Metropolis

Tips Mitigasi Banjir Sejak Dini ala Dosen Teknik Lingkungan Unusida

Rabu, 18 Desember 2024 | 18:00 WIB

Tips Mitigasi Banjir Sejak Dini ala Dosen Teknik Lingkungan Unusida

Listin Fitrianah, dosen Teknik Lingkungan Unusida.

Sidoarjo, NU Online Jatim

Dosen Teknik Lingkungan Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida), Listin Fitrianah, memberikan tips mitigasi banjir sejak dini. Menurutnya, solusi untuk mengurangi banjir, khususnya di Sidoarjo, ialah dengan beberapa pendekatan yang dapat dikerjakan bersama dari beberapa unsur penting untuk mencapai solusi yang efektif dan berkelanjutan.

 

“Pendekatan itu di antaranya dapat menggunakan kolaborasi pentahelix dengan melibatkan beberapa elemen penting, yaitu pemerintah, pengusaha, masyarakat, akademisi, dan media,” ujarnya kepada NU Online Jatim, Rabu (18/12/2024).

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Dekan Fakultas Teknik Unusida itu menyebutkan, wilayah Sidoarjo jika musim hujan beberapa daerah mengalami banjir. Hal ini karena beberapa faktor seperti buruknya sistem drainase hingga aliran sungai yang tersumbat.

 

Selain itu, faktor utamanya adalah wilayah Sidoarjo memiliki tanah yang cenderung mudah terendam air, yang biasa disebut wilayah delta. Yakni daerah daratan rendah di muara sungai dan rawa. Faktor lain terkait banjir rob dan curah hujan dengan intensitas tinggi dalam kurun beberapa hari.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

“Kaitannya banjir rob menjadi salah satu faktor banjir adalah terjadi pasang surut air laut yang lebih tinggi dari pada biasanya. Sidoarjo ini terletak di pesisir utara Jawa Timur. Artinya sering banjir rob terutama pada musim penghujan atau saat terjadi pergerakan air laut yang signifikan,” terangnya.

 

Ia menyebutkan, melihat data BMKG di Stasiun Metrologi Maritim Tanjung Perak Surabaya, ada data pasang surut Sidoarjo pada bulan Desember. Pada data pasang memang di beberapa hari terakhir cukup tinggi khususnya di tanggal 11-15 Desember terjadi pasang.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

“Pada tanggal 15 Desember ketinggian pasang air laut mencapai titik maksimal, artinya peningkatan air hujan ke permukaan cukup tinggi jika dibanding sebelumnya,” katanya.

 

Faktor lain yang menyebabkan banjir yaitu sistem drainase yang kurang memadai dan tidak berfungsi maksimal. Hal tersebut yang menyebabkan air laut dari banjir rob dan air hujan tidak dapat mengalirkan air dengan maksimal yang memperburuk banjir yang terjadi di beberapa titik di Sidoarjo.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Kondisi tersebut diperparah oleh menyumbatan saluran air pada sistem drainase yang seringkali terhambat oleh sampah dan limbah. Hal ini disebabkan oleh pembuangan sampah yang sembarangan yang memperburuk dari kapasitas drainase sehingga menyebabkan air sungai meluap dan menggenangi permukaan.

 

“Contoh sampah yang sering ditemukan di sungai atau selokan adalah pampes yang menjadi momok bagi kita. Masyarakat masih banyak membuang sampah karena kebiasaan atau mitos yang dipercaya secara turun temurun,” sebutnya.

 

Untuk itu, ia menyebutkan hendaknya penanganan banjir menjadi tanggung jawab bersama. Dibutuhkan peran dari beberapa elemen pentahelix, yang dimulai dari elemen pemerintah dengan merumuskan kebijakan dan regulasi yang mendukung pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko banjir.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

“Pemerintah juga bertanggung jawab untuk membangun dan memelihara infrastuktur pengendalian air di permukiman masyarakat,” tegas Listin.

 

Setelah itu, diperlukan peran serta masyarakat untuk mendukung kebijakan pemerintah, diantaranya dengan menjaga kebersihan saluran air, menghindari bangunan liar dan melakukan penghijauan di lingkungan sekitar permukiman. Juga saling mengedukasi satu sama lain untuk menumbuhkan kesadaran dalam memahami pentingnya pengelolaan sampah, menjaga kualitas lingkungan dan merespon peringakatan dini banjir dengan tepat.

 

“Dan di sini tugas menanggulangi banjir tidak hanya tugas pemerintah, tetapi kita secara bersama-sama berkolaborasi dan menumbuhkan kesadaran bagaimana mengurangi potensi banjir di wilayah Sidoarjo,” ucapnya.

 

Alumni Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut menerangkan peran akademisi yang dianggap sebagai cendekiawan adalah dengan melakukan penelitian dan pengembangan. “Jadi akademisi juga dapat berperan dengan melakukan riset dengan penyebab banjir, dampak perubahan iklim serta teknologi baru terkait mitigasi pencegahan banjir,” terangnya.

 

Selain itu, peran elemen pengusaha atau pihak swasta dapat berinvestasi pada proyek-proyek insfrastuktur hijau sepeti pembangunan taman kota, penanaman pohon, ataupun dari segi inovasi teknologi. Perusahaan swasta dapat mengembangkan teknologi ramah lingungan dan solusi digital seperti sistem peringatan dini yang berbasis sensor atau aplikasi.

 

Tak kalah penting, peran elemen media adalah dengan penyuluhan dan edukasi dengan konten-konten di sosial media. Peran media saat ini menjadi kunci untuk menyampaikan informasi resiko banjir, kebijakan pemerintah terkait mitigasi banjir serta solusi yang diambil dari berbagai pihak untuk mengurangi banjir.

 

“Media berperan dalam penyebaran informasi dianggap sangat penting untuk mendidik masyarakat dalam edukasi dengan membuat konten tidak membuang sampah sembarangan atau dapat mendukung program penghijauan,” pungkasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND