• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Tapal Kuda

Kiai Marzuki Kisahkan Guyonan Gus Dur Tentang Kehebatan Ulama Nusantara

Kiai Marzuki Kisahkan Guyonan Gus Dur Tentang Kehebatan Ulama Nusantara
Kiai Marzuki ceritakan saat menjadi narasumber sarasehan moderasi beragama yang digelar oleh Penyuluh Agama Islam Kecamatan Pronojiwo bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) Malang di Balaidesa Sidomulyo Pronojiwo, Rabu (04/01/2023). (Foto: NOJ/Sufyan)
Kiai Marzuki ceritakan saat menjadi narasumber sarasehan moderasi beragama yang digelar oleh Penyuluh Agama Islam Kecamatan Pronojiwo bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) Malang di Balaidesa Sidomulyo Pronojiwo, Rabu (04/01/2023). (Foto: NOJ/Sufyan)

Lumajang, NU Online Jatim

KH Abdurrahman Wahid atau yang familiar dengan panggilan Gus Dur memang dikenal dengan sosok yang penuh humor. Di suatu kesempatan, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar mengisahkan salah satu guyonan Gus Dur tentang ulama nusantara.

 

Hal itu Kiai Marzuki ceritakan saat menjadi narasumber sarasehan moderasi beragama yang digelar oleh Penyuluh Agama Islam Kecamatan Pronojiwo bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) Malang di Balaidesa Sidomulyo Pronojiwo, Rabu (04/01/2023).

 

"Gus Dur pernah tebak-tebakan, beliau bertanya apa bukti hebatnya ulama nusantara. Ini saya yakin tidak ada yang bisa jawab, kalau kita mungkin jawabnya secara normatif," ujar Kiai Marzuki.

 

Kiai Marzuki menjelaskan, saat itu ada yang menjawab, kehebatan ulama nusantara adalah dalam kehidupan sehari-hari mereka menggunakan bahasa daerahnya seperti bahasa Jawa, Madura dan lainnya, namun tetap bisa menulis karyanya dengan bahasa Arab yang bagus.

 

"Tapi kata Gus Dur bukan itu. Ada pula yang menjawab hebat karena bisa membuat pesantren ribuan, kata Gus Dur juga bukan itu," lanjut Kiai Marzuki.

 

Ternyata, kata Kiai Marzuki, kehebatan ulama nusantara kata Gus Dur adalah karena mempunyai sifat legowo dan menerima segala perbedaan. Hal itu bukan tanpa alasan, seperti di Jawa yang mayoritas muslim, para ulama tetap berkomitmen menjaga tempat ibadah non muslim. 

 

"Ulama-ulama NU yang terkenal di nusantara ini mengatakan kalau masjid haram kau rusak, candi, gereja itu juga haram kau rusak. Kita yang mendengar jawaban Gus Dur ya terheran-heran dan kagum," imbuh Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad, Gasek, Malang itu.

 

Tenyata, Kiai Marzuki mengungkapkan, hal demikian yang sering dikampanyekan Gus Dur mempunyai maslahat yang sangat besar bagi keutuhan bangsa Indonesia yang kental dengan beragam suku, agama dan budaya. Kiai Marzuki mencontohkan, kalau di Jawa ada makam Walisongo ramai dikunjungi peziarah dengan aman tanpa gangguan, maka di Bali ada makam Wali Tujuh. 

 

"Makam itu di Bali aman meskipun di wilayah minoritas muslim. Para pecalang rela menjaganya dengan tulus asal candi juga jangan diganggu. Komitmen Kiai Jawa tidak akan merusak candi itu sebetulnya sebagai timbal balik karena warga Hindu Bali juga komitmen menjaga makam Walipitu dengan ikhlas tanpa bayaran," lanjutnya.

 

Hal itu berbanding terbalik seumpama di Jawa penduduknya merusak peribadatan umat Hindu, pasti makam di Bali juga akan mengalami hal serupa. Maka ini adalah sikap moderat yang harus terus dijaga.

 

"Hal itu agar Idul Fitri di Papua dan NTT juga terjaga. Kalau di sini kita mayoritas harus  mengayomi yang minoritas. Ingat kita umat Islam di Bali, Papua, NTT, Halmahera, Tapanuli itu minoritas. Kalau minoritas non muslim disini butuh pengayoman kita yang mayoritas, sejatinya umat muslim di sana butuh pengayoman non muslim yang mayoritas," tegas Kiai Marzuki.

 

Kiai Marzuki menuturkan, seringnya Gus Dur berkunjung ke daerah-daerah minoritas muslim membawa dampak besar bagi kerukunan umat beragam di Indonesia. Hal itu dikarenakan Gus Dur sering menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam luhur yang penuh kasih sayang, sehingga  semua tokoh agama ikut berkomitmen untuk menjaga keutuhan NKRI.

 

"Yang Islam tidak kearab-araban, yang Kristen tidak kebarat-baratan, yang Hindu tidak keindia-indian, yang Konghucu tidak kecina-cinaan. Dirangkul jadi satu, meskipun berbeda agama tetap Indonesia. Beda mau bersatu dan guyub itu jauh lebih maslahat dari pada sama tapi bermusuhan. Apalagi beda dan bermusuhan, itu tambah jelek," tandasnya.


Tapal Kuda Terbaru