• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Tapal Kuda

Negeri Idaman Rasulullah menurut KH Ma’ruf Khazin

Negeri Idaman Rasulullah menurut KH Ma’ruf Khazin
Ketua Aswaja NU Center Jatim, KH Ma'ruf Khozin saat Halaqah Nasional Fiqih Peradaban di Lumajang. (Foto: NOJ/ Sufyan Arif)
Ketua Aswaja NU Center Jatim, KH Ma'ruf Khozin saat Halaqah Nasional Fiqih Peradaban di Lumajang. (Foto: NOJ/ Sufyan Arif)

Lumajang, NU Online Jatim
Ketua Aswaja NU Center (Asnuter) Jawa Timur, KH Ma'ruf Khozin menjelaskan Rasulullah SAW sebagai pemimpin tertinggi umat Islam saat itu mempunyai sebuah negeri idaman. Menurutnya, negeri idaman Rasulullah SAW adalah negeri yang damai, jauh dari permusuhan, peperangan, dan pertikaian.


Penjelasan itu disampaikan ulama muda alumni Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kediri itu saat jadi narasumber pada acara Halaqah Nasional Fiqih Peradaban yang mengusung tema ‘Fiqih Siyasah antara Perang dan Damai’. Kegiatan tersebut dipusatkan di Pondok Pesantren An Nur El Aly Tempeh, Lumajang, Sabtu (24/12/2022).


Kiai Ma'ruf Khozin mengatakan, umat Islam perlu membaca dan merenungi sejarah panjang Rasulullah membangun peradaban hebat. Menurutnya, peradaban itu tidak dibangun dengan sebuah pedang dan perang, meskipun dalam tinta sejarah banyak perang yang dilakukan Rasulullah, tapi itu merupakan pilihan terakhir.


"Saat Umroh kita akan diperlihatkan Bukit Uhud hingga Tanah Badar, sehingga dibenak kita isinya perang dan perang saja. Padahal, sebelum Rasulullah wafat ada kejadian perjanjian perdamaian, yaitu perjanjian Hudaibiyah. Doa Nabi Ibrahim yang diabadikan di Surat Al Baqarah ayat 126 untuk Makkah itu doa agar menjadi negeri aman," jelasnya.


Ia menuturkan, kenyamanan dalam beribadah dan aktivitas lainnya tentu tidak akan bisa dirasakan dalam keadaan perang. Maka, memahami ayat perang harus utuh tidak boleh hanya tekstual, melainkan harus tahu latar belakang turunnya ayat tersebut.


"Ayat-ayat perang, secara dzohir ada. Ayat ini ada tetapi bukan untuk negeri damai, tapi di negeri yang perang. Di surat Al Haj perang diizinkan karena Nabi dan Sahabat banyak didzolimi. Maka, negara aman dan damai tidak boleh perang duluan. Dalam Surat Al Anfal ayat 61 dijelaskan ketika non-muslim condong ke perdamaian, Nabi diperintah untuk damai," tegasnya.


Dirinya pun mengutip ungkapan salah seorang sahabat yang menyatakan, kemenangan dan keberhasilan umat Islam menaklukkan Kota Makkah itu berkat diawali perjanjian Hudaibiyah. Kejayaan dan kegemilangan Islam menurut Nabi itu dengan zuhud dan yakin. Sedangkan zuhud dan yakin tidak ada kecuali dengan pendidikan.


"Seperti yang telah dilakukan para kiai NU dengan membangun pesantren dan lembaga pendidikan lainnya. Dulu zaman Nabi musuh dengan musuh jelas, ketika perang Nabi selalu berpesan jangan bunuh anak kecil, orang tua, wanita. Kalau sekarang di bom yang kena justru semuanya," imbuhnya.


Menurutnya, maraknya aksi terorisme di Indonesia karena menilai Indonesia negeri kafir. Padahal, jika membaca sebuah hadits, Rasulullah dulu tidak jadi memerangi sebuah daerah karena di sana terdengar lantunan adzan.


"Padahal di Indonesia dari Sabang sampai Merauke adzan itu tidak berhenti terdengar bergantian. Ukuran negara kafir bukan soal karena menjalankan agamanya, atau pemimpinnya. Andai kafirnya negara itu diukur seperti yang diukur zaman Nabi, beliau tidak akan menyerang Indonesia," tandasnya.


Tapal Kuda Terbaru