Metropolis

Ketua FKPT Jatim Sebut Paham Radikal dan Terorisme Masih Mengancam NKRI

Rabu, 16 April 2025 | 14:00 WIB

Ketua FKPT Jatim Sebut Paham Radikal dan Terorisme Masih Mengancam NKRI

Sambutan oleh Ketua FKPT Jawa Timur, Prof Husniyatus Salamah Zainiyati. (Foto: NOJ/ISt)

Surabaya, NU Online Jatim

Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur, Prof Husniyatus Salamah Zainiyati menegaskan, meskipun Jamaah Islamiyah (JI) secara resmi telah dibubarkan pada Juni 2024, ancaman paham radikal dan terorisme masih terus mengintai kehidupan berbangsa dan bernegara.


Hal tersebut disampaikannya dalam Talkshow Duta Damai bertajuk ‘Penanggulangan Terorisme Pasca Bubarnya Jamaah Islamiyah’ yang diselenggarakan di Aula Bakesbangpol Jawa Timur, Rabu (16/04/2025).

ADVERTISEMENT BY OPTAD


“Bubarnya JI bukan berarti selesai. Justru pasca pembubaran, sel-sel tersembunyi (sleeper cells) dan pola perekrutan semakin halus dan terstruktur,” ujarnya.


Prof Titik sapaan akrabnya memaparkan bahwa eks anggota JI kini banyak menyusup ke organisasi sosial dan keagamaan, mendirikan lembaga pendidikan, hingga memanfaatkan media dakwah digital untuk menyebarkan ideologi radikal.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


"Mereka juga melakukan penguatan ekonomi internal melalui yayasan, kotak amal, hingga usaha legal yang disusupi untuk pembiayaan jaringan," terangnya.


Dinamika JI Pasca Pembubaran

Prof Titik juga menjelaskan lima poin penting terkait dinamika jaringan terorisme di Indonesia setelah pembubaran JI. Pertama, terjadi transformasi jaringan terorisme. Kelompok radikal kini bertransformasi menjadi sel-sel kecil yang tersembunyi dan cair, namun tetap aktif dalam merekrut anggota serta melakukan kaderisasi melalui berbagai saluran, termasuk media sosial dan pendidikan nonformal.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


"Kedua, muncul fragmentasi dan kemunculan kelompok baru. Beberapa kelompok seperti Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) menjadi aktor dominan dalam aksi-aksi teror pasca 2010. Mereka mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh JI dengan strategi yang lebih ekstrem," ungkapnya.


Ketiga, terjadi perubahan strategi dan taktik, khususnya melalui serangan individual atau lone wolf, yang sulit dideteksi karena dilakukan secara mandiri tanpa struktur komando yang jelas. Keempat, Prof Titik menyoroti pentingnya mewaspadai peran ideologi dan narasi kekerasan. Ideologi takfiri yang mengkafirkan kelompok lain di luar kelompok mereka masih menjadi fondasi utama gerakan radikal dan terus digunakan untuk membenarkan kekerasan.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Kelima, ia menegaskan adanya ancaman radikalisasi digital. Media sosial dan internet berperan besar dalam penyebaran paham ekstrem. Narasi intoleran, kekerasan simbolik, dan propaganda jihad digital menjadi alat efektif dalam mempengaruhi generasi muda.


“Digitalisasi menjadi lahan baru yang subur bagi radikalisme. Kita harus hadir di ruang digital untuk menandingi narasi mereka,” tegas Prof Titik.


Strategi Pencegahan Terorisme

Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya ini juga menyampaikan strategi pencegahan radikalisme berbasis analisis jaringan sosial (Social Network Analysis/SNA). Strategi ini dapat mengidentifikasi aktor kunci, titik strategis intervensi, serta pola komunikasi dan mobilisasi ideologi.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


“Pendidikan toleransi harus dimasukkan ke dalam kurikulum keagamaan dan pendidikan formal. Nilai-nilai Pancasila, multikulturalisme, dan moderasi beragama wajib menjadi dasar dalam membangun kebangsaan,” paparnya.


Selain itu, ia mendorong pendekatan persuasif kepada eks narapidana teroris sebagai agen deradikalisasi. “Libatkan tokoh ulama moderat, anak muda, influencer muslim, hingga lembaga dakwah mainstream untuk membanjiri ruang digital dengan narasi perdamaian,” tegasnya.


Talkshow ini turut dihadiri oleh Prof Irfan Idris, Direktur Pencegahan BNPT RI sebagai keynote speaker dan Eddy Supriyanto, Kepala Bakesbangpol Jawa Timur sebagai narasumber.


Hadir pula jajaran FKPT Jawa Timur yaitu Sekretaris Doni Nugroho Susanto, Bendahara Prof Mutimmatul Faidah, Kepala Bidang Perempuan dan Anak Faridatul Hanum, Kepala Bidang Pemuda dan Pendidikan Arie Mahendra Adhiarta, dan Satgas Keuangan Silvya Nuryani.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND