Sejarah Pesantren Genggong, Lokasi Konferwil GP Ansor Jatim 2024
Ahad, 11 Agustus 2024 | 14:00 WIB
M Rufait Balya B
Kontributor
Probolinggo, NU Online Jatim
Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo atau yang dikenal Pesantren Genggong merupakan salah satu pesantren tertua di kawasan Tapal Kuda, bahkan di Jawa Timur. Pesantren ini dipilih sebagai lokasi pelaksanaan Konferensi Wilayah (Konferwil) XV Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jatim.
Gelaran Konferwil Ansor Jatim bakal dihelat pada Senin (12/08/2024). Sebelumnya, Konferwil dijadwalkan pada 28 Juli 2024 lalu di Pesantren Tambakberas Jombang, tapi kemudian diundur.
“Kita memutuskan atas petunjuk dari para kiai dan senior agar memberikan sebaran agenda organisasi tertinggi NU Jatim ini tidak di satu tempat yang sama. Kemarin para kiai sudah di Jombang dan panitia GP Ansor menyepakati untuk ber-Konferwil di Probolinggo,” ujar Ketua Panitia Konferwil GP Ansor Jatim, Farid Al Farisi.
Pesantren Genggong memiliki perjalanan panjang hingga menjadi pesantren besar dan maju. Dilansir pzhgenggong.or.id, nama Genggong sendiri berasal dari sekuntum bunga yang tumbuh di sekitar pesantren. Bunga itu digunakan oleh masyarakat untuk rias manten dan khitan.
Pesantren ini didirikan oleh KH Zainul Abidin pada tahun 1839 M / 1250 H, yang terletak di Desa Karangbong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo. Nama Pondok Genggong diabadikan sejak kepemimpinan KH Zainul Abidin sampai dengan kepemimpinan KH Moh Hasan dari tahun 1839 M sampai dengan 1952 M (113 tahun).
Disebutkan, pada masa kepemimpinan KH Hasan Saifourridzall pada tahun 1952, Pesantren Genggong diganti dengan nama Asrama Pelajar Islam Genggong (APIG) yang didasarkan pada semakin tinggi minat masyarakat belajar di pondok pesantren. Hal itu dapat dilihat dari jumlah santri, grafiknya meningkat dan nama tersebut diabadikan terhitung sejak 1952 M, sampai dengan 1959M.
Setelah itu, pada masa kepemimpinan KH Hasan Saifourridzall pula timbul gagasan untuk mengabadikan kedua pendiri pesantren yaitu KH Zainul Abidin dan KH Mohammad Hasan tepatnya pada tanggal 1 Muharram 1379 H/19 juli 1959 M. Sehingga dijadikan nama pesantren dari semula Asrama Pelajar Islam Genggong menjadi Pesantren Zainul Hasan Genggong.
Pesantren Genggong berdiri atas dorongan motivasi pendiri yang merupakan cita-cita mulia dan luhur serta didasarkan pada tanggung jawab secara keilmuan setelah melihat realitas masyarakat yang masih buta huruf dan masyarakatnya dikenal awam.
Masyarakat yang sama sekali tidak mengenal ilmu pengetahuan agama, cenderung berperilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti melakukan perbuatan dosa besar kepada Allah SWT, baik perbuatan syirik, zina, perilaku kekerasan sesamanya dengan cara merampas hak milik orang lain dan penganiayaan terhadap sesamanya serta perbuatan judi yang dilakukan oleh masyarakat setiap hari.
Melihat realita yang ada, maka KH Zainul Abidin, yang masih keturunan Maghrobi dan alumnus Pesantren Sidoresmo Surabaya merasa terpanggil jiwanya untuk mengamalkan ilmu yang didapatnya. Kemudian dijadikan dasar berjuang dengan menebarkan ilmu pengetahuan agama baik berupa pengajian maupun di sampaikan melalui kelembagaan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong.
Terpopuler
1
MI Aswaja Besole Tulungagung Juara Favorit Festival Balon Udara
2
Hukum Shalat Makmum di Depan Imam, Sahkah?
3
LAZISNU Nganjuk Tebar Manfaat Kurban pada 1.100 Penerima
4
Haji di Indonesia: Tantangan Antrean dan Biaya
5
Puang Makka Kunjungi Lumajang, Teguhkan Spirit Thariqah di Halaqah Sufi Interaktif
6
Unisma Sembelih 22 Sapi dan 29 Kambing, Ada Sedekah Hewan dari Non Muslim
Terkini
Lihat Semua