• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 28 Maret 2025

Tokoh

Syiir Riwayat Rasulullah Karya Nyai Fatmah Mawardi Prenduan Sumenep

Syiir Riwayat Rasulullah Karya Nyai Fatmah Mawardi Prenduan Sumenep
Nyai Hj. Fatmah Mawardi Prenduan
Nyai Hj. Fatmah Mawardi Prenduan

Oleh: Saifullah*

Kecintaan almarhumah Nyai Hj. Fatmah Mawardi Prenduan kepada Rasulullah SAW tidak saja diwujudkan dengan mengikuti sunnah-sunnah beliau tetapi juga dengan bacaan-bacaan shalawat dan syiir atau syiiran. Hal ini dapat kita temukan dalam beberapa karya syiir beliau yang antara lain berjudul “Riwayat Epon Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam”.
 

Bagi kebanyakan orang Prenduan Sumenep Madura, khususnya para santri dan masyarakat sekitar di madrasah Nyai Fatmah sendiri, karya ini tidak asing bagi mereka. Semenjak Nyai Fatmah Mawardi wafat pada 11 Agustus 1994 M. atau dalam kalender Hijriyah pada 3 Rabi'ul Awal 1415, ia wafat di Pondok Pesantren Badridduja Kraksaan Probolinggo di bawah asuhan seorang putranya, KH. Badri Mashduqi.

 

Kemudian syiir karya Nyai Fatmah ini sebagian telah dijadikan lagu dengan diiringi musik rebana atau hadrah oleh para santri (group hadrah) di pesantren Badridduja, terutama pada saat datang bulan Rabiul Awal yang merupakan bulan kelahiran Rasulullah SAW, syair beliau ini sangat sesuai sebagai syiar dakwah dan enak didengarkan.
 

Syiir ini diawali dengan intro shalawat:
 

'Alaika shalatullah, Ya khairal mursalin, 
'Alaika salamullah, Ya khairal 'alamiin, 


Dan kemudian diikuti dengan bait-bait syair dalam bahasa Madura. 
 

Syair atau syiir sendiri merupakan salah satu jenis puisi lama yang berisi cerita, nasihat, atau agama. Kata syair berasal dari bahasa Arab, yaitu syu'ur yang berarti berkembang. Seperti pada umumnya tentang syair, bait dalam syair milik Nyai Fatmah tersebut terdiri dari kumpulan baris, dari empat baris di mana setiap barisnya terdiri dari 8–12 suku kata. Setiap bait syair atau syiirnya memiliki konsep dan tujuan yang berbeda-beda, berisi satu ide pokok, memandu pembacaannya dari satu ide ke ide berikutnya.
 

Jumlah bait syiir Nyai Fatmah dengan judul tersebut terdapat sejumlah 310 bait, yang  yang berisi kisah Rasulullah SAW di masa kecil, masa perjuangan, ketekunan dalam beribadah, indahnya mensykuri Allah, dan bagaimana mencintai Rasulullah dalam kehidupan. 
 

Dengan menggunakan bahasa Madura yang merupakan karya syair Nyai Hj. Fatmah Mawardi ini berjudul, 'Riwayat Epon Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam,' sementara terjemah berbahasa Indonesia dari penulis sendiri dengan tujuan bagi para pembaca yang kurang memahami arti bahasa Madura agar lebih paham artinya sehingga pembaca mudah mencerna pengertiannya setelah mendapatkan penerjemahannya, berikut ini sebagian isi syairnya.
 

Lamon terro salametta
Bisa nyarrep syafaatta
(Kalau ingin selamat, dapat meresap syafaat) 

 

Rasulullah nyafaateh
Dha' ummatta se ngabhakteh
(Rasulullah menyafaati, pada umat yang berbakti) 

 

Kanjeng Nabi tore conto
'Ebadana se pon tanto
(Kanjeng Nabi marilah contoh, ibadahnya yang sudah tentu) 

 

Wajib maso' sowargana
Haram maso' narakana
(Wajib masuk surga-Nya, haram masuk neraka-Nya) 

 

Tape mon ashalat sunnah
Bhan malem tadha' ambuna
(Tapi jika shalat sunnah, tiap malam tak henti-hentinya) 

 

Siti Aisyah dhabuna
Samalem ashalat sunnah
(Siti Aisyah dalam perkataannya, semalam bershalat sunnah) 

 

Ajunan olle jaminan
Dhari Allah kaamanan
(Panjenengan mendapat jaminan, dari Allah mendapatkan keamanan) 

 

'Ebadana ghi' bi-lebbi
Pas ajawab Kanjeng Nabi
(Ibadahnya lebih sungguh-sungguh, terus menjawab Kanjeng Nabi) 

 

Sengko' nambai tafakkur
Sebagai tandha bersyukur
(Saya menambah tafakkur, sebagai tanda rasa bersyukur) 

 

Dha' Allah Se Sanget Lambha'
Ta' ngabi' nyokkore abe'
(Kepada Allah Yang Maha Pemurah, tak henti-hentinya mensyukuri diri [kepada Allah]) 

 

Dha' ummat sengko' messen
Ebadana jha' sen-busen
(Kepada umat saya berpesan, ibadahnya janganlah bosan) 

 

Sangona odhi' kembali
Senneng dunnya jha' parduli
(Bekal hidup kembali, senang dunia tidak peduli) 

 

Lewat syair Nyai Fatmah tersebut dapat dipahami pula berdasarkan kisah yang diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha, dia berkata, “Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat, beliau berdiri hingga kedua telapak kaki beliau merekah, lalu ‘Aisyah bertanya, ‘Kenapa engkau melakukan semua ini, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan ampunan bagimu atas dosa-dosa-mu yang telah lalu dan yang akan datang?’ Lalu beliau menjawab Rasulullah:
 

أَفَلاَ أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا.
 

"Apakah tidak boleh jika aku termasuk hamba yang bersyukur."
 

Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata:
 

كَانَ رَسُـوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي حَتَّى تَزْلَعَ قَدَمَاهُ، يَعْنِي تَشَقَّقُ قَدَمَاهُ.
 

"Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat hingga kedua telapak kakinya merekah."
 

Ibnu Baththal berkata, “Dan di dalam hadits ini terdapat pelajaran agar seseorang menjadikan dirinya bersungguh-sungguh dalam beribadah, sekalipun hal itu membahayakannya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan hal itu, padahal beliau telah mengetahui apa yang telah diberikan kepadanya (yaitu pengampunan dosa yang telah lalu dan yang akan datang), lalu bagaimana dengan orang yang tidak mengetahui hal itu, terutama bagi orang yang tidak merasakan aman bahwa dirinya berhak masuk Neraka."
 

Di antara gambaran tentang ibadah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dilukiskan oleh Nyai Hj. Fatmah Mawardi dengan syair berbahasa Madura akan memberikan gambaran bahwa Rasulullah adalah sosok yang rajin beribadah dan pandai mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. 
 

*) Saifullah, Ketua Syaikh Badri Institute (SBI)


Tokoh Terbaru