena suatu penyakit dan lainnya kecuali karenanya Allah menggugurkan kejelekan-kejelekannya sebagaimana sebuah pohon menggugurkan daunnya.

 

Imam Nawawi memberikan penjelasan bahwa di dalam hadits tersebut ada pelajaran bahwa kesalahan-kesalahan akan dilebur dengan berbagai penyakit di dunia meskipun hanya sedikit kesusahannya. 

 

Artikel diambil dariAnjuran Bersabar bagi yang Sakit

 

Imam Muslim juga meriwayatkan dari ‘Atho bin Abi Robah yang mengatakan:

 

 قَالَ لِي ابْنُ عَبَّاسٍ: أَلَا أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ قُلْتُ: بَلَى، قَالَ: هَذِهِ الْمَرْأَةُ السَّوْدَاءُ، أَتَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: إِنِّي أُصْرَعُ وَإِنِّي أَتَكَشَّفُ، فَادْعُ اللهَ لِي، قَالَ: إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ، وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُعَافِيَكِ قَالَتْ: أَصْبِرُ، قَالَتْ: فَإِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللهَ أَنْ لَا أَتَكَشَّفَ فَدَعَا لَهَا

 

Artinya: Ibnu Abas berkata kepadaku: Maukah kau kuperlihatkan seorang perempuan ahli surga? Aku menjawab: Ya. Ia berkata: Perempuan hitam ini telah datang kepada Nabi dan berkata: Sesungguhnya aku mengidap penyakit ayan dan auratku sering tersingkap karenanya. Maka berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku. Nabi bersabda: Kalau kau mau bersabar bagimu surga. Dan bila kau mau aku mau mendoakanmu agar Allah menyembuhkanmu. Perempuan itu berkata: Aku mau bersabar saja. Ia berkata lagi: Auratku sering terungkap, maka mohonlah kepada Allah agar auratku tak terungkap lagi. Maka Nabi mendoakannya.

 

Dari hadits di atas dapat diambil satu pelajaran bahwa kesabaran yang dilakukan seseorang atas penyakit yang sedang diderita bisa menjadi jalan baginya untuk mendapatkan surga. Hadits tersebut juga menunjukkan dibolehkannya tidak berobat dengan bersabar atas cobaan yang diterima dan ridha terhadap ketentuan Allah.


Masih menurut hadits tersebut, tetap bersabar menghadapi satu penyakit itu lebih utama daripada kesembuhan bagi sebagian orang, dan meskipun berobat itu disunahkan namun tidak berobat itu lebih utama. Demikian dijelaskan oleh Syekh Abdullah al-Mubarakfuri di dalam kitab Mir’âtul Mafâtih Syarh Misykâtil Mashâbih.

 

Syekh Nawawi Banten dalam kitab Kâsyifatus Sajâ mengisahkan, sahabat Imron—salah seorang tokoh di kalangan para sahabat Rasul—bahwa dulunya malaikat mengucapkan salam kepadanya secara jelas. Namun ketika ia sembuh dari penyakitnya karena doa Rasulullah suara salam malaikat tak lagi terdengar dengan jelas. Maka sahabat Imron mengadu kepada Rasulullah perihal itu. Kepadanya Rasulullah bersabda: Tidak terdengarnya ucapan salam para malaikat itu karena kesembuhanmu.


Maka kemudian sahabat Imron meminta Rasul memohon kepada Allah agar penyakitnya dikembalikan lagi. Ketika sahabat Imron kembali sakit, kembali pula para malaikat terdengar suara salamnya. Sebagai bentuk kemuliaan baginya maka doa yang dipanjatkan ketika disebut namanya akan dikabulkan. Hanya saja satu hal yang semestinya—makruh hukumnya—tidak dilakukan oleh orang yang sedang sakit atau mengalami kesusahan dunia adalah mengharap kematian. Namun tidak makruh bila ada kekhawatiran akan terjadinya fitnah bagi agamanya.

 

Rasulullah dalam sebuah hadits bersabda:

 

 لا يتمنين أحدكم الموت لضر نزل به فان كان لابد متمنيا فليقل اللهم أحينى ما دامت الحياة خيرا لي وتوفني إذا كانت الوفاة خيرا لى

 

Artinya: Jangan sampai seorang di antara kalian berharap kematian karena sebuah kesusahan yang menimpanya. Bila tidak bisa tidak ia harus berharap kematian maka berdoalah: Ya Allah, hidupkan akau selagi kehidupan lebih baik bagiku dan matikan aku bila kematian lebih baik bagiku.

 

Demikian Abu Ishaq As-Syairazi di dalam kitabnya Al-Muhdzdzab. Wallahu a’lam.​


Rehat Terbaru