Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network

Tapal Kuda

Kisah Korban Erupsi Semeru Selamatkan Diri bersama Dua Anaknya yang Balita

Ibu Ima, korban selamat erupsi Gunung Semeru saat menggendong anaknya yang balita. (Foto: NOJ/ Sufyan Arif)

Lumajang, NU Online Jatim

Erupsi Gunung Semeru meninggalkan kisah pilu dari para korban. Bencana yang datang tiba-tiba membuat warga panik berhamburan menyelamatkan diri. Hal ini salah satunya dialami Ibu Ima, warga Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Saat peristiwa itu, ia harus berjibaku dengan abu vulkanik menyelamatkan dirinya dan dua anaknya.

 

Kampung Renteng adalah salah satu wilayah yang porak poranda tertimbun abu vulkanik erupsi Gunung Semeru. Di Kampung Renteng saat ini hanya terlihat atap-atap rumah penduduk, bahkan sebagian rumah lainnya tidak terlihat sama sekali.

 

"Waktu itu saya sedang memandikan anak saya, Mas. Tiba-tiba orang-orang lari berhamburan dan berteriak jika Gunung Semeru meletus," kisah Ibu Ima memulai ceritanya yang diiringi isak tangis, Senin (13/12/2021).

 

Seketika dirinya segera keluar dari kamar mandi dan memakainkan baju untuk anaknya yang masih balita. Sambil menggendong anaknya yang balita dan menuntun anak yang satunya, Ibu Ima hendak langsung lari menyelamatkan diri.

 

"Tapi suami saya melarang, katanya kalau lari tidak nutut dan diajak menaiki sepeda motor. Tapi suami saya sebelum bonceng saya masih mau melihat keluarganya," lanjutnya.

 

Saat suaminya hendak meninjau keluarganya, ternyata warga sudah banyak berlarian panik. Akhirnya dirinya berinisiatif ikut melarikan diri dengan kondisi yang sudah mulai gelap akibat abu vulkanik dan mendung hingga hujan.

 

"Akhirnya saya terpisah dari suami saya. Saya lari bersama dua anak saya tapi lewat belakang sambil membawa lampu kecil, melewati pepohonan yang mulai banyak roboh," ungkapnya sesekali mengusap air mata.

 

Dirinya mengaku tidak lewat jalan utama, karena di sana macet akibat banyaknya kendaraan besar yang juga hendak menyelamatkan diri. Dirinya mengaku terus berlari sambil menutupi selimut balitanya yang sedang digendong.

 

"Saya kemudian berhenti, sambil membersihkan abu vulkanik yang menempel di tubuh anak saya yang lebih tua. Saat di situlah akhirnya saya bertemu suami yang bawa motor. Saya pun melanjutkan perjalanan karena dirasa belum aman," ujarnya.

 

Bila mengingat peristiwa itu, isak tangis kerap kali mengucur dari mata Ibu Ima. Meskipun dirinya dan keluarganya selamat, namun memori menakutkan itu masih tergambar jelas dibenaknya.

 

Akibat erupsi Gunung Semeru itu, rumah Ibu Ima dan segala isinya tertimbun abu vulkanik, termasuk kambing 8 ekor yang semuanya tidak terselamatkan. Kendati demikian, dirinya bersyukur keluarganya masih selamat dan berharap relokasi yang dijanjikan pemerintah bisa terealisasi.

 

Baca juga: Donasi Sementara LAZISNU Jatim untuk Erupsi Semeru Capai Setengah Miliar

 

"Semoga itu (relokasi) benar-benar diwujudkan. Saat ini yang kami butuhkan di pengungsian adalah uang, Mas. Kalau makan di sini sudah terpenuhi, baju banyak, kalau sembako kami tidak ambil karena kami belum ada tempat tinggal untuk menyimpan itu," tandasnya.

 

Editor: A Habiburrahman

Sufyan Arif
Editor: A Habiburrahman

Artikel Terkait