Lumajang, NU Online Jatim
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lumajang menggelar ziarah dan napak tilas di makam Muassis NU Lumajang. Kegiatan yang salah satunya digelar di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jogoyudan, Lumajang pada Rabu (16/02/2022) itu merupakan serangkaian peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-99 NU.
Acara yang diikuti sejumlah pengurus, baik lembaga dan badan otonom (banom) NU, ini berlangsung khidmat dengan rangkaian pembacaan Yasin, Tahlil, serta sejarah singkat perjalanan perjuangan dan berdirinya NU di Kabupaten Lumajang.
Wakil Rais PCNU Lumajang KH Ahmad Hanif menyampaikan, dalam catatan sejarah berdirinya NU di Lumajang diresmikan langsung oleh Rais Akbar NU, yaitu KH M Hasyim Asy'ari. Kala itu, Mbah Hasyim ditemani oleh Katib Aam KH Abdul Wahab Hasbullah.
"PCNU Lumajang diresmikan pasca Muktamar NU di Banyuwangi, tepatnya pada 8 Muharram 1353 hijriyah atau 23 April 1934 Masehi, melalui pengajian akbar di Masjid agung yang dulu dikenal masjid jamik. Saat ini berarti sudah berumur 88 tahun dalam hitungan masehi, atau 90 tahun dalam tahun hijriyah," ungkapnya.
Kiai Hanif menambahkan, NU Lumajang pertama kali dipimpin Kiai Ghozali sebagai Rais Syuriyah dan KH Zein bin bin Idris sebagai Ketua Tanfidziyah, serta KH Anas Mahfudz putra Kiai Zein sebagai Sekretaris, yaitu pada tahun 1934-1943. Kala itu, berhasil membentuk beberapa Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) di beberapa kecamatan.
"Dan kegiatan NU yang paling menonjol saat itu adalah Lailatul Ijtima yang dilakukan setiap pertengahan pada bulan hijriyah, yang diisi dengan tahlil, yasin, pembinaan organisasi, dan pemecahan berbagai masalah Nahdliyin saat itu," lanjutnya.
Kiai Hanif mengatakan, tantangan yang dihadapi NU Lumajang sejak berdiri tidak sama dari zaman ke zaman. Saat itu yang paling diingat adalah semangat warga NU Lumajang secara gotong royong yang rela iuran demi memiliki kantor.
"Waktu itu, pengurus rajin membayar ianah syahriah atau iuran bulanan demi kepentingan oraganisasi, sehingga NU Lumajang punya kantor sendiri di timur Alun-alun Lumajang," imbuh kiai yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lumajang ini.
Kiai Hanif berharap, momen ini bisa menjadi pembelajaran bagi generasi NU saat ini untuk meneladani semangat para pendiri NU dalam berjuang dengan jiwa dan raganya.
"Semoga para muassis NU, khususnya di Lumajang, tidak terputus dengan rahmat dan maghfirah Allah. Selanjutnya, kita harus terus berpikir apa yang bisa kita lakukan untuk NU ke depan, tentunya dengan mengharap taufiq dan hidayah Allah," pungkasnya.